Sudah umum diketahui oleh seorang muslim bahwa Nabi Muhammad Saw. lahir di tahun gajah. Dinamai tahun gajah karena pada waktu itu terjadi peristiwa besar berupa penyerangan yang dilakukan oleh pasukan bergajah dari Yaman di bawah komando Abrahah. Mereka datang dan mengepung kota Mekkah dengan tujuan untuk menghancurkan Ka’bah, sebab Raja Abrahah berencana membangun pusat ibadah baru di Yaman. Maka dari itu, supaya proyek besarnya ini sukses, ia berniat untuk menghancurkan Ka’bah sebagai pusat peribadatan sehingga orang-orang akan mendatangi pusat ibadah baru yang ia akan bangun di nantinya.
Upaya yang dilakukan Abrahah untuk menghancurkan Ka’bah berakhir naas, karena yang ia hadapai adalah Tuhan Penguasa alam semesta, pemilik Rumah Suci tersebut. Kisah kebinasaan Abrahah beserta pasukan besarnya ini diabadikan oleh Allah Swt. dalam Alquran surah Alfil,
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ (1) أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ (2) وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ (3) تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ (4) فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ (5)
Tidakkah engkau (Muhammad) perhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia? dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar, sehingga mereka dijadikan-Nya seperti daun-daun yang dimakan (ulat). Q.S. Alfil [105]: 1-5
Baca Juga: Kisah Pasukan Bergajah dan Burung Ababil dalam Surah Al-Fîl
Kisah mengenai peristiwa penyerangan kota Mekkah oleh tentara Abrahah sudah masyhur di kalangan umat Islam. Peristiwa tersebut diyakini sebagai kejadian luar biasa (khawariq al-‘adah) yang menunjukkan bahwa kemahakuasaan dan pembelaan Allah Swt. kepada Rasulullah. Ketika Ka’bah yang akan diserang oleh pasukan Abrahah yang terkenal adidaya pada waktu itu diperlakukan sedemikian rupa karena berani melawan syi’ar Allah, maka Nabi Muhammad Saw. juga pasti akan mendapatkan pertolongan Allah Swt. dalam menghadapi para penentangnya. [Ruh al-Ma’ani, Juz 15, 464]
Akan tetapi, peristiwa luar biasa seperti yang diceritakan berbagai literatur tersebut ternyata tidak sepenuhnya diterima oleh sebagian kalangan. Sebut saja misalnya Syekh Muhammad Abduh yang berupaya merasionalkan tragedi yang menimpa pasukan bergajah tersebut dengan berbagai asumsi logis dan dapat dicerna akal. Menurutnya, Alquran sudah menceritakan peristiwa tersebut secara umum dan harus diyakini. Namun, yang terjadi bukanlah seperti apa yang selama ini diyakini banyak orang.
Dalam kitab Tafsir Juz Amma-nya, beliau berupaya merasionalisasikan kejadian tersebut bahwa sebenarnya mereka diazab dengan wabah penyakit kulit yang mematikan. Burung ababil yang disebutkan dalam ayat tersebut divisualisasikan sebagai lalat pembawa bakteri mematikan yang menyerang menggerogoti tubuh mereka. Akibatnya mereka terkena semacam wabah penyakit cacar mematikan sampai-sampai kulit dan daging mereka rontok bagaikan dedaunan yang dimakan ulat. (Tafsir Juz ‘Amma, 157-158)
Baca Juga: Ibrah Surah Alfil: Iri dan Dengki Penyebab Kehancuran
Sanggahan Syekh Mutawalli al-Sya’rawi
Kemunculan wacana untuk merasionalisasikan kejadian-kejadian supranatural ini dimulai pada masa kebangkitan pergerakan Islam di era modern. Mereka berupaya mengukur tindakan tuhan dengan logika manusia, sehingga apapun yang irasional akan mereka takwil sedemikian rupa supaya agar dapat dicerna akal manusia. Tokoh cendikiawan muslim pelopor gerakan ini didominasi oleh para pembaharu Islam seperti Syaikh Jamaluddin al-Afghani dan Syekh Muhammad Abduh misalnya.
Syekh al-Sya’rawi merupakan salah seorang ulama kontemporer yang menolak penafsiran dengan mengedepankan rasio terkait tragedi tentara bergajah Abrahah. Menurutnya, ayat-ayat serupa yang mengisahkan tentang peristiwa di luar nalar harus dipahami dengan pendekatan suprarasionalistik. Kejadian seperti itu tidak bisa diukur dengan logika dan sebab akibat yang biasa dipahami manusia, melainkan harus dikembalikan kepada aturan Tuhan. Analogi sederhananya, tidak tepat jika materi atau kurikulum anak SD diberikan kepada mahasiswa doktoral misalnya. (Tafsir al-Sya’rawi, Juz 20, 437)
M. Quraish Shihab mengutip bahwa al-Sya’rawi memperkuat argumentasinya dengan kajian kebahasaan. Menurut al-Sya’rawi, jika dikatakan bahwa kehancuran dan kebinasaan pasukan gajah disebabkan oleh bakteri, butuh waktu cukup lama bahkan bertahun-tahun sampai mereka terbunuh dalam keadaan mengenaskan seperti digambarkan dalam ayat. Padahal, Alquran menggambarkan kondisi mereka setelah dilempari batu sijjil dengan menggunakan redaksi فجعلهم, bukan ثم جعلهم. Dalam teori bahasa arab, huruf fa’ menunjukkan adanya jarak waktu yang tidak terlalu lama antara dua peristiwa. (Tafsir al-Misbah, Juz 15, 623)
Baca Juga: Tafsir Surat Al Fil Ayat 1-5
Di sisi lain, ayat-ayat yang berisi kisah ajaib serupa sebenarnya ingin menunjukkan kekuasaan Allah Swt. yang tidak bisa diukur dengan logika manusia. Memang tidak menutup kemungkinan bahwa kejadian-kejadian luar biasa seperti kisah kehancuran tentara Abrahah tersebut terjadi sesuai dengan hukum sebab akibat. Akan tetapi yang perlu diperhatikan adalah bahwasanya kejadian tersebut merupakan ‘perbuatan Allah’ yang tidak dapat diukur dengan ukuran rasional yang mengandalkan sebab akibat.
Wallahu a’lam.