Kitab At-Tashrih Al-Yasir Fi Ilmi At-Tafsir ini merupakan salah satu karya KH. Muhammad Sya’roni Ahmadi, seorang ‘alim asal Kudus. Sebagaimana namanya, yaitu At-Tashrih Al-Yasir (penjelasan yang mudah) kitab ini disajikan dengan bahasa Arab yang mudah dipahami dan sangat ringkas. Kitab setebal 79 halaman ini berisi penjelasan atas Mandzumah Ilmu at-Tafsir karya Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Ali az-Zamzami al-Makki (w. 963 H/1556 M) yang terdiri dari 157 bait.
Mandzumah Ilmu at-Tafsir sendiri sudah pernah disyarahi, seperti Nahju At-Taisir karangan Sayyid Muhsin al-Musawa (w. 1354 H/1936 M), dan hasyiyah-nya yaitu Faiydh al-Khobir Wa Khulashotu at-Taqrir karangan Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki (w. 1391 H/1971M) dan Syekh Yasin al-Fadani (w. 1410 H/1990 M), dan Al-Iksir Fi Tarjamati Nadzmi Ilmi At-Tafsir karangan KH. Bisri Mustofa.
Namun, tampaknya KH. Muhammad Sya’roni Ahmadi menilai masih dibutuhkan lagi sebuah penjelasan yang ringkas dan padat sebagai jawaban dari kebutuhan sebagian masyarakat yang cenderung menginginkan pembahasan yang simpel dan mudah dipahami, tidak terlalu bertele-tele ataupun terlalu mendalam, terutama bagi para pemula dalam kajian ilmu Al-Quran dan Tafsir.
Dalam kata pengantarnya, KH. Muhammad Sya’roni Ahmadi mengatakan:
أَمَّا بَعْد فَهَذِهِ تَصْرِيْحَاتٌ يَسِيْرَةٌ وَتَعْلِيْقَاتٌ لَطِيْفَةٌ عَلَى مَنْظُوْمَةِ الْإِمَامِ الْعَلَّامَةِ الشَّيْخِ عَبْدِ الْعَزِيْزِ الزَّمْزَمِيْ تَسْهِيْلًا لِلطَّلَبَةِ بِعِبَارَةٍ سَهْلَةٍ يَفْهَمُهَا الْمُبْتَدِيْ وَلِهَذَا لَمْ نَتَعَرَّضْ لِلتَّعَالِيْلِ الْمُطَوَّلَةِ
(Amma Ba’du, Ini merupakan penjelasan-penjelasan yang mudah dipaham dan catatan-catatan yang lembut atas Manzhumah Ilmut Tafsir karya al-Imam as-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz az-Zamzami untuk mempermudah para pencari ilmu dengan ungkapan yang mudah, yang pemula dapat memahaminya dan karena ini, saya tidak menyinggung alasan-alasan yang panjang lebar).
Sistematika penulisan kitab
Adapun sistematika penulisan Kitab At-Tashrih Al-Yasir Fi Ilmi At-Tafsir, yaitu dimulai dengan kata pengantar singkat dari penulis. Dilanjutkan dengan pembahasan sesuai isi dari Mandzumah Ilmu At-Tafsir, yaitu dimulai dari pengertian ilmu tafsir dan menjelaskan cakupan pembahasannya, yaitu 55 macam yang termuat dalam 6 ‘Iqd atau bab, sebelumnya ada muqaddimah dan setelahnya khatimah.
Bagian muqaddimah berisi pengertian seputar Al-Qur’an, meliputi definisi Al-Qur’an, surat dan ayat, perbedaan pendapat mengenai adanya keutamaan diantara ayat-ayat Al-Qur’an, keharaman membaca Al-Qur’an dengan bahasa selain Arab, pengertian tafsir, keharaman tafsir bir ra’yi, perbedaan tafsir dengan ta’wil, dan diperbolehkan mengambil filosofi dari Al-Qur’an.
Kemudian dalam al-‘Iqd al-Awwal membahas mengenai turunnya Al-Qur’an yang mencakup 12 macam sub tema, yaitu makki, madani, hadhori, safari, nahari, laili, shaifi, syita’i, firasyi, asbabun nuzul, wahyu yang pertama turun, dan wahyu yang terakhir turun.
Dilanjutkan dengan al-‘Iqd ats-Tsani yang membahas jalur sanad bacaan Al-Qur’an dan mencakup 6 macam sub tema, yaitu mutawatir, ahad, syadz, bacaan Nabi Muhammad SAW, perawi dan huffadz dari para sahabat dan tabi’in.
Baca Juga: Mengenal Kitab Mabadi’ Ilm Ushul At-Tafsir: Pengantar Ilmu Tafsir Karya Ulama Sulawesi
Dalam bab ini pula disebutkan nama-nama Imam Qiro’ah Sab’ah dan periwayatnya; Imam Qiro’ah Tsalatsah yang menyempurnakan al-‘Asyroh dan periwayatnya; Imam Qiro’ah Arba’ah yang menyempurnakan al-Arba’ah ‘Asyar dan periwayatnya, sanad-sanad Imam qiro’ah sab’ah yang bersambung dengan Nabi Muhammad SAW.
Selanjutnya, dalam al-‘Iqd ats-Tsalits Kitab At-Tashrih Al-Yasir Fi Ilmi At-Tafsir ini dibahas cara membaca Al-Qur’an yang memuat 6 macam sub tema, yaitu waqaf, ibtida’, imalah, mad, meringankan hamzah, dan idgham.
Kemudian al-‘Iqdul Rabi’-nya beralih ke bahasan mengenai lafad-lafad Al-Qur’an yang mencakup 7 macam sub tema, yaitu gharib (kata asing), mu’arrob (kata Arab serapan), majaz (kiasan), musytarak (polisemi), mutaradif (sinonim), isti’arah, tasybih (antromorfis).
Adapun al-‘Iqd al-Khamis membicarakan tentang makna-makna yang terkait dengan hukum-hukum. Terdapat 14 macam sub tema, yaitu al-amm al-baqi ‘ala umumih, al-amm al-makhsus, al-amm al-ladzi urida bihi al-khusus, ma khusso minhu bi as-sunnah, ma khusso bihi min as-sunnah, mujmal, muawwal, mafhum, muthlaq, muqoyyad, nasikh, mansukh, ayat yang diamalkan di masa tertentu, dan hanya satu orang yang mengamalkan.
Sedangkan dalam al-‘Iqd as-Sadis, bahasan terakhir dalam Kitab At-Tashrih Al-Yasir Fi Ilmi At-Tafsir yaitu tentang makna-makna yang berkaitan dengan lafadz-lafadz. Terdapat 6 macam sub tema, yaitu fashl, washl, i’jaz, ithnab, musawah, dan qashr.
Setelah itu penjelasan kitab At-Tashrih Al-Yasir Fi Ilmi At-Tafsir ditutup dengan pembahasan mengenai nama-nama Nabi, malaikat, dan nama selain mereka, termasuk mubham (nama yang disamarkan). Semua pembahasan di atas tadi dijelaskan secara ijmali (global) sesuai tema. Penjelasannya selalu dimulai dengan kata يَعْنِيْ dan diakhiri dengan kata والله أعلم.
Baca Juga: Mengenal Tafsir Firdaus An-Naim, Tafsir Nusantara Asal Madura
Gaya penyampaian KH. Sya’roni Ahmadi
Penulis kitab ini mampu menampilkan cara yang mudah dan singkat, yaitu dengan menggunakan tabel dalam menyebutkan nama-nama surat Al-Qur’an serta mengklasifikasikan ke dalam makkiyah dan madaniyah, penjelasan para Imam Qiro’ah dan para periwayatnya (nama, daerah, tahun lahir dan wafatnya), nama para nabi dan letak suratnya. Juga disebutkan tabel rumus Imam Qiro’ah Sab’ah dan periwayatnya.
Penulis juga terlihat lihai saat menjelaskan seputar Ilmu Qira’at, yaitu pada bagian al-‘Iqd al-Awwal dan al-‘Iqd ats-Tsalits. Hal ini menunjukkan kepakaran penulis di dalam keilmuan tersebut. Bahkan penulis juga menyusun kitab khusus mengenai Ilmu Qiro’at yang diberi nama dengan Faiydh al-Asany yang berjumlah 3 jilid. Tentu itu semua tak lepas dari status penulis yang merupakan murid langsung dari KH. Arwani Amin Kudus, seorang ulama ahli Qiro’ah Sab’ah.
Kemudian pada teks manzhumah penulis memberikan syakal atau harokat. Begitu juga dengan beberapa contoh versi qiro’ah dan sebagian nama, seperti نُعيم dan حُبيب yang mungkin bagi sebagian pemula bisa saja salah baca menjadi Na’im dan Habib.
Lebih dari itu, menariknya penulis juga memberikan catatan komentar terhadap beberapa teks mandzumah yang dinilainya kurang. Pada bait-nya tertulis sebagai berikut:
مِنْهُ عَلَى الْقَوْلِ بِهِ كَتَبَّتِ # وَاْلفَاضِلُ الَّذْ مِنْهُ فِيْهِ أَتَتِ
Penulis mengatakan وَلَوْ قَالَ النَّاظِمُ وَعَكْسُهَا الَّتْ فِيْهِ مِنْهُ أَتَتِ لَكَانَ أَحْسَن (Jika orang yang menadzamkan berkata tentu itu lebih bagus). Begitu juga, penulis menyebutkan versi lain dalam teks Mandzumah Ilmut Tafsir pada bait berikut:
وَهَذِهِ وَنَحْوُهَا قَدْ أَنْكَرَا # جُمْهُوْرُهُمْ بِالْوفْقِ قَالُوْا إِحْذَرَا
Penulis menyebutkan وَفِيْ نُسْخَةٍ حَذَرَا (dalam naskah lain menggunakan redaksi حَذَرَا) dengan berbentuk fi’il madhi, bukan fiil amr.
Baca Juga: Gus Awis: Ulama Muda, Pakar Sastra dan Tafsir Al-Qur’an yang Produktif dari Indonesia
Sebagaimana yang terdapat dalam kolofon kitab tersebut, dikatakan bahwa kitab At-Tashrih Al-Yasir Fi Ilmi At-Tafsirini selesai ditulis oleh KH. Muhammad Sya’roni Ahmadi pada permulaan bulan Rajab tahun 1392 Hijriyah yang bertepatan dengan 10 Agustus 1972 Masehi. Sungguh bentuk kontribusi penulis yang nyata dalam memperkaya khazanah keilmuan, khususnya dalam bidang kajian Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir di Indonesia.
Menurut Titik Wahidatun Nikmah dari hasil penelitiannya KH. Sya’roni Ahmadi Biografi dan Perjuangannya, menyebutkan seorang kyai yang lahir pada tanggal 17 Agustus 1930 M di Kudus ini juga mempunyai karya yang lain, yaitu: al-Faraid as-Saniyah, Tarjamah As-Sulam al-Munawaroq, Tarjamah Tashil at-Thuruqat, dan Qiro’ah al-‘Ashriyyah.
Karya ini sangat menarik dan penting sekali untuk dikaji. Selain karena di dalamnya termuat berbagai macam penjelasan tema dasar mengenai ilmu Al-Qur’an dan Tafsir dengan bahasa yang mudah, kitab At-Tashrih Al-Yasir Fi Ilmi At-Tafsir merupakan salah satu karya ulama dari Indonesia.
Kita sebagai orang Indonesia sudah sepatutnya mengkaji dan menjadikannya salah satu rujukan. Sekaligus bentuk penghormatan kita kepada mereka dengan selalu menghidupkan karya-karya mereka melalui membaca dan mengkajinya. Wallahu a’lam.