Kajian Makna Kata Sarab (Fatamorgana) dalam Al-Quran dan Hikmahnya

Fatamorgana
Fatamorgana

Dalam KBBI, fatamorgana memiliki dua pengertian. Pertama, gejala optis pada objek yang panas sehingga nampak seperti genangan air. Kedua, hal yang besifat khayalan dan tidak mungkin dicapai.(KBBI) Kedua pengertian tersebut memiliki kesamaan, hal yang nampak nyata tetapi sejatinya tidak.

Dalam bahasa Inggis, fatamorgana disebut mirage. Yakni efek dari udara panas di padang gurun ataupun jalan sehingga memunculkan ilusi optik beupa air. Mirage memiliki sinonim illusion (ilusi) yang memiliki pengertian dasar sama (tidak nyata). (Oxford Dictinory)

Meski fatamorgana sering digunakan dalam fenomena Alam, kata tersebut juga sering digunakan dalam berbagai konteks. Seperti ketika menggambarkan sebuah kepalsuan yang dibalut dalam kehidupan realita.

Dalam bahasa Arab, fatamorgana diterjemahkan dengan lafadz سراب(sara>bu). Didalam Al-Quran, kata سراب yang menunjukkan arti fatamorgana terdapat pada dua surah yakni An-Nur ayat 24 dan An-Naba ayat 20. Jika mengacu pada definisi pertama, fenomena fatamorgana dijelaskan pada surah An-Nur (24): 39 yang berbunyi:

وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍۢ بِقِيْعَةٍ يَّحْسَبُهُ الظَّمْاٰنُ مَاۤءًۗ حَتّٰٓى اِذَا جَاۤءَهٗ لَمْ يَجِدْهُ شَيْـًٔا وَّوَجَدَ اللّٰهَ عِنْدَهٗ فَوَفّٰىهُ حِسَابَهٗ ۗ وَاللّٰهُ سَرِيْعُ الْحِسَابِ ۙ

Dan orang-orang yang kafir, amal perbuatan mereka seperti fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi apabila (air) itu didatangi tidak ada apa pun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah baginya. Lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan (amal-amal) dengan sempurna dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.

Baca Juga: Surah Al-Mumtahanah Ayat 8-9 dan Pesan Relasi Muslim-Non Muslim dalam Tafsir Al-Ibriz

Dalam tafsir al-Ma’tsur yang ditulis Jalaludin As-Suyuthi mengutip hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas, ayat ini gambaran segala amal perbuatan baik orang-orang kafir di dunia tidak akan memberikan pertolongan di hari kiamat.

Anggapan tersebut diibaratkan Al-Quran seperti fenomena fatamorgana di padang pasir. Ketika orang-orang yang sedang kehausan melihat air di gurun, mereka mendekatinya. Namun setelah sampai, apa yang dilihatnya bukanlah sesuatu yang nyata.(ad-Durru al-Mantsur fi at-Tafsiri al-Ma’tsur, Jilid 11, Hal. 88)

Sementara itu dalam tafsir An-Nur dijelaskan bahwa keimanan  merupakan syarat utama diterimanya amal kebaikan semasa di dunia.(Tafsir An-Nur, Jilid 6, Hal. 174) Orang yang enggan beriman kepada Allah, segala perbuatan dan amal kebaikan diibaratkan seperti fatamorgana di padang gurun.

Di ayat yang lain juga dijelaskan fatamorgana dalam konteks yang berbeda. Dalam surah An-Naba(78): 20 Allah berfirman:

وَّسُيِّرَتِ الْجِبَالُ فَكَانَتْ سَرَابًاۗ

Dan gunung-gunung pun dijalankan sehingga menjadi fatamorgana

An-Naba ayat 17-20 merupakan rangkaian ayat yang menceritakan kejadian pada hari akhir. Dalam Tafsir Kemenag dijelaskan bahwa hasil dari letusan gunung-gunung di hari kiamat sebabkan gunung tersebut tidak utuh lagi. Akibat dari guncangan yang dahsyat menimbulkan kabut yang pekat sehingga jika dilihat dari jauh nampak seperti bayangan air (fatamorgana).

Ibnu katsir memberikan tambahan An-Naba ayat 20 dijelaskan lebih lanjut pada surah An-Naml(27):88. Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa manusia menyangka gunung-gunung diam pada tempatnya. Padahal pada hakikatnya gunung-gunung tersebut bergerak.

Kata سَرَابًا dijelaskan manusia menyangka pada hari kiamat gunung-gunung baik baik saja (tidak berubah bentuk). Padahal akibat dari letusan tersebut, gunung-gunung kehilangan bentuknya seperti tak berbekas.  Gunung dengan segala kemegahannya bukanlah apa-apa dari kekuasaan Allah SWT.(Tafsir Al-Quran Al-Adzim. Jilid 8, hal. 205)

Dalam dua contoh tersebut juga memiliki kesamaan. سراب digunakan untuk menggambarkan keterbatasan manusia dibanding kekuasaan Allah pada masing-masing ayat. Fatamorgana dilihat dari dua contoh dalam Al-Quran tersebut menjelaskan dua hal. Pertama, apa yang nampak secara lahir terlihat benar. Kedua, jawaban dari hal yang bertama dan merupakan kebenaran akhir.

Di dalam kehidupan nyata, kebenaran secara panca indra banyak ditemukan, meski tidak benar sepenuhnya dari segi ilmu pengetahuan. Selain fatamorgana yang digambarkan pada gurun pasir, dapat juga ditemukan pada  sebuah pensil yang terlihat patah ketika dimasukkan kedalam air sebagian.

Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat Tafsir Juz ‘Amma Karya Kh. Masruhan Ihsan

Dari pengelihatan mata, semua orang setuju bahwa pensil tersebut terlihat patah. Tetapi fakta pengetahuan mengatakan bahwa hakikat dari pensil tersebut tidak patah, melainkan akibat dari pembiasan cahaya.

Berdasarkan penjelasan fatamorgana diatas, mengajarkan kita untuk tidak menjadikan pandangan inderawi sebagai kebenaran mutlak. Melainkan pijakan awal untuk terus berpikir dan terus menjadi kebenaran hakiki. Adapun yang dijelaskan pada surah An-Nur ayat 20 bukan sebagai legitimasi menyalahkan agama ataupun kepercayaan lain. tetapi untuk muhasabah diri supaya terus beribadah dan memohon ampunan kepada Allah.

Demikianlah kata sarab (fatamorgana) dalam al-Quran beserta hikmah yang bisa diambil. Semoga bermanfaat. Wallahu A’lam.