BerandaTafsir TematikKajian Semantik Kata Jannah dalam Al-Quran dan Korelasi Maknanya

Kajian Semantik Kata Jannah dalam Al-Quran dan Korelasi Maknanya

Bahasa sebagai alat bagi manusia untuk mengungkapkan pikirannya yang abstrak. Ketika ingin mengutarakan sesuatu, di dalam benaknya sudah terbentuk konsep arti yang sifatnya abstrak. Setelah ditulis atau diucapkan, pikiran tersebut menjadi sesuatu yang konkret sifatnya. Jadi, bisa dikatakan bahwa bahasa sebagai alat untuk memproduksi makna.

Suatu kata terdiri atas lambang bunyi dan konsep atau citra mental benda-benda (objek) yang diacu. Berdasarkan teori Ogden dan Richards yang dikutip oleh Moch. Syarif Hidayatullah dalam Cakrawala Linguistik Arab bahwa hubungan antara lambang (ramz) dan konsep (fikrah) bersifat langsung. Sedangkan hubungan antara lambang dan objek (syai khariji) bersifat tidak langsung dikarenakan hubungan antara objek dan lambang harus melalui konsep. Sifatnya arbitrer (suka-suka).

Tidak ada keharusan untuk memberi lambang bahasa pada objek tertentu, di samping tidak ada jawaban yang mutlak mengenai mengapa objek bisa diberi lambang bahasa tertentu. Contoh pada kasus ini bisa ditinjau pada kata jannnah (جَنَّةٌ) yang akan dikaji dalam tulisan ini.

Baca Juga: Inilah 15 Nama-Nama Surga Yang Disebutkan dalam Al-Qur’an

Kata jannah terdiri atas lambang bunyi, yaitu (ج ن ة) dan konsep atau citra mental benda yang dinamakan sebagai jannah. Jadi, makna kata jannah adalah konsep tentang sesuatu yang tersimpan dalam otak kita kemudian dilambangkan dengan kata ‘jannah’. Hubungan yang tidak langsung tersebut menunjukan bahwa antara bahasa dan realitas itu tidak identik. Sebuah kata hanyalah representasi cara pandang masyarakat tertentu terhadap suatu objek.

Lalu, bagaimana kata  jannah bisa diartikan dengan surga dan apa hubungannya dengan konteks wahyu al-Quran?

Menurut Muhammad Fuad Al-Baqi di dalam Mu’jam Al-Mufahras Li Alfādzil Al-Qur’an Al-Karim, Kata jannah dalam Al-Qur’an terkutip sebanyak 144 kali; dalam bentuk tunggal atau mufrad 68 kali, dalam bentuk mutsanna 07 kali dan dalam bentuk jamak 69 kali. Sementara itu, di kitab Mu’jam Mufradat Alfādz Al-Qur’an karya Raghib Al-Ishfahānī menyebutkan bahwa kata jannah berasal dari kata janna yang bermakna satru as-syai ‘an al-hassah (sesuatu yang tertutup dari panca indera manusia). Dari kata tersebut terbentuklah berbagai macam kontektualisasi perluasan makna, di antaranya:

  1. Kata جَنَّ apabila diidhafahkan dengan kata اللَّيْلُ maknanya menjadi ‘gelap’, seperti pada Q.S. Al-An’am[6]: 76
  2. Kata أَجِنَّة bentuk jamak dari kata جَنِيْن yang bermakna janin dalam kandungan ibunya, seperti pada Q.S. Al- Najm[53] :32
  3. Kata جُنَّة yang bermakna sesuatu yang menutupi atau melindungi badan; perisai, seperti pada Q.S Al-Mujadalah[58] :16
  4. Kata جَنَان yang bermakna hati yang tersembunyi di dalam dada
  5. Kata جُنُوْن yang bermakna hilang akal atau gila, seperti pada Q.S. Ad-dukhan[44]: 14
  6. Kata جِنَّة bentuk jamak dari الجِنّ yang bermakna jin, salah satu makhluk gaib yang tidak wujudnya tidak bisa dilihat oleh panca indra
  7. Kata جَنَّة yang bermakna kebun dengan pepohonan lebat yang dapat menutupi tanah. Kata ini oleh orang Arab sering digunakan untuk menyebut kurma. Biasanya, mereka juga menggunakannya untuk menyebut kebun yang di dalamnya terdapat kurma dan pohon lainnya, seperti pada S. Saba[34]: 15 dan 16 juga Q.S Al-Kahfi[18]: 39.
  8. Kata جَنَّة bentuk tungggal, sedangkan jamaknya جَنَّات bermakna surga. Al-Ishfahānī mempunyai alasan tersendiri kenapa surga bisa disebut dengan istilah jannah, yaitu; pertama, karena serupa dengan kebun di bumi, walaupun antara keduanya memiliki perbedaan. Kedua, karena nikmat-nikmat di dalamnya oleh Allah ditutup dari penglihatan manusia.

Visualisasi Surga

Setelah menjabarkan estimologi dan pergeseran makna kata jannah,  pada nomina جَنَّة terdapat dua makna; yang pertama adalah sungai; yang kedua surga. Berarti ada satu lafal atau kata yang memiliki kepada dua atau lebih makna atau disebut dengan polisemi. Dengan kata lain, polisemi berkaitan dengan kata atau frasa yang memiliki beberapa makna yang berhubungan. Dengan kata lain Polisemi menunjukan bahwa suatu kata memiliki lebih dari satu makna.

Kemudian muncul pertanyaan, apa hubungan makna kata  jannah (taman) dengan makna surga?

Di sini penulis mengutip ayat tentang perumpamaan surga pada Q.S. Ar-Ra’d [13]: 35

مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِيْ وُعِدَ الْمُتَّقُوْنَ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ اُكُلُهَا دَاۤىِٕمٌ وَّظِلُّهَا تِلْكَ عُقْبَى الَّذِيْنَ اتَّقَوْا وَّعُقْبَى الْكٰفِرِيْنَ النَّارُ

Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang yang bertakwa (ialah seperti taman), mengalir di bawahnya sungai-sungai; senantiasa berbuah dan teduh. Itulah tempat kesudahan bagi orang yang bertakwa; sedang tempat kesudahan bagi orang yang ingkar kepada Tuhan ialah neraka

Dalam kitab Tafsir Asy-sya’rawi, ayat di atas ditafsirkan, bahwa apabila mendengar akan perumpamaan di surga, ketahuilah itu hanya sekedar perumpamaan untuk mendekatkan makna, karena apa yang ada di surga tidak dapat dinyatakan dengan lafadz, sebab tidak ditemukan kenikmatan seperti itu di dunia.

Dalam ayat 35 ini disebutkan bahwa sungai mengalir di bawah surga. Dikarenakan kehidupan bangsa Arab saat turunnya Al-Qur’an sangat kekurangan air. Sampai-sampai mereka pernah meminta Rasulullah mendatangkan mukjizat  berupa air yang terpancar hingga mengalir dan membentuk sungai..

Pernyataan ini diperkuat oleh Ali Sodiqin dalam Antropologi Al-Qur’an, menyatakan bahwa Al-Qur’an tidak turun dalam ruang hampa sejarah, artinya ia turun dalam konteks budaya tertentu yang telah mengakar dan dipilihnya bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an, mengindikasikan bahwa pada mulanya Al-Qur’an mengajukan gagasannya terhadap orang-orang Arab, sekaligus mewakili paradigma sosial budaya Arab. Eksistensinya sebagai pesan Tuhan, Al-Qur’an turun dalam konteks masyarakat Arab abad ketujuh dengan berbagai tradisi dan realita budayanya kala itu.

Baca Juga: Kajian Semantik Kata Surga dan Neraka dalam Al-Quran

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa hubungan lambang, konsep dan acuan kata taman dengan surga tidak telepas dari subjek pembicaranya. Adanya makna psikologis dan budaya mengenai konsep taman dan surga. Makna psikologisnya yaitu visualisasi tentang kenikmatan surga pada masyarakat Arab yang letak geografisnya gurun pasir gersang dan panas dengan simbolitas taman dengan pohon yang rindang; sungai-sungai yang mengalir dan buah-buahan di sana; itu bermakna bahwa janji Allah Swt. terhadap orang yang beriman dan beramal saleh dengan balasan kenikmatan yang menakjubkan yang membuat jiwa selalu berharap untuk mendapatkan hal itu.

Kita tidak bisa mengira akan mendapatkan sungai yang mengalir atau semacamnya. Bahkan bisa jadi lebih menakjubkan dari itu. Karena kata jannah tidak bisa dibaca oleh panca indra manusia. Wallahu A’lam.

- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

0
Dapat kita saksikan di berbagai negara, khususnya Indonesia, pembangunan infrastruktur seringkali diposisikan sebagai prioritas utama. Sementara pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia seringkali acuh tak...