BerandaTafsir TematikKH. Ahmad Shiddiq dan Penjelasan Tentang Tafsir Ukhuwah

KH. Ahmad Shiddiq dan Penjelasan Tentang Tafsir Ukhuwah

Siapakah yang kita sebut dengan saudara? ia yang seayah-seibu, sesuku, sekelompok, sealiran, seagama atau sesama manusia? Berikut warisan pemikiran KH. Ahmad Shiddiq memahami arti persaudaraan. Peninggalan kyai yang pernah menjabat Rais Aam PBNU ini erat kaitannya dengan tafsir ayat Al-Quran tentang ukhuwah (persaudaraan), meski ia tidak pernah secara langsung mengaitkan dua hal tersebut.

Dalam Surat Ali Imran ayat 103, Allah berfirman

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS. Ali Imran: 103)

Permusuhan dan persaudaraan dalam ayat di atas, menurut Sayyid Thanthawi dalam Tafsir Al-Wasit adalah merespon suku Aus dan Khazraj. Dijelaskan bahwa kedua suku ini selalu bertikai, saling membunuh, padahal menurut At-Thabari leluhur keduanya sama, sebelum kemudian berhasil didamaikan dan dipersaudarakan oleh Nabi Muhammad saw.

Pertengkaran, perselisihan dan permusuhan seperti Aus dan Khazraj terjadi dimana-mana, tapi bukankah mereka kemudian bisa akur dan bahkan bersaudara? Untuk itu persatuan dan persaudaraan antararindividu maupun antarkelompok yang sudah terjalin, terlebih ketika mereka punya kisah kelam sebelumnya, adalah anugerah yang sangat besar dari Allah yang harus disyukuri dan dijaga. Biarlah cerita luka itu menjadi guru terbaik yang selalu mengingatkan kita agar tidak mengulang hal yang sama.

Baca Juga: Mengulik Makna Silaturahim dan Manfaatnya

Kisah persaudaraan dua suku yang pernah saling bunuh ini menunjukkan bahwa ada persaudaraan yang lebih besar dari sekadar saudara sesama suku. Terkait hal ini, KH. Ahmad Shiddiq, ulama kharismatik asal Jember yang dikenal teguh memperjuangkan Islam dan Pancasila mempunyai konsep sendiri tentang persaudaraan kemanusiaan.

Untuk konteks Indonesia dan Nahdlatul Ulama (NU), Rais Aam PBNU tahun 1984-1991 ini membagi konsep persaudaraan kemanusiaan menjadi empat sesuai dengan kepentingannya. Sebagaimana disampaikan oleh Bibit Suprapto dalam Ensiklopedi Ulama Nusantara, empat persaudaraan itu meliputi ukhuwah Nahdliyah (persaudaraan sesama NU), ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama Muslim), ukhuwah Wataniyah (persaudaraan setanah air) dan ukhuwah Bashariyah (persaudaraan sesama umat manusia).

Ukhuwah Nahdliyah adalah persaudaraan yang melingkupi internal NU sendiri. persaudaraan ini sebagai modal untuk melakukan pergaulan sosial dengan sesama anggota NU. NU telah memilih sebuah ideologi sebagai pegangan, pengikat dan pemersatu di antara mereka, yaitu Aswaja (ahlussunnah wal jama’ah) yang menurut KH. Hasyim Asyari yaitu kelompok yang mengikuti tradisi orang-orang saleh di masa lalu.

Ukhuwah yang kedua yaitu ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama muslim), persaudaraan seagama. ‘Seorang Muslim bersaudara dengan muslim lainnya’. Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, hadis no. 2442. Demikian bunyi hadis Nabi yang semakin memperjelas status sesama Muslim. Namun fakta membuktikan bahwa umat Islam terbagi dalam beberapa kelompok. Dalam politik misalnya, ada syiah, sunni dan khawarij, dalam hal theologi ada mu’tazilah, sunni, jabariyah, qadariyah dan yang lainnya, dari segi geografis ada bangsa ‘Arb dan ‘ajm.

Kelompok ini tentu mempunyai karakter, kepribadian dan gagasan yang berbeda-beda, namun mereka berada dalam rumah yang sama, yaitu agama mereka, Islam. Ukhuwah ini diharapkan dapat menjadi modal untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan sesama muslim, sehingga pertentangan dan perdebatan terkait hal-hal yang tidak prinsip sesama umat Islam yang menyebabkan perpecahan tidak perlu terjadi.

Jika dua ukhuwah sebelumnya masih dalam tataran ideologi dan agama yang sama, maka persaudaraan yang satu ini lebih kompleks lagi, karena komponen di dalamnya beraneka ragam. Kali ini KH. Ahmad Shiddiq mencoba menyatukan umat manusia berdasarkan tanah airnya, sebuah tempat yang terdiri dari banyak ragam manusia, mulai dari suku, ras, bahasa, adat, agama dan kepercayaan. Salah satu contoh yaitu Negara Indonesia. Negara yang dikenal multikultural ini dicoba untuk disatukan oleh K.H. Ahmad Shiddiq dengan Pancasila.

Ukhuwah Wataniyah ini hendaknya dijadikan sebagai modal dasar dialog antar kelompok di Indonesia, baik itu kelompok etnis, kelompok budaya dan kelompok keagamaan, tidak ada lagi pembedaan –apapun itu- terhadap sesama warga Indonesia yang mengatas namakan kelompok tertentu. Modal inilah yang dimiliki oleh para pahlawan kemerdekaan Indonesia, sehingga mereka mampu berjuang bersama mewujudkan kemerdekaan Negara Indonesia.

Baca Juga: Tafsir Surat Ali Imran Ayat 103: Dalil Sila Ketiga Pancasila, Persatuan Indonesia

Akhirnya semua persaudaraan antara beberapa elemen yang beragam itu sampai pada cakupan yang paling luas, yaitu persaudaraan sesama manusia (ukhuwah Bashariyah), tanpa dibatasi kepentingan apapun. Dalam konteks ini Al-Quran telah menyatakan bahwa umat manusia itu bersaudara sejak awal, karena berasal dari orang tua yang sama, yaitu Adam dan Hawa. Hal ini sebagaimana tertulis dalam surat al-Nisa’ [4]: 1,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.

Keempat ukhuwah ini haruslah berjalan paralel. ukhuwah Nahdliyah (persaudaraan sesama NU) hendaknya diikuti dengan ukhuwah Islamiyah jika tidak ingin terjadi fanatisme ke-NU-an. Begitu juga antara ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah Wataniyah. Ukhuwah Islamiyah saja tidak cukup, karena dikawatirkan akan membuat ekstrimisme agama. Namun jika hanya berpegang pada ukhuwah wataniyah maka akan melahirkan abangan atau sekuler yang kering dari nilai spiritual. Jika tiga ukhuwah itu terpenuhi, maka berlanjut pada tingkatan ukhuwah berikutnya yang lebih mendunia, yaitu ukhuwah bashariyah atau ukhuwah insaniyah. Wallahu A’lam.

Limmatus Sauda
Limmatus Sauda
Santri Amanatul Ummah, Mojokerto; alumni pesantren Raudlatul Ulum ar-Rahmaniyah, Sreseh Sampang
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

0
Dapat kita saksikan di berbagai negara, khususnya Indonesia, pembangunan infrastruktur seringkali diposisikan sebagai prioritas utama. Sementara pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia seringkali acuh tak...