BerandaTafsir TematikInilah Keutamaan Shalat Menurut Al-Quran: Tafsir QS. Al-Ankabut Ayat 45

Inilah Keutamaan Shalat Menurut Al-Quran: Tafsir QS. Al-Ankabut [29] Ayat 45

Shalat adalah salah satu ibadah yang paling ditekankan oleh ajaran Islam. Keutamaan shalat dapat dilihat berdasarkan posisinya, yakni yang kedua setelah syahadat dalam 5 rukun Islam. Rukun-rukun ini merupakan bukti sekaligus barometer keislaman seseorang secara lahiriyah. Tanpa kehadiran semuanya, maka keislaman seseorang belum dianggap sempurna.

Keutamaan shalat lainnya adalah berfungsi sebagai tiang agama yang menopang keberlangsungan Islam. Ia adalah sebuah ekspresi kekokohan keimanan seseorang terhadap Allah Swt. Bagi sebagian orang, shalat adalah pelipur lara, obat dari segala kegundahan dan sarana pengentasan problem yang membelenggu kehidupan mereka di dunia maupun akhirat.

Namun sayangnya, shalat terkadang hanya dimaknai sebagai sebuah ibadah formal. Akhirnya, apa yang dilihat dan dilakukan hanya sebatas menunaikan rukun shalat, seperti takbir, rukuk, sujud, salam dan sebagainya. Padahal dibalik shalat maupun rukunnya tersebut, tersimpan banyak hikmah bagi seorang muslim, baik terkait hubungan kepada Allah ataupun kepada sesama makhluk.

Hikmah-hikmah tersebut tidak bisa didapatkan tanpa penghayatan tinggi terhadap hakikat dan fungsi shalat bagi manusia. Penghayatan tinggi ini dapat dihasilkan melalui keyakinan bahwa shalat sebagai perintah langsung dari Allah memiliki berbagai keutamaan yang luar biasa. Keutamaan shalat inilah yang kemudian akan menghantarkan pelakunya kepada kesempurnaan iman, Islam dan Ihsan.

Shalat Dapat Mencegah Perbuatan Keji dan Mungkar

Salah satu keutamaan shalat menurut Al-Qur’an adalah dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar. Hal ini termaktub dalam Firman Allah Swt yang berbunyi:

اُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗوَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ ٤٥

Bacalah Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Ankabut [29]: 45)

Menurut Quraish Shihab, ayat ini menunjukkan kepada umat nabi Muhammad Saw bahwa shalat yang dilaksanakan sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-nya akan senantiasa mencegah pelakunya yang istikamah melaksanakan dengan baik dari berbagai perbuatan dosa dan kemaksiatan, terutama dari keterjerumusan dalam kekejian dan kemungkaran.


Baca Juga: Tafsir Ahkam: Pandangan Mata Ketika Shalat, ke Depan atau ke Tempat Sujud?


Hal ini disebabkan karena shalat substansi shalat adalah mengingat Allah. Siapa yang mengingat Allah, maka dia akan terjaga/terpelihara dari kedurhakaan, dosa, ketidakwajaran dan berbagai kelalaian lainnya sebagai seorang hamba. Aspek mengingat Allah ini, juga merupakan keutamaan shalat dibandingkan ibadah-ibadah lain (Tafsir Al-Misbah [10]:506).

Al-Qurthubi menyebutkan, makna melaksanakan shalat pada ayat ini adalah menunaikan shalat dengan tepat waktu dan menyempurnakan semua rukun yang ada di dalamnya, tanpa terkecuali. Sedangkan maksud dari shalat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar adalah bahwasanya shalat 5 waktu dapat menggugurkan dosa yang dilakukan di antara 5 waktu shalat tersebut (Tafsir al-Qurthubi [13]: 347).

Selanjutnya, kata al-fahsyā terulang sebanyak tujuh kali dalam Al-Qur’an, sedangkan kata munkar terulang sebanyak 15 kali. Dua kata ini bergandengan sebanyak 3 kali dalam Al-Qur’an, yakni pada QS. an-Nahl [16]: 90, QS. an-Nur [24]: 21, dan QS. Al-Ankabut [29]: 45. Meskipun kedua kata ini sama-sama berkonotasi terhadap perbuatan dosa, akan tetapi terdapat perbedaan diantara keduanya.

Secara bahasa, kata al-fahsyā dapat dimaknai sebagai sesuatu yang melampaui batas dalam keburukan dan kekejian, baik ucapan maupun perbuatan. Contohnya adalah kekikiran, perzinahan, homo seksual dan syirik. Sedangkan kata munkar dapat dimaknai sebagai sesuatu yang asing dan tidak dikenal bagi suatu masyarakat sehingga diingkari. Maksudnya munkar adalah perbuatan yang tidak disetujui, lawan dari kata ma’ruf (Tafsir Al-Misbah [10]:506).

Berdasarkan ayat di atas, dapat dipahami bahwa shalat memiliki peranan besar dalam mencegah pelakunya yang melaksanakan secara konsisten dan sempurna dari segala perbuatan buruk yang melampaui batas serta dari berbagai perbuatan-perbuatan yang dianggap munkar oleh syariat dan adat istiadat masyarakat setempat yang tidak bertentangan dengan norma-norma agama Islam.

Thabathaba’i ketika menafsirkan ayat ini menggarisbawahi bahwa perintah melaksanakan shalat pada ayat ini, yakni “shalat melarang/mencegah kemungkaran dan kekejian”, bermakna shalat adalah amal ibadah yang pelaksanaannya membuahkan sifat kerohanian dalam diri manusia dan membuatnya tercegah dari perbuatan keji dan mungkar. Dengan demikian, hati menjadi suci dari kekejian dan kemungkaran serta menjadi bersih dari kekotoran dosa dan pelanggaran.

Berdasarkan penjelasan di atas, keutamaan shalat adalah menjadikan pelakunya seorang yang saleh secara ritual, yakni taat beribadah kepada Allah melalui shalat. Pada saat yang sama, shalat juga mampu menjadikan pelakunya seorang yang saleh secara sosial, yakni mampu menghindari perbuatan-perbuatan buruk dan berbuat baik terhadap sesama manusia maupun makhluk Allah Swt lainnya.


Baca Juga: Keutamaan Shalat Tahajud, Tafsir Surat Al-Isra Ayat 79


Lantas bagaimana seandainya ditemukan seseorang yang shalat namun tetap melakukan maksiat? Apakah keutamaan shalat di atas tidak membekas baginya atau bagaimana? Hal yang perlu dilakukan untuk menjawab pertanyaan ini adalah memastikan kesempurnaan shalat yang dilakukan. Barangkali shalat atau hal-hal yang mengitarinya tidak dilakukan dengan baik dan sesempurna mungkin, atau mungkin juga kurangnya penghayatan terhadap shalat itu sendiri. Wallahu a’lam.

Muhammad Rafi
Muhammad Rafi
Penyuluh Agama Islam Kemenag kotabaru, bisa disapa di ig @rafim_13
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

0
Dapat kita saksikan di berbagai negara, khususnya Indonesia, pembangunan infrastruktur seringkali diposisikan sebagai prioritas utama. Sementara pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia seringkali acuh tak...