Sejarah mengemukakan bahwa praktik sihir sudah dilakukan sejak zaman kuno. Asrifin an-Nakhrowie dalam bukunya, Sihir & Klenik Perdukunan, menjelaskan bahwa ada beberapa peninggalan sejarah yang oleh para ahli ditegaskan sebagai bukti eksistensi praktik sihir. Peninggalan tersebut berupa tulisan-tulisan yang disinyalir mengandung simbol mistis-religius. Selain itu, ditambah dengan kuatnya keyakinan bahwa setiap benda mati memiliki kekuatan bagi kehidupan manusia, dengan adanya upacara ritual penyembahan terhadap suatu benda yang diyakini memberi manfaat dan mudarat kepada manusia.
Bagaimanapun, akurasi pendapat di atas merupakan interpretasi sejarah. Lalu bagaimana pendapat Al-Quran sebagai kitab pedoman umat muslim?
Alquran rupanya menceritakan beberapa kisah sihir. Antara lain, Harut dan Marut yang konon dipercaya sebagai pembawa sihir ke muka Bumi dan kisah para penyihir Raja Fir’aun.
Sihir ada sejak zaman umat terdahulu
Allah berfirman dalam Q.S. Azzariyaat ayat 52:
كَذٰلِكَ مَاۤ اَتَى الَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلِهِمۡ مِّنۡ رَّسُوۡلٍ اِلَّا قَالُوۡا سَاحِرٌ اَوۡ مَجۡنُوۡنٌۚ
“ Demikian tidak seorang Rasulpun yang datang kepada orang-orang sebelum mereka melainkan mereka-mereka mengatakan “Ia adalah tukang sihir atau orang gila.””
Ayat ini mengindikasikan bahwa sihir sudah dikenal bahkan telah dipraktikkan oleh para umat terdahulu, seperti umat Nabi Musa as. Sedangkan, jika melihat konteks ayat yang lain, terdapat pendapat yang menyatakan bahwa praktik sihir sudah dilakukan sebelum adanya Musa as., yaitu tepatnya di masa Harut Marut yang Allah Swt. utus untuk membawa ilmu sihir dimuka Bumi. Alquran mengisahkan kisah sihir tersebut dalam Q.S. Albaqarah [2:102], yang berarti:
“Mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir). Mereka mengerjakan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan “sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir!. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang suami dan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir)tidak memberi madharat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang memberi madharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang menukarkanya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat dan amatlah jahat perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.”
Harut dan Marut pembawa ilmu sihir di muka Bumi
Quraish Shihab menyatakan bahwa pada mulanya ilmu sihir diajarkan oleh dua malaikat, yakni Harut dan Marut sebagai ujian bagi mereka berdua dan bagi mereka yang diajarinya. Pada saat yang bersamaan, ternyata setan juga ikut menimba ilmu itu. Akan tetapi jauh setelah itu, ketika Nabi Sulaiman berkuasa, praktek ilmu sihir dia larang. Semua buku-buku tentang sihir ditanam di bawah singgasananya. (Yang Tersembunyi, 162)
Setelah Nabi Sulaiman wafat, setan yang lepas kendali menemukan kitab-kitab tersebut kemudian mengajarkan kembali ilmu sihir itu. Pada saat itulah sebagian orang yahudi mengikuti jejak setan dan percaya kepada bisikan setan bahwa sebenarnya kekuasaan Nabi Sulaiman serta kehebatanya adalah pengaruh sihir tersebut. Allah Swt membantah kebohongan itu dan menyatakan bahwa Nabi Sulaiman tidak melakukan sihir.
Baca juga: Tafsir Ahkam : Apakah Boleh Mempelajari dan Mengajarkan Ilmu Sihir?
Senada dengan keterangan di atas, Ahmad Musthafa Al-Maraghi dalam Tafsir al-Muraghi mengatakan bahwa orang Yahudi menduga Nabi Sulaimanlah yang menghimpun kitab-kitab sihir dari para pakar dalam bidang itu. Kemudian, kitab tersebut dipendam di bawah kursi singgasananya. Hingga suatu saat, kitab tersebut digali dan ditemukan oleh orang-orang yang mengetahuinya. Lalu, kitab terebut diajarkan kepada banyak orang. (Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, 316)
Dapat dipastikan bahwa sihir bermula dari Harut dan Marut. Keduanya tahu tentang sihir dan mengajarkanya kepada manusia, akan tetapi mereka tidak mengajarkanya kecuali setelah memberi tahu sisi positif dan negatifnya. Artinya, kedua malaikat ini sebelum mengajarkan ilmu sihir pasti selalu mengingatkan bahwa ilmu tersebut membahayakan keselamatan baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri. (Asrifin an-Nakhrowie, Sihir & Klenik Perdukunan, 13).
Harut dan Marut mengajarkan ilmu sihir di Negeri Babil, yang sering di sebut Kota Babilonia, sebuah Kota yang terletak di negara Irak. Kota ini berada di tepi sungai Eufrat, yang bekasnya sampai sekarang masih ada.
Rasulullah pernah terkena sihir
Dalam Shahih Bukhari, diriwayatkan sebuah hadis dari Aisyah yang mengatakan bahwa, salah seorang dari bani Zuraiq bernama Lubaid bin al-Asham. Suatu malam, Nabi Saw memanjatkan doa kemudian bertanya kepada Aisyah,
“Wahai Aisyah, tidakkah kau merasa bahwa Allah telah memberiku fatwa tentang suatu perkara yang aku sendiri tidak meminta fatwa kepadanya? Aku didatangi oleh dua orang. Salah satu dari keduanya duduk di pinggir kepalaku. Satunya lagi duduk di sebelah kakiku.”
Baca juga: Surat Al-Mu’awwidzatain Dan Memahami Kisah Disihirnya Nabi Muhammad
Lantas, salah satu dari keduanya bertanya, “Penyakit apa yang menimpa Muhammad?”
Salah satu yang lain berkata, “Dia terkena sihir.”
“siapa yang menyihirnya?” tanyanya lagi.
Kemudian, satunya menjawab, “Lubaib bin al-Asham.”
“Dengan apa dia menyihirnya?” tanyanya lagi.
Lalu, satunya menjawab, “dengan sisir, rambut yang jatuh saat disisir, dan dengan mayang kurma yang kering.”
“Di mana benda itu sekarang?” tanyanya lagi.
Lalu, satunya menjawab, “di sumur Dzirwan.”
Kemudian, Nabi Muhammad Saw mendatangi sumur itu bersama dengan beberapa sahabatnya. Beliau kemudian berkata, “wahai Aisyah, seolah-olah air dalam sumur ini tegang karena daun inai dan seakan-akan mayang pohon kurma itu seperti mayang setan.”
Itulah sejarah sihir yang tertuang dalam Alquran dan hadis. Jika pembaca sekalian mempunyai keistemewaan ilmu ini, jangan gunakan sembarangan, sebab secara tidak langsung akan membahayakan diri sendiri. Jika para pembaca tidak memiliki ilmu ini maka bersyukurlah karena tidak diuji oleh Allah dengan ilmu ini. Cukup kita bermohon kepada Allah agar dilindungi dari jahatnya ilmu sihir. Amin.