BerandaTafsir TematikSurat Ghafir Ayat 60: Allah Swt Akan mengabulkan Doa Setiap Hamba

Surat Ghafir [40] Ayat 60: Allah Swt Akan mengabulkan Doa Setiap Hamba

Doa merupakan salah satu sarana bagi seorang hamba untuk berkomunikasi langsung dengan Allah swt. Selain itu, doa juga merupakan bagian dari ibadah dan bahkan saripati ibadah itu sendiri sebagaimana yang disyaratkan nabi Muhammad saw, “al-du’a mukhkhu al-ibadah” yakni doa adalah inti ibadah. Oleh karena itu, doa bukan hanya sekedar permohonan lalu Allah swt akan mengabulkan doa tersebut, tetapi ia adalah keterhubungan hamba dengan Tuhannya.

Secara etimologi, doa berasal dari bahasa Arab da‘a-yad‘u-da‘watan atau du‘aan yang berarti menyeru, memanggil, mengajak, menjamu, berdoa dan memohon. Sedangkan menurut terminologi – sebagaimana dikatakan al-Qadhi Iyadh – doa adalah ibadah yang hakiki karena menunjukkan kepasrahan diri kepada Allah swt dan berpaling dari selainya.

Dalam pandangan Quraish Shihab, secara istilah doa adalah permintaan yang ditujukan kepada setiap orang yang mempunyai kedudukan dan kemampuan tinggi yang melebihi kedudukan atau kemampuan orang yang berdoa. Dengan demikian, ketika seseorang berdoa kepada Allah swt berarti dia mengakui bahwa dirinya lemah, kecil dan tidak berdaya. Di sisi lain, ia mengakui ketinggian dan kemahakuasaan Allah swt yang tak terbatas.

Baca Juga: Tafsir Surat Al-A’raf Ayat 180: Anjuran Berdoa dan Berdzikir dengan Asmaul Husna

Dalam ajaran Islam, doa adalah salah satu ibadah yang paling dianjurkan. Ada banyak ayat Al-Qur’an dan hadis yang berbicara mengenai doa dan serba-serbinya. Oleh karena itu, sudah sepantasnya seorang muslim untuk berdoa dalam rangka meminta atau memohon apa yang dinginkannya – selain berusaha atau berikhtiar mendapatkannya – hanya kepada Allah swt.

Nabi Muhammad saw bersabda:

لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمُ عَلَى اللهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ

Tidak ada sesuatu yang paling mulia bagi Allah Ta’ala daripada doa.” (HR. Ahmad, Bukhari dalam Adabul Mufrad, Tirmidzi dan Hakim).

Meskipun ada banyak ayat Al-Qur’an dan hadis yang menunjukkan bahwasanya doa adalah salah satu ibadah terbaik, namun kadangkala kita enggan untuk melakukannya, baik itu karena ragu apakah Allah swt akan mengabulkan doa tersebut maupun karena minder dan malu untuk memohon kepada-Nya disebabkan banyaknya dosa yang telah dilakukan. Apapun itu, berdoalah dan percayalah bahwa Allah swt akan mengabulkan doa hamba-Nya.

Allah Swt Akan mengabulkan Doa Setiap Hamba

Salah satu ayat Al-Qur’an yang memerintahkan manusia untuk berdoa dan Allah swt akan mengabulkan doa tersebut adalah surat Ghafir [40] ayat 60 yang berbunyi:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ ࣖ ٦٠

Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS. Gafir [40] Ayat 60).

Menurut Quraish Shihab, surat Ghafir [40] ayat 60 di atas sekan berkata, “Berdoa dan beribadah-lah kepada-Ku, yakni murnikan ketaatan kepada-Ku dan perkenankanlah tuntunan-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan secara mantap bagi kamu apa yang kamu harapkan.

Jangan sekali-kali merasa angkuh sehingga enggan berdoa dan beribadah, karena sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri enggan berdoa dan menghindar dari beribadah kepada-Ku serta tidak memperkenankan tuntunan-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.

Ayat di atas menggunakan apa yang dinamai gaya ihtibaq, yakni tidak menyebutkan satu kata atau kalimat pada penggalan pertama karena telah diisyaratkan oleh penggalan kedua, demikian juga sebaliknya.

Maksudnya, pada penggalan pertama ayat di atas disebut kata ad‘uni, tetapi tidak disebut kata ‘ibadah. Sebaliknya, pada penggalan kedua hanya disebut kata ibadah dan tidak kata doa. Dalam susunan seperti ini, sebenarnya yang dimaksud pada setiap penggalan adalah keduanya.

Kata ad‘uni pada ayat ini dipahami oleh banyak ulama dalam arti beribadahlah kepada-Ku. Ini dikukuhkan berdasarkan lanjutan ayat yang menyatakan, “sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku.” Ini juga sesuai dengan penafsiran nabi yang menyebut doa sebagai ibadah. Karena setiap ibadah mengandung permohonan, sedangkan permohonan yang sebenarnya adalah yang tulus ditujukan kepada Allah swt setelah mengakui keesaan-Nya.

Baca Juga: Ingin Punya Keturunan Yang Saleh? Amalkan 3 Doa Nabi Ibrahim Ini

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah swt sangat menyukai hamba-hamba-Nya yang berdoa kepada-Nya, karena itu doa dianjurkan setiap saat. Ayat ini juga mengisyaratkan bahwa adalah sangat tercela seseorang yang berlaku seperti kaum musyrikin yang hanya berdoa ketika dalam kesulitan.

Tindakan itu menunjukkan bukan hanya kerendahan moral, tetapi juga menunjukkan bahwa mereka tidak menyadari setiap saat (di manapun) manusia membutuhkan bantuan Allah swt.

Ibnu Katsir berpandangan bahwa doa pada ayat tersebut adalah permohonan. Allah swt menganjurkan pada para hamba-Nya untuk senantiasa berdoa kepada-Nya. Karena Allah swt menjamin bahwa doa para hamba-Nya akan dikabulkan.

Sebagaimana perkataan Imam Ahmad ketika meriwayatkan hadis dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda, “barangsiapa yang tidak berdoa kepada Allah swt, maka Allah akan murka kepadanya.

Pada surat Ghafir [40] ayat 60 di atas, setidaknya ada dua makna utama yang dapat ditangkap, yakni 1) perintah Allah swt kepada manusia agar berdoa kepada-Nya, niscaya Allah swt akan mengabulkan doa tersebut sesuai kehendak-Nya; 2) larangan bersikap sombong dan merasa tidak membutuhkan Allah swt dengan cara tidak berdoa dan beribadah kepada-Nya. Allah swt mengancam akan memasukkan mereka (yang sombong) ke dalam Jahanam. Wallahu a’lam.

Muhammad Rafi
Muhammad Rafi
Penyuluh Agama Islam Kemenag kotabaru, bisa disapa di ig @rafim_13
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Cara Mengenalkan Alquran Kepada Non-Muslim Ala Ingrid Mattson

Cara Mengenalkan Alquran Kepada Non-Muslim Ala Ingrid Mattson

0
Ingrid Mattson adalah seorang aktivis, professor dalam kajian Islam dan seorang muallaf. Ia aktif di berbagai kegiatan sosial kegamaan seperti pernah menjadi Presidan Masyrakat...