BerandaTafsir TematikMedia Sosial dan Urgensi Tabayun Menurut Al-Quran dan Hadits

Media Sosial dan Urgensi Tabayun Menurut Al-Quran dan Hadits

Media sosial merupakan sarana komunika virtual yang sangat membantu masyarakat dalam banyak hal, baik itu dalam berkomunikasi, berinteraksi, bertukar informasi dan mengekspresikan diri. Dalam hal ini sarana sosial budaya memang sengaja dibuat untuk sebuah keperluan interaksi antar pengguna. Perkembangan teknologi yang semakin hari kian pesatnya, membuat pertukaran informasi menjadi semakin mudah dan cepat. Hal ini bisa dilihat ketika informasi yang tersedia di media jauh lebih cepat sampai dan menyebar dibandingkan dari media-media lainnya.

Dengan demikian, mau tidak mau menyebabkan seseorang untuk ikut masuk kedalam arus informasi yang sedemekian pesatnya. Semakin mudahnya seseorang mengakses informasi dan menyebarluaskannya kepada orang lain perlu disikapi dengan bijaksana. Terlebih dengan banyaknya oknum yang dengan sengaja memanfaatkan kemudahan tersebut untuk kepentingan yang buruk, seperti memecah belah dan aneka maksud negatif lainnya.

Untuk menanggapi hal tersebut penting untuk mengklarifikasi berita-berita atau yang dalam Islam sendiri dikenal dengan istilah tabayun. Tabayun dapat diartikan sebagai penjelasan, pemeriksaan kualitas informasi atau selektif dalam memilih dan menerima berita.

Kata tabayun adalah serapan dari Bahasa Arab tabayyun, yang merupakan bentuk masdar dari fiil madhi tabayyana dengan wazan dari fiil madhi tafa’ala.  Salah satu faidah yang terdapat dalam wazan tafa’ala adalah membebani, sehingga tabayyun yang awalnya bermakna jelas menjadi mencari kejelasan.

Baca Juga: Pemikiran Ignaz Goldziher Tentang Qira’at Al-Qur’an

Secara bahasa tabayyun berarti mencari kejelasan tentang sesuatu hingga benar serta jelas keadaannya. Sedangkan secara istilah tabayyun berarti meneliti dan menyeleksi berita, tidak tergesa-gesa dalam mengambil kesimpulan suatu masalah yang belum jelas benarnya. Perintah bertabayyun terdapat dalam al-Qur’an dan Q.S. al-Hujurat :6

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًاۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ ٦

Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.

Menurut Ibn Katsir di dalam tafsirnnya, Q.S al-Hujurat mengajarkan kepada kaum muslim supaya berhati-hati menerima informasi. Sebab informasi sangat menentukan dalam proses pengambilan keputusan serta etentitas keputusan itu sendiri. Secara tegas ayat ini menjelaskan bagaimana sikap seorang mukmin ketika menerima berita.

Sedangkan dalam Hadist perintah untuk bertabayun tergambarkan dalam sebuah hadis riwayat Imam Muslim:

(عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قال : كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا، أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ (رواه مسلم

 “Dari Abu Hurairah ra dari Nabi saw beliau bersabda, “Cukuplah seseorang (dianggap) berdusta jika ia menceritakan semua yang ia dengar.” (HR. Muslim)

Hadis di atas sejalan dengan perkataan Imam al-Munawi rahimullah, yang mengatakan bahwa “jika seseorang tidak memastikan kebeneran suatu berita yang ia dengar ataupun yang ia bawa (maka ia di anggap pendusta, sebab biasanya suatu berita yang ia dengan terkadang benar dan terkadang dusta. Maka jika seseorang menyampaikan semua yang ia dengar maka pastilah ia berdusta“.

Dengan demekian dapat dipahami ketika menerima suatu berita maka hendaknya janganlah tergesa-gesa dalam menyampaikan atau men-share kepada orang lain sebelum diteliti kebenarannya. Dari makna tabayyun diatas jika ditarik kedalam konteks menerima informasi di media sosial berarti tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan apakah sebuah informasi tersebut benar atau salah. Sikap tidak tergesa-gesa tersebut akan menghindarkan dari kemungkinan untuk menyebarluasakan informasi tersebut ke rekan atau grup disosial media.

Sehingga terdapat tiga langkah sederhana yang ditarik dari perintah bersikap tabayyun, yaitu, pertama tidak tergesa-gesa, orang yang tidak tergesa-gesa biasanya akan menerima informasi lebih banyak, memahami situasi dan dapat mengendalikan informasi-informasi  yang sudah tersebar luar di media sosial.

Kedua, mencari informasi silang terkait informasi yang diterima, Ketika ditemukan satu informasi pada  suatu media, maka kita diharuskan juga untuk mencek ke media lain yang menjadi  lawannya, agar bisa melihat bagaimana sudut pandang media tersebut terhadap hal yang sama.

Ketiga, Mengecek siapa yang membuat dan menyebarkan informasi tersebut. Dalam sebuah informasi, terkadang terdapat indikator-indikator yang sengaja dibuat oleh seseorang untuk memecah belah, menakut-nakuti atau hal negatif lainnya. untuk itu kita perlu mengetahui siapa yang membuat dan siapa yang menyebarkan informasi agar ketika kita dihadapkan dengan sebuah informasi kita bisa mengetahui dan memahami tujuan-tujuan dari informasi tersebut.

Perintah bertabayyun merupakan suatu peringatan supaya umat Islam jangan sampai melakukan perilaku-perilaku yang menimbulkan dosa dan rasa penyesalan akibat keputusannya yang tidak adil bahkan merugikan pihak lain.

Baca Juga: Lima Makna Kata Jaza’ dalam Al-Quran

Terdapat hikmah-hikmah lain dari anjuran untuk bersikap tabayyun yaitu, pertama memperluas wawasan karena salah satu aspek dalam tabayyun adalah melakukan penelusuran kemudian membandingkan suatu data yang didapatkan dan menghubungkan dengan sekian banyak refensi sebelum akhirnya menarik sebuah kesimpulan.

Kedua, membawa pendalaman  pengetahuan. Disaat mengetahui suatu masalah secara mendalam, maka secara tidak langsung akan menimbulkan kearifan tersendiri dalam bertindak. Ketiga, pengujian kebenaran informasi, sebuah informasi adakalanya sudah diyakini kebenarannya namun tidak terdapat data yang lengkap dan akurat untuk membuktikan kebenaran tersebut, maka dengan bertabayyun akan memperkuat keyakinan akan kebeneran informasi tersebut

Dewasa ini, Informasi sangat mudah untuk kita dapatkan, informasi yang diterima pun tidak hanya sekedar dapat dibaca, namun penerima informasi bisa langsung menjadi penyebar informasi jika yang dia terima tersebut diteruskan berbagai saluran media sosial yang ada. Namun dalam agama Islam, ketika sebuah informasi dihadapakan kepada kita ada sikap yang harus kita ambil dalam menyikapi informasi tersebut yaitu sikap Tabayyun.

Di dalam Q.S al-Hujurat :6 dan hadist nabi di atas, memberikan tuntunan bahwa ketika seorang mendapat informasi, maka jangan tergesa-gesa dalam mengambil atau menyebarkan berita tersebut. Namun kita harus memeriksa terlebih dahulu sebelum berita dari mulai pembawa informasi, kualitas informasi, dan urgensi dari sebuah informasi. Wallahu A’lam.

Shafwatul Insani
Shafwatul Insani
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

tafsir surah al-An'am ayat 116 dan standar kebenaran

Tafsir Surah Al-An’am Ayat 116 dan Standar Kebenaran

0
Mayoritas sering kali dianggap sebagai standar kebenaran dalam banyak aspek kehidupan. Namun, dalam konteks keagamaan, hal ini tidak selalu berlaku. Surah al-An'am ayat 116...