BerandaKisah Al QuranIsyarat Kreativitas Manusia dalam Kisah Nabi Nuh

Isyarat Kreativitas Manusia dalam Kisah Nabi Nuh

Kisah nabi dalam Alquran tidak hanya mengabarkan cerita hidup dan perjuangan seorang nabi, melainkan ada banyak isyarat di dalamnya. Sebut saja kisah nabi Nuh episode pembuatan bahtera atau kapal. Ada isyarat kreativitas manusia dalam kisah nabi Nuh, secara bersamaan juga terselip anjuran kepada kita semua untuk terus berkreasi agar bisa bertahan hidup dan memberi manfaat bagi kehidupan. bagaimana isyarat kreativitas itu terlihat dan tergambar dalam kisah nabi Nuh a.s.?

Akal dan Kreativitas

Pada Q.S. Albaqarah ayat 30, Allah Swt. menyebutkan bahwa diriNya menjadikan khalifah di muka bumi. Khalifah menjadi mandat untuk memakmurkan bumi. Manusia mengemban misi utama agar bumi selamat dari kerusakan dan terus menerus dipelihara. Tentu, untuk menjadi wakilNya perlu piranti yang kuat. Khalifah diberi kekuatan akal untuk melihat, memperhatikan, memahami, bahkan menciptakan sesuatu. Sering kali kita mendengar artikel ayat yang mengandung kata ya’qiluna, yatafakkaruna, yafqahuna, yatadabbaruna, juga frase lain. Kata-kata seperti ini biasanya disandingkan dengan peristiwa atau perilaku yang menuntut manusia untuk berpikir.

Kisah nabi Nuh a.s. dapat dijadikan contoh isyarat untuk berkreasi. Nabi Nuh diperintahkan untuk membuat bahtera, padahal posisinya di gurun pasir yang dianggap tidak mungkin untu membuat bahtera, salah satunya karena jauh dari laut. Tidak memedulikan hal tersebut, nabi Nuh tetap melaksanakan titah Allah dan berhasil membuat bahtera.

Baca Juga: Kisah Nabi Nuh As dan Keingkaran Kaumnya Dalam Al-Quran

Dalam Q.S. Hud ayat 37 disebutkan,

وَاصْنَعِ الْفُلْكَ بِأَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا وَلَا تُخَاطِبْنِي فِي الَّذِينَ ظَلَمُوا إِنَّهُمْ مُغْرَقُونَ (37)

 “Dan buatlah kapal itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah engkau bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim. Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.” (Terjemah Kemenag, 2019).

Ayat ini membicarakan pembuatan sesuatu yang baru. Pembuatan bahtera perlu proses. Ia memerlukan pengetahuan, konsep, dan prosedur pembuatan. Banyak riwayat yang menjelaskan bentuk, panjang, dan proses pembuatan bahtera, meskipun Alquran sendiri tidak menyebutkan secara detail. Namun menurut Ibnu Abbas, panjang kapal itu seribu dua ratus hasta. Kalau 1 hasta rata-rata 30 cm, secara matematis panjangnya adalah 60 meter. Sebuah hal baru pada zaman itu.

Teknologi bahtera pada zaman itu relatif jarang, apalagi Nabi Nuh as. dan kaumnya di daerah gurun pasir. Dia mampu untuk menunjukkan sebuah produk baru yang berbeda dari kebiasaan kaumnya. Perhitungan bahan, bentuk, panjang, lebar, tinggi, dan keseimbangan memerlukan pemikiran yang kompleks. Beberapa asumsi matematis dan fisika kalau dihubungkan dengan zaman sekarang-menjadi pangkal dari ide menciptakan sesuatu. Mungkin tidak salah bila dikatakan prinsip keseimbangan dalam beban dan bentuk atau mungkin massa jenis sudah nampak isyaratnya pada proses pembuatan bahtera tersebut.

Alquran tidak menggambarkan secara detail prosesnya. Namun ia termaktub benar dalam frase washna’ al-fulka (buatlah kapal), sehingga hal ini menunjukkan isyarat menciptakan sesuatu. Yang digambarkan adalah pembuatan kapal dengan penekanan bahwa ia berasal dari petunjuk Allah Swt. Nabi Nuh as. diberi petunjuk dan pengetahuan untuk membuat kapal olehNya. Lebih lanjut, apabila dilihat bentuk kalimat, terdapat rangkaian kata kerja imperatif (fi’l amr) dan objek (maf’ul). Kata kerja menunjukkan tuntutan untuk dikerjakan mukhathab agar terjadi di masa yang akan datang (al-mustaqbal). Rangkaian ini mengisyaratkan terjadinya proses pembuatan kapal ketika perintah datang sampai pada selesainya pembuatan kapal.

Baca Juga: Tafsir Surah Hud Ayat 27: Konflik Sosial di Balik Pendustaan Dakwah Nabi Nuh

Kreativitas dan Religiusitas

Banyak ragam definisi tentang kreativitas. Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada (Supriadi, 2015). Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan atau daya cipta. kreativitas merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah (Munandar, 2012). kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada.

Dari beberapa definisi tersebut dipahami bahwa kreativitas berhubungan dengan proses penciptaan. Ia dikaitkan dengan sesuatu yang baru, digunakan untuk pemecahan masalah, dan memerlukan kombinasi data, informasi, dan unsur ide. Dalam kaitan ini, proses pembuatan bahtera menunjukkan beberapa unsur kreativitas.

Nabi Nuh a.s. mempunyai ide dalam mentransformasi petunjuk dariNya. Pengetahuan menjadi cikal bakal kreativitas. Ia kumpulkan ide, bahan, unsur, dan prosedur pembuatan, sehingga menggambarkan proses dari awal sampai akhir. Hal ini mengisyaratkan kemampuan tingkat tinggi dalam berpikir karena di dalamnya terdapat imajinasi dan asosiasi unsur satu terhadap unsur lain. Pembuatannya menjadi gagasan baru dalam bentuk teknologi yang berbeda dari kultur masyarakat sekitar. Tak terpikir oleh orang sekitarnya, sebuah bahtera harus ada di gurun pasir.

Bahtera digunakan untuk pemecahan masalah sosial sebagai penghadangan bagi orang yang aniaya dan penyelamatan orang beriman. Produk yang dihasilkan berguna bagi orang yang beriman agar terhindar dari kezaliman. Dalam Tafsir Kemenag (2019) dijelaskan bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada Nuh a.s. supaya membuat kapal yang akan dipergunakan untuk menyelamatkan Nabi Nuh dan pengikutnya yang beriman dari topan (air bah) yang akan melanda dan menenggelamkan permukaan bumi sebagai azab di dunia ini kepada orang-orang kafir dari kaumnya yang selalu membangkang dan durhaka.

Baca Juga: Tafsir Surah Yasin Ayat 43-44: Kuasa Allah Swt dan Bahtera Nabi Nuh As

Nabi Nuh a.s. diperintahkan membuat kapal penyelamat itu dengan petunjuk-petunjuk dan pengawasan dari Allah Swt. Selanjutnya pada ayat ini Allah Swt memperingatkan Nabi Nuh a.s. agar tidak lagi berbicara dengan kaumnya yang zalim (kafir) dan tidak lagi memohon supaya dosa mereka diampuni atau dihindarkan dari azabNya, karena sudah menjadi ketetapan Allah Swt. bahwa mereka akan ditenggelamkan .

Kreativitas nabi Nuh a.s. ternyata sangat bersentuhan dengan dimensi religiusitas. Religiusitas yang dimaksud berkaitan dengan isyarat keteguhan hati orang-orang yang akan mengikuti bahtera. Sisi religiusitas berkaitan pula dengan pengakuan bahwa Allah Swt. memberikan petunjuk dan pengetahuan. Manusia sejatinya mengakui bahwa Allah Swt. yang memberikan ilmu dan piranti untuk memperolehnya.

Sistem informasi dalam nalar manusia tidak mungkin ada tanpa diberikan olehNya. Kemampuan untuk memahami sampai mencipta menjadi ciri bahwa itu tidak akan ada tanpa pemberian dariNya. Manusia dalam sisi lain tidak boleh angkuh terhadap produk kreativitasnya, karena hakikatnya ia berasal dari-Nya. Pemahaman dan kreativitas sains sejatinya bukan menjauhkan diri dari Allah Swt., melainkan harus semakin mendekat pada-Nya. Wallahu A’lam

- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...