BerandaTafsir TematikMakna dan Keutamaan Surah Al-Ashr dalam Kehidupan Sehari-Hari

Makna dan Keutamaan Surah Al-Ashr dalam Kehidupan Sehari-Hari

Surah Al-Ashr merupakan satu surah yang paling sering dibaca dalam kehidupan sehari-hari, di antaranya ketika hendak mengakhiri sebuah pertemuan atau kelas pembelajaran. Abdullah Saeed mengatakan bahwa surah Al-Ashr ini diyakini sebagai refleksi terhadap singkatnya hidup ini, sehingga penting mengingat prioritas yang paling penting dalam hidup seseorang. Sejalan dengan ini, ungkapan penegasan (taukid) yang disandingkan dengan al-Ashr menunjukkan ‘Waktu’ sangat penting bagi manusia.

Adapun makna ‘waktu’ yang dimaksud dalam Al-‘Ashr mengandung banyak makna, di antaranya dalah waktu Asar. Dengan berfokus pada waktu Asar tersebut, tulisan ini akan membahas kandungan makna surah Al-Ashr beserta keutamaan dan motivasi yang dapat diperoleh darinya, terutama dalam rangka menghidupkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.

Surah dan Makna Al-‘Ashr

Jika dilihat dari susunan mushafi, surah Al-Ashr berada di urutan yang ke-103, tepatnya antara surah Al-Takatsur (surah ke-102) dan surah Al-Humazah (surah ke-104). Sementara itu, dilihat dari susunan nuzuli, surah Al-Ashr berada di urutan yang ke-9 dalam versi Fihrist, urutan ke-12 dalam versi Ibnu Abbas, Al-Kafi, Ikrimah dan Al-Hasan, dan urutan ke-13 dalam versi Mesir. Sekalipun berbeda-beda dari sisi urutan turunnya, tetapi semuanya menyepakati bahwa surah ini turun di Mekkah.

Baca Juga: Surah Al-Fajr Ayat 2: Waktu Utama Bersedekah di Bulan Dzulhijjah

Redaksi surah Al-‘Ashr termasuk redaksi yang sangat padat dan jelas, ini dapat dipahami sebagai arahan kepada manusia tentang kehidupan yang dijalaninya: apakah berada dalam kebaikan atau keburukan, apakah sedang bahagia atau sengsara (merugi), apakah berada di waktu yang luang atau sempit, dan seterusnya.

Lebih jauh, pada awal redaksinya, surah Al-‘Ashr ini diawali dengan ungkapan sumpah berupa waw qasam. Bunyinya wal-‘ashr mengandung pemahaman Allah SWT berumpah “Demi Waktu!”. Di sin, setiap kalimat yang diawali dengan kata-kata sumpah menunjukkan apa yang disebutkan setelahnya adalah yang penting sekali. Terlebih lagi setelah diawali waw qasam, muncul ungkapan inna yang merujuk pada kesungguhan-penegasan (taukid).

Ketika merujuk kepada kitab-kitab tafsir, beberapa memaknai kata ‘Ashr sebagai al-dahri yang bermakna waktu. Makna seperti ini dapat dilihat dalam penafsiran Al-Thabari, Al-Qurthubi, bahkan Ibnu Abbas, masing-masing dapat ditemui dalam kitab tafsirnya. Dengan demikian, bersumpahnya Allah SWT dengan menggunakan ‘ashr merupakan pengingat tentang amat sangat pentingnya waktu.

Dalam riwayat yang disampaikan oleh Qatadah dikatakan bahwa maksud dari al-‘ashr adalah di akhir waktu dari siang. Ini menunjukkan bahwa al-asrh merujuk kepada waktu antara shalat Dhuhur dan shalat Maghrib, yakni shalat Ashar. Makna ini akan lebih terasa jika memperhatikan dan mengaitkannya dengan pentingnya shalat ‘Ashr, sebagaimana yang menjadi satu makna dari shalat Wushta dalam QS. Al-Baqarah: 238.

Lebih jauh, waktu yang merupakan berbagai perkara yang menakjubkan dan pelajaran yang menunjukkan pada kekuasaan Allah SWT beserta hikmah pada waktu itu. Allah SWT bersumpah bahwa manusia sungguh berada dalam kerugian dan kekurangan, kecuali manusia yang beriman, beramal shaleh, saling mewasiatkan kebenaran, dan berpegang teguh kepada kesabaran.

Keutamaan dari Al-‘Ashr

Dengan berpegang pada makna Ashar (waktu setelah Dhuhur dan sebelum Maghrib) atau Wushta, maka dapat diungkap beberapa keutamaan dan motivasi dari surah Al-‘Ashr ini. Di sini, penulis hanya akan mengungkap lima keutamaan saja. Pertama, Ashar merupakan salah satu waktu ketika malaikat akan naik ke langit untuk menyetorkan amalan manusia kepada Allah SWT. Ini sebagaimana diungkap dalam hadis Nabi pada riwayat Al-Bukhari, Muslim dan lainnya.

Kedua, Ashar merupakan shalat yang membuat Allah SWT akan memberikan nikmat melihat Zat Allah SWT. Ini sebagaimana yang dipahami oleh umat Islam bahwa orang-orang yang beriman dan beramal shaleh akan masuk ke Surga serta bertemu dan melihat langsung Allah SWT. Salah satu ‘jalan pintasnya’ adalah dengan menyegerakan shalat Ashar di awal waktu, sebagaimana diungkap dalam hadis Nabi pada riwayat Al-Bukhari dan Muslim.

Ketiga, waktu Ashar dikenal sebagai waktu kreativitas. Ketika Ashar tiba, spektrum alam akan berubah warna menjadi warna jingga (Ch-2) dengan spektral 590-620 nm. Spektral ini menyatu dengan frekuensi prostat, uterus, ovary, dan testis yang mempengaruhi sistem reproduksi. Biasanya, orang yang terlewatkan waktu Asharnya, maka akan kehilangan kreativitasnya. Itu sebabnya, orang tua, keluarga ataupun kerabat kita, selalu mewanti-mewanti dan melarang kita tidur di sore hari. Ini sebenarnya merujuk pada hadis riwayat Ibnu Hibban.

Keempat, waktu Ashar juga dikenal sebagai waktu untuk melakukan terapi kandung kemih. Ini karena pada waktu Ashar, tepatnya sekitar 15.00-17.00, mulai terjadi kesesuaian secara perlahan antara hawa tubuh manusia dan hawa di sekitarnya. Pada waktu Ashar, lingkungan alam sudah mengalami penurunan suhu udara yang mulia masuk tahap keseimbangan panas dan dingin. Panas dari sinar matahari sudah mulai berkurang, dan ini sesuai dengan sifat kandung kemih di dalam tubuh manusia.

Baca Juga: Tafsir Surah Al-Isra Ayat 78: Matahari sebagai Petunjuk Waktu Salat

Kelima, waktu Ashar merupakan simbol pentingnya kualitas amal. Dalam konteks ini, sekalipun waktu ashar memiliki jangka yang relatif pendek, tetapi jika dapa dipahami dengan benar dan mengisi hidup dengan amal shaleh dengan berdasarkan pada keimanan serta konsisten menyampaikan kebenaran dan tetap bersabar, maka manusia akan merasakan kualitas amal yang baik dan bermanfaat dalam kehidupannya.

Demikian sekelumit paparan mengenai makna dan keutamaan tentang surah Al-‘Ashr. Tentu, masih sangat luas makna yang dapat diungkap dari surah tersebut, demikan halnya dengan keutamaan yang dikandungnya. Tetapi, dari tulisan ini dapat dipahami bahwa posisi penting ‘Ashar, sebagimana ditegaskan Allah SWT, dapat dirasakan dan dibuktikan dan dirasakan langsung dalam kehidupan manusia. [] Wallahu A’lam

Muhammad Alwi HS
Muhammad Alwi HS
Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Konsentrasi Studi Al-Quran dan Hadis.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

tafsir surah al-An'am ayat 116 dan standar kebenaran

Tafsir Surah Al-An’am Ayat 116 dan Standar Kebenaran

0
Mayoritas sering kali dianggap sebagai standar kebenaran dalam banyak aspek kehidupan. Namun, dalam konteks keagamaan, hal ini tidak selalu berlaku. Surah al-An'am ayat 116...