Dalam muqaddimah Tafsir al-Manar Muhammad Abduh, seorang tokoh pembaharu Islam abad modern, mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah kitab hidayah yang menjadi pedoman hidup umat Islam. Oleh karena itu, seorang muslim harus berusaha memahami ayat-ayatnya dengan baik berdasarkan konteks sejarah pewahyuan dan mengaktualisasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Al-Qur’an sendiri juga sering menyebut dirinya sebagai hidayah bagi manusia secara umum ataupun bagi muslim secara khusus (hudal lil muttaqin). Berdasarkan penelusuran penulis, kata hidayah, derivasinya dan ayat-ayat semakna yang berbicara mengenai petunjuk berjumlah sekitar 307 ayat dan tersebar di berbagai surah Al-Qur’an. Ini menunjukkan bahwa hidayah adalah salah satu tema terpenting dalam Al-Qur’an.
Kata hidayah berasal dari kata hada-yahdi-hadyan-hidayatan yang berarti menunjukkan atau lawan dari kata adhalla yakni menyesatkan. Menurut Ragib al-Asfahani, kata hidayah bermakna petunjuk dengan kasih sayang (al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an). Hal ini seanda dengan pendapat Muhammad Abduh yang mengartikan hidayah sebagai “petunjuk dengan kasih sayang yang menyampaikan pada apa yang diharapkan atau dikehendaki.”
Dari definisi tersebut, dapat dipahami bahwa hidayah memiliki dua unsur, yakni: petunjuk kepada apa yang diharapkan; dan disampaikan dengan ungkapan kasih sayang atau lemah lembut (luthfun). Jadi, setiap petunjuk yang tidak diberikan dengan kasih sayang mengindikasikan bahwa itu bukan hidayah secara hakiki dan bisa jadi hanya sekedar arahan biasa.
Baca Juga: Baca Ayat Ini Sebagai Doa Agar Orang Mendapatkan Hidayah Islam
Pengertian ini secara implisit juga memberikan kesan kepada muslim bahwa dalam rangka mengajak orang menuju hidayah, mereka harus senantiasa mengutamakan sikap kasih sayang dibanding amarah dan sikap keras. Mereka harus menyampaikan kebaikan dan melarang keburukan dengan cara yang terbaik. Sebab, kebaikan yang dilempar atau tidak disampaikan dengan baik mungkin tidak akan diterima oleh orang yang mendapatkannya.
Macam-Macam Hidayah dalam Al-Quran
Kata hidayah dalam Al-Quran memiliki beberapa makna khusus di samping makna utamanya sebagai petunjuk. Ahmad Mustafa al-Maraghi dalam kitabnya Tafsir al-Maraghi berpendapat bahwa hidayah yang ditujukan kepada manusia dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu hidayah ammah (hidayah yang umum) dan hidayah khashah (hidayah yang khusus).
Hidayah Ammah (Hidayah Umum)
Hidayah Ammah atau hidayah umum ialah hidayah yang Allah swt berikan kepada segenap makhluk untuk dijadikan sebagai pedoman kehidupan. Setiap manusia dan makhluk Allah swt memilikinya sesuai kadar yang ditentukan baginya. Dengan demikian, terlepas dari apakah ia muslim atau non-muslim, hidayah ini akan senantiasa ada dan hadir bersamanya.
Firman Allah swt:
قَالَ رَبُّنَا الَّذِيْٓ اَعْطٰى كُلَّ شَيْءٍ خَلْقَهٗ ثُمَّ هَدٰى ٥٠
Dia (Musa) menjawab, “Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan bentuk kejadian kepada segala sesuatu, kemudian memberinya petunjuk.” (QS. Taha [2]: 1).
Makna hidayah pada ayat ini adalah hidayah secara umum yang diberikan kepada setiap makhluk di alam semesta, baik manusia, hewan, benda maupun tumbuhan. Hidayah tersebut Allah berikan kepada makhluknya dalam bentuk yang bermacam-macam sesuai dengan peranan mereka di dunia. Misalnya, lebah yang diperintahkan untuk membuat sarang di hutan dan di pegunungan.
Hidayah Ammah – menurut al-Maraghi – terbagi kepada empat bentuk, yakni hidayah al-wijdan (insting), hidayah al-hawas (panca indera), hidayah al-‘aql (akal), dan hidayah al-din (agama). Masing-masing hidayah akan penulis jelaskan secara singkat sebagai berikut.
Hidayah al-wijdan atau insting – atau yang disebut Tantawi al-Jawhari sebagai hidayah al-gharizati – ialah gerak hati (impuls) yang terdapat pada diri manusia dan binatang. Setiap makhluk Allah swt memiliki suatu daya dorong dalam keberlangsungan hidup mereka seperti nafsu birahi, rasa takut, dan dorongan untuk melakukan sesuatu.
Hidayah al-hawas atau panca indera – menurut al-Maraghi adalah indera badani yang peka terhadap rangsangan dari luar seperti rangsangan cahaya, bunyi, dan sebagainya. Hidayah ini secara langsung ditransmisikan oleh panca indera yang dimiliki manusia, hewan maupun tumbuhan.
Sedangkan hidayah akal adalah daya jiwa yang berfungsi memahami dan mengetahui nilai-nilai etis (baik dan buruk), dan epistemologis (benar dan salah), serta memiliki fungsi pengikat, penahan, dan pengendali hawa nafsu sehingga berhasil mengangkat manusia menjadi makhluk yang bijaksana. Dalam arti tertentu, akal inilah yang membuat manusia lebih bijaksana dibandingkan binatang.
Baca Juga: Surat Ghafir [40] Ayat 60: Allah Swt Akan mengabulkan Doa Setiap Hamba
Adapun hidayah al-din atau agama adalah anugerah yang Allah berikan kepada manusia melalui para nabi dan rasul sebagai petunjuk agar mereka tidak tersesat dalam menjalani kehidupan dunia. Hidayah ini berbentuk tuntunan-tuntunan dan penjelasan tentang syariat keagamaan. Menurut sebagian ulama, hidayah ini adalah fitrah alamiah manusia untuk bertuhan dan beragama.
Hidayah Khasah (Hidayah Khusus)
Hidayah khasah ialah hidayah yang diberikan Allah swt kepada manusia yang dikehendaki-Nya. Dengan kata lain, hidayah ini tidak menyeluruh dan hanya diberikan kepada mereka yang memiliki kualifikasi atau persyaratan khusus. Menurut ulama, hidayah semacam ini disebut sebagai hidayah taufiq sebagaimana dalam firman Allah swt dalam surat al-Baqarah ayat 272 yang berbunyi:
۞ لَيْسَ عَلَيْكَ هُدٰىهُمْ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ خَيْرٍ فَلِاَنْفُسِكُمْ ۗوَمَا تُنْفِقُوْنَ اِلَّا ابْتِغَاۤءَ وَجْهِ اللّٰهِ ۗوَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ خَيْرٍ يُّوَفَّ اِلَيْكُمْ وَاَنْتُمْ لَا تُظْلَمُوْنَ ٢٧٢
Bukanlah kewajibanmu (Muhammad) menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Apa pun harta yang kamu infakkan, maka (kebaikannya) untuk dirimu sendiri. Dan janganlah kamu berinfak melainkan karena mencari rida Allah. Dan apa pun harta yang kamu infakkan, niscaya kamu akan diberi (pahala) secara penuh dan kamu tidak akan dizalimi (dirugikan). (QS. Al-Baqarah [2]: 272).
Selain dua macam hidayah yang disebutkan di atas, para ulama – seperti Husain bin Muhammad al-Damaghani dalam Qamus al-Qur’an – membagi hidayah dalam Al-Quran – berdasarkan makna relasional atau konteks ayat di mana ia berada – ke dalam beberapa bentuk, di antaranya sebagai berikut:
Hidayah dalam arti penjelasan (QS. As-Sajadah [32]: 26); hidayah dalam arti agama Islam (QS. Al-Hajj [22]: 67); hidayah dalam arti dakwah (QS. As-Sajdah [32]: 24); hidayah dalam arti pengetahuan (QS. Al-An’am [6]: 161); hidayah dalam arti rasul dan kitab suci (QS. Al-Baqarah [2]: 38); hidayah dalam arti petunjuk (QS. Al-Qasas [28]: 22); hidayah dalam arti perintah rasul (QS. Al-Baqarah [2]: 159); hidayah berarti Al-Qur’an (QS. Al-Kahf [18]: 55); dan sebagainya.
Namun jika kita cermati berdasarkan penjelasan di atas, kata hidayah dalam Al-Quran secara umum merujuk pada petunjuk kepada sesuatu dan mayoritas menuju kebaikan. Hidayah dalam makna petunjuk diberikan kepada seluruh makhluk Allah swt, termasuk manusia. Sedangkan hidayah dalam arti mengikuti agama Allah (berislam) hanya diberikan kepada makhluk-makhluk tertentu sesuai kehendak Allah swt (hak prerogatif-Nya). Wallahu a’lam.