BerandaUlumul QuranKenali Syarat Menjadi Mufassir

Kenali Syarat Menjadi Mufassir

Tafsiralquran.id – Untuk menjadi mufassir Alquran tidak cukup berbekal satu keilmuan saja misalnya ilmu bayan (ilmu bahasa). Namun, ada beberapa pra syarat yang harus ditempuh sehingga ia memiliki otoritas keilmuan yang jelas dan bersanad. Dalam hal ini Ibnu Abbas, Imam Mujahid, dan Abu Darda menegaskan betapa pentingnya mengusai ilmu tafsir bagi setiap pribadi muslim. Tentu pernyataan ini tidak lepas dari peran mufassir yang senantiasa berupaya menghimpun penjelasan makna al-Quran ke arah yang lebih luas.

Dari sekian banyak literatur kitab tafsir yang terlahir, sudah pasti melibatkan kematangan ilmu yang dikuasai oleh mufassir dalam memahami al-Quran. Pun inilah yang menjadi alasan mengapa kebanyakan mufassir menulis karya tafsir di masa akhir penghujung usianya.

Dalam penjelasan kitab klasik menyebutkan cukup banyak syarat serta adab yang harus dimiliki seorang mufassir. Dalam kitab al-Kasysyaf misalnya, Imam Zamakhsyari menulis bahwa seorang mufassir harus memiliki kejujuran, lapang dada, berjiwa sadar, bertekat keras, senantiasa tajam memandang setiap persoalan, tidak berhati keras atau berprangai kasar, serta memiliki kehati-hatian dalam menghadapi setiap isyarat dari nas al-Quran.

Muhammad Husain al-Dzahabi dalam kitab Tafsir al-Mufassirun turut menjelaskan, bahwa sikap mental yang harus dimiliki seorang mufassir adalah:

  1. Tidak asal menafsirkan al-Qur’an tanpa menguasai ilmu bahasa Arab, dasar-dasar syariat yang benar, dan segala aspek keilmuan yang diperlukan.
  2. Tidak memaksakan penafsiran sehingga melebihi batas makna yang menjadi hak prerogati Allah. Misal dalam kasus ayat mutasyabihat.
  3. Mampu mengendalikan hawa nafsu, senantiasa memelihara prasangka yang baik dan berakhlak terpuji.
  4. Tidak mengarahkan penafsiran kepada madzhab yang rusak.
  5. Menafsirkan berdasarkan dalil yang kuat.

Secara universal ada tiga disiplin ilmu yang harus dikuasai oleh seorang mufassir, diantaranya adalah: ilmu bahasa Arab, u’lumul quran dan ‘ulumul hadist. Namun Imam as-Suyuti dalam al-Itqan fi ‘Ulumul al-Qur’an menjabarkan beberapa ilmu yang harus dikuasai mufassir jika dipeta-kan akan terbagi sebagaimana berikut:

  1. Menguasai ilmu bahasa agar mampu memahami pembendaaraan kata dalam al-Quran.
  2. Memiliki pemahaman terhadap ilmu nahwu agar mengetahui perubahan ikrabnya.
  3. Memahami ilmu sharaf atau tashrif secara mendalam untuk mengetahui bentuk kata.
  4. Mengerti ilmu etimologi untuk mengetahui asal-usul kata
  5. Memiliki pemahaman ilmu balaghoh dengan muatan aspeknya, baik ilmu bayan, badi’ dan ilmu ma’ani.
  6. Mampu memahami ilmu qira’at untuk mengetahui ragam cara melafalkan al-Quran sesuai dengan periwayatannya.
  7. Mengetahui ilmu ushuluddin, yakni kaidah yang berhubungan dengan keimanan dan sifat-sifat Allah.
  8. Memahami ilmu ushul fiqh untuk mengistinbatskan hukum hukum syara’ dari dalil yang jelas.
  9. Memiliki pemahaman terhadap ilmu asbabun nuzul guna mengetahui sebab turunnya ayat.
  10. Memahami ilmu nasikh mansukh untuk mengetahui ayat atau hukum yang dihapus.
  11. Mendalami ilmu hadis sebagai keterangan ayat alquran
  12. Memahami ilmu mauhibah, yakni pengetahuan yang diberikan Allah secara langsung kepada seseorang yang mengamalkan ilmunya.

Dari penjelasan diatas, sangat terlihat bahwa beberapa ulama berijtihad untuk saling melengkapi pendapat terkait syarat-syarat menjadi mufassir. Dengan mengetahui syarat-syarat menajadi mufassir maka dapat diketahui bahwa para mufassir yang ada tidak menafsirkan Al-Quran dengan asal tafsir atau dengan pendapatnya sendiri. Dan dengan hal ini setiap muslim akan lebih berhati-hati dalam meneliti atau para pengkaji al-Quran. Wallahu A’lam.

Mufidatul Bariyah
Mufidatul Bariyah
Mahasiswa Ilmu Alquran dan Tafsir Institut Kiai Haji Abdul Chalim (IKHAC) Mojokerto, aktif di CRIS (Center for Research and Islamic Studies) Foundation
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

tafsir surah al-An'am ayat 116 dan standar kebenaran

Tafsir Surah Al-An’am Ayat 116 dan Standar Kebenaran

0
Mayoritas sering kali dianggap sebagai standar kebenaran dalam banyak aspek kehidupan. Namun, dalam konteks keagamaan, hal ini tidak selalu berlaku. Surah al-An'am ayat 116...