BerandaTafsir TematikKeistimewaan Rasulullah dalam Alquran

Keistimewaan Rasulullah dalam Alquran

Bulan Rabiulawal merupakan momentum untuk merenungkan dan meneladani nilai-nilai agung dalam diri Rasulullah saw. Salah satu cara untuk merenungkan kembali keistimewaan Rasulullah adalah dengan merujuk kitab suci umat Islam. Dalam Alquran diterangkan, Rasulullah memiliki banyak keistimewaan yang tidak hanya terletak pada gelar kenabiannya, tetapi juga pada misi risalah dan ajaran yang beliau bawa.

Baca Juga: Di Balik Yatimnya Seorang Nabi Muhammad Saw

Keistimewaan dari Para Nabi Terdahulu

Setiap nabi itu istimewa. Hal ini disampaikan dalam Alquran, antara lain dalam ayat berikut,

تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍۘ مِّنْهُم مَّن كَلَّمَ اللَّهُۖ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتٍۚ

Para rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka atas sebagian (yang lain). Di antara mereka ada yang Allah berbicara (langsung) dengannya dan sebagian lagi Dia tinggikan beberapa derajat. (Q.S. al-Baqarah: 253)

Menurut sebagian mufasir, ayat ini menerangkan menerangkan tentang keistimewaan kalangan para nabi dan rasul, yakni bahwa Allah telah memilih dan melebihkan di antara mereka, yaitu ulul ‘azmi, dan dari ulul ‘azmi tersebut Allah mengutamakan sayyid al-anbiya’ wa al-mursalin, yakni Rasulullah Muhammad saw. Beliau memiliki keistimewaan dan kekhususan sendiri dibandingkan dengan nabi yang lain.

At-Thabari dalam Tafsir Jami’ul Bayan (4/519-520) dalam bahasan yang terkait dengan keistimewaan Rasulullah dibanding para utusan terdahulu menerangkan dengan merujuk sebuah hadis,

“Aku diberi lima hal yang tidak diberikan kepada siapa pun sebelumku. Aku diutus pada bangsa Arab dan ‘Ajam dari golongan manusia dan jin, aku ditolong dengan kepanikan, karena musuh pasti panik padaku sejauh perjalanan satu bulan, dan bumi dijadikan untukku sebagai tempat sujud dan suci, dihalalkan untukku harta rampasan perang yang tidak pernah halal bagi seorangpun sebelumku. Terakhir, aku diberi lisensi dan izin untuk memberi syafaat.” (HR. Bukhari Muslim)

Baca Juga: Diplomasi Ala Nabi Muhammad Saw.

Kerasulannya Bersifat Universal

Selain keistimewaan yang diungkapkan di atas, dalam ayat-ayat lain juga diungkap keistimewaan Rasulullah atas para nabi dan rasul sebelum beliau saw.

وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا كَاۤفَّةً لِّلنَّاسِ بَشِيْرًا وَّنَذِيْرًا

Tidaklah Kami mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali kepada seluruh manusia sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. (Q.S. Saba’: 28)

Para nabi dan rasul terdahulu diutus untuk berdakwah khusus kepada kaumnya saja, sedangkan Rasulullah saw. diutus kepada semua manusia. Tidak hanya kaum beliay saja, kerasulannya yang bersifat universal (menyeluruh). Allah menerangkan universalitas risalah dan kerasulan beliau saw. kepada seluruh umat manusia semuanya karena risalah beliau sama sekali tidak mengandung unsur tendensi rasialisme, primodialisme dan tidak pula monopoli hanya bagi bangsa Arab saja.

Sebagaimana penjelasan ar-Razi bahwa pengutusan Rasulullah mencakup seluruh umat manusia sepanjang zaman. Ajarannya tidak terbatas pada satu kelompok atau bangsa tertentu, melainkan menjadi rahmat bagi seluruh alam. (Mafatih al-Ghaib 25/206)

Penutup Para Nabi dan Rasul

Satu lagi keistimewaan Rasulullah, dan hal ini dapat dikatakan sebagai keistimewaan yang paling utama, yaitu status penutup para nabi dan rasul. Dalam Surah Al-Ahzab ayat 40, Allah berfirman:

“مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رَّجَالِكُمْ وَلَكِن كَانَ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا”

Muhammad itu bukanlah bapak dari seorang pun di antara kamu, tetapi ia adalah utusan Allah dan penutup para nabi.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah telah bersabda, “Perumpamaanku dan para nabi sebelumku adalah seperti orang yang membangun sebuah bangunan yang dibaguskan dan diperindah, kecuali satu batu bata di salah satu sudutnya yang belum terpasang. Orang-orang segera mengelilingi bangunan itu dan merasa kagum seraya bertanya, ‘Duhai seandainya batu bata ini dipasang?” Rasulullah berkata, “Akulah batu itu dan akulah penutup para nabi.” (HR. Muslim)

Ayat dan hadis di atas menegaskan bahwa tidak ada lagi nabi setelah beliau saw, sehingga Rasulullah membawa wahyu terakhir untuk seluruh umat manusia. Risalahnya akan terus relevan, dapat digunakan dan diamalkan oleh semua umat hingga hari akhir kelak.

Risalah terdahulu yang dibawa oleh para nabi dan rasul mempunyai pendekatan dakwah yang sesuai dengan pendekatan kaumnya, misalnya pendekatan dakwah Nabi Daud dengan kekuatan fisikal. Adapun Nabi Sulaiman pandai bercakap dengan hewan, pohon, jin dan mempunyai kekuatan memindahkan kerajaan dan sebagainya. Sementara Nabi Ibrahim berdakwah dengan memotong semua kepala berhala. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa pendekatan-pendekatan dakwah dan risalah yang dibawa oleh nabi sebelumnya tidaklah sesuai dengan perkembangan zaman.

Baca Juga: Memahami Ummi sebagai Gelar Istimewa Nabi Muhammad

Alquran Sebagai Mukjizat yang Kekal dan Terpelihara

Allah telah menurunkan Alquran kepada Rasulullah sebagai mukjizat terbesar dan kekal karena Allah telah menjamin untuk menjaganya.

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Quran dan sesungguhnya Kami benar-benar menjaga (keasliannya). (Q.S. al-Hijr: 9)

Quraish Shihab menerangkan bahwa janji Allah tentang Alquran yang akan tetap utuh dan terpelihara, membuat Alquran berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya yang mengalami perubahan seiring waktu. Jaminan ini menjadi salah satu mukjizat Alquran.

Hal ini membuktikan bahwa kitab yang diturunkan kepada Rasulullah tersebut bukan hanya sekadar teks, tetapi juga memiliki nilai keabadian yang tidak dapat ditandingi oleh karya manusia lainnya. Selain itu juga membuktikan kebenaran wahyu dan otoritas Allah dalam memberikan petunjuk kepada umat manusia. Keberadaan jaminan ini memberikan keyakinan kepada umat Islam akan keaslian dan relevansi Alquran sepanjang zaman. Wallah a’lam

Rasyida Rifaati Husna
Rasyida Rifaati Husna
Khadimul ilmi di Pondok Pesantren Darul Falah Besongo
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

0
Dapat kita saksikan di berbagai negara, khususnya Indonesia, pembangunan infrastruktur seringkali diposisikan sebagai prioritas utama. Sementara pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia seringkali acuh tak...