BerandaTafsir TematikTafsir KebangsaanKonsep Kesetaraan Ras dalam Alquran

Konsep Kesetaraan Ras dalam Alquran

Di zaman teknologi yang telah berkembang pesat, manusia dengan situasi sosialnya masih saja berkutat dengan diskursus yang berulang bahkan seperti sebelum datangnya Islam. Beberapa kalangan manusia pada zaman ini masih menganggap ras lain lebih rendah daripada rasnya. Hal ini terbukti dengan masih maraknya praktik penghinaan terhadap ras tertentu yang terjadi di ruang publik, media sosial misalnya.

Alquran, surah al-Hujurat ayat 17 menjadi pertanda penting bagi umat masa kini untuk berkaca dari krisis yang telah diselesaikan oleh Nabi Muhammad saw. 14 abad lalu. Ayat ini juga menjadi panduan tentang konsep kesetaraan ras. Imam al-Qurthubi dalam tasirnya menyebutkan bahwa terdapat beberapa riwayat yang menjadi sebab turunnya ayat ini.

Baca Juga: Konsep Lita’arofu dalam QS. Al-Hujurat Ayat 13 dalam Menyikapi Keberagaman

Pertama, ayat ini turun berkaitan dengan Abu Hind. Riwayat ini disebutkan oleh Abu Dawud, bahwasanya Rasulullah saw. menyuruh Bani Bayadhah untuk menikahkan salah satu perempuan mereka dengan Abu Hind. Namun mereka menolak perintah Rasul tersebut dan mempertanyakan apakah mereka harus menikahkan puteri mereka dengan orang yang mereka anggap sebagai budak? Maka kemudian turunlah ayat ini.

Riwayat kedua menyebutkan bahwa ayat ini turun berkaitan dengan seseorang yang tidak berkenan untuk melapangkan tempat duduk dalam majelis Nabi saw. Ketika ditanyai oleh Nabi saw. tentang asal mana saja orang yang duduk dalam majelis beliau tersebut, orang itu menjawab bahwa terdapat orang berkulit putih, hitam, pun merah berada di situ. Maka kemudian Nabi saw. bersabda kepadanya,

فَإِنَّكَ لَا تَفْضُلُهُمْ إِلَّا بِالتَّقْوَى

Maka sesungguhnya engkau tidak lebih baik dari mereka kecuali dengan takwa.

Riwayat ketiga berasal dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa pada saat penaklukan Makkah, Nabi saw. memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan azan di atas Ka’bah. Melihat hal ini tokoh-tokoh Quraisy yang belum beriman sepenuhnya berpendapat negatif. Ada yang menyebut bahwa ayahnya beruntung telah meninggal sehingga tidak menyaksikan peristiwa orang berkulit hitam naik Ka’bah.

Ada pula yang mempertanyakan apakah tidak ada orang lain, selain Bilal yang berkulit hitam, untuk mengumandangkan azan di atas Ka’bah? Maka kemudian Jibril memberitahukan hal ini kepada Nabi saw. dan beliau pun menanyai mereka tentang pernyataan masing-masing dan mereka mengakuinya.

Setelah peristiwa ini turunlah ayat 17 surat al-Hujurat ini yang menegur mereka akan kebanggaan rasial, kesombongan harta, dan kesewenangan terhadap orang-orang marjinal.

Riwayat keempat dari Ibn Umar bahwa ketika Rasulullah saw. berkhutbah di Makkah beliau bersabda,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إن الله قد أذهب عنكم عيبة الْجَاهِلِيَّةِ وَتَعَاظُمَهَا بِآبَائِهَا. فَالنَّاسُ رَجُلَانِ: رَجُلٌ بَرٌّ تَقِيٌّ كَرِيمٌ عَلَى اللَّهِ، وَفَاجِرٌ شَقِيٌّ هَيِّنٌ عَلَى اللَّهِ. وَالنَّاسُ بَنُو آدَمَ وَخَلَقَ اللَّهُ آدَمَ مِنْ تُرَابٍ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى

Wahai sekalian manusia sesungguhnya Allah telah menghilangkan aib zaman kebodohan dari kalian yang membangga-banggakan ras keturunan moyangnya. Bahwasanya hanya terdapat dua jenis manusia yakni yang baik bertakwa mulia di hadapan Allah dan selainnya yakni pendosa celaka yang hina dihadapan Allah. Seluruh manusia adalah keturunan Adam yang diciptakan dari tanah. Allah berfirman;

: “يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْناكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثى وَجَعَلْناكُمْ شُعُوباً وَقَبائِلَ لِتَعارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ”

 Wahai manusia sesungguhnya kami ciptakan kalian dari lelaki dan Perempuan dan kami jadikan kalian bangsa-bangsa serta suku-suku untuk saling mengenali. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Maha Teliti.

Riwayat yang terakhir yakni dari al-Thabari bahwa ketika Rasulullah saw berkhutbah di Mina pada hari tasyrik beliau bersabda.

يا أَيُّهَا النَّاسُ أَلَا إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ أَلَا لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى عَجَمِيٍّ وَلَا عَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ وَلَا لِأَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ وَلَا لِأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ إِلَّا بِالتَّقْوَى أَلَا هَلْ بَلَّغْتُ؟ – قَالُوا نَعَمْ قَالَ- ليبلغ الشاهد الغائب

Wahai sekalian manusia ingatlah bahwa Tuhan kalian Esa dan moyang kalian adalah satu (baca: Adam). Ingatlah bahwa tiada keutamaan bagi bangsa Arab atas selainnya, pun juga sebaliknya. Tiada juga keunggulan orang kulit hitam atas orang kulit merah pun juga sebaliknya kecuali dengan ketakwaan. Adakah telah kusampaikan? Mereka pun menjawab, iya. Maka yang menyaksikan agar menyampaikan kepada yang tidak hadir.

Baca Juga: Body Shaming, Repetisi Histori al-Hujurat Ayat 11 Sebagai Budaya Jahiliyah Modern

Riwayat-riwayat di atas meskipun berbeda namun memiliki substansi yang sama yakni kesetaraan setiap ras manusia. Tiada yang perlu dibanggakan untuk kemudian menjadi dalih atas penghinaan ras lain yang juga sesama keturunan Adam.

Sebagai manusia modern kita perlu berkaca kembali pada moral egaliter, misal tentang konsep kesetaraan ras yang telah disebutkan dalam Alquran dan diajarkan oleh Nabi saw untuk menghormati setiap bangsa yang ada meskipun berbeda dari berbagai aspeknya.

Muhammad Fathur Rozaq
Muhammad Fathur Rozaq
Mahasiswa Doktoral Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Angin sebagai Tentara Allah: Tafsir Fenomena Meteorologi dalam Alquran

Angin sebagai Tentara Allah: Tafsir Fenomena Meteorologi dalam Alquran

0
Alquran menyebutkan fenomena alam tidak hanya sebagai tanda-tanda kebesaran Allah, tetapi juga sebagai pengingat akan kekuasaan-Nya yang tak terbatas. Salah satu elemen alam yang...