BerandaKhazanah Al-QuranMenanti Riset Manuskrip Al-Qur’an Nusantara Koleksi Prancis

Menanti Riset Manuskrip Al-Qur’an Nusantara Koleksi Prancis

Manuskrip Al-Qur’an Nusantara selalu menarik untuk diulas dan dianalisa keadaannya. Riset seperti ini untuk menunjukkan interaksi muslim Nusantara di masa silam terhadap kitab suci pedomannya. Seperti yang mafhum dipahami, Manuskrip Al-Qur’an Nusantara tidak hanya disimpan di Indonesia saja. Di luar negeri, mushaf kuno Nusantara itu bisa juga ditemukan di museum, perpustakaan, atau kolektor yang ada di Belanda, Prancis, Malaysia, Singapura, Kanada, Brunei atau negara lainnya.

Riset-riset tentang mushaf kuno itu sebagian telah dipublikasikan di berbagai jurnal. Annabel Teh Gallop misalnya, Pustakawan British Library ini banyak meriset mushaf-mushaf Nusantara yang tersebar di belahan dunia, baik di Inggris, Belgia, Kanada hingga Amerika Serikat. Tentu ini hanya contoh kecil saja. Di luar sana banyak juga peneliti yang fokus mengkaji manuskrip Nusantara, meskipun jumlah peneliti mushaf lebih kecil ketimbang teks lainnya.

Baca juga: Ayat An-Najwa: Hanya Satu Orang yang Pernah Mengamalkan Ayat Ini, Siapa Dia?

Ali Akbar kerap kali menuliskan pengantar mushaf-mushaf Nusantara di blog pribadinya quran-nusantara.blogspot.com. Salah satu yang diulas secara ringan adalah mushaf Nusantara koleksi Prancis. Dalam deskripsi ringan itu, Ali Akbar mengutip dari katalog Francois Deroche dari Bibliotheque nationale Paris yang menyimpan lima buah Al-Qur’an Jawa. Ia juga mencantumkan laman untuk menelusuri mushaf kuno yang sudah didigitalisasi itu. Untuk lebih jelasnya, bisa kunjungi laman ini.

Sebagai tambahan informasi, Francois Deroche merupakan seorang pakar kodikologi dan paleografi di College de France. Ia pernah menulis Islamic codicology: an introduction to the study of manuscripts in Arabic script, dan Qurʾans of the Umayyads: A First Overview. Selain mencantumkan lima mushaf Jawa di katalognya, Deroche juga pernah mengungkap penelitian penting tentang manuskrip Al-Qur’an Sana’a Yaman. Penelitiannya itu dengan metode radiokarbon dan menunjukkan bahwa bahan perkamennya (kertas dari kulit) berusia sangat tua. Disebut perkamen itu sudah ada di tahun 543-643 M dan juga 433-599 M (sezaman atau sebelum Nabi Muhammad ada).

Mushaf Jawa Koleksi Prancis

Di antara lima mushaf, hanya ada satu mushaf yang memiliki informasi lengkap mushaf ini kita sebut sebagai mushaf kelima. Mushaf kelima ini memiliki kolofon dan bisa dilacak lebih lanjut. Untuk keterangan empat mushaf lainnya, kira-kira informasi singkatnya seperti ini.

Mushaf yang pertama tidak ada informasi apapun, kecuali keterangan kemungkinan ada di Jawa. Mushaf ini didigitalkan dalam bentuk hitam putih dan dalam keadaan utuh. Penulisannya rapi dan terdapat gaya khas di hurufnya dipanjangkan, seperti huruf mim dan huruf lainnya.

Baca juga: Pengaruh Jawa dalam Tradisi Penyalinan Mushaf di Lombok

Sementara mushaf yang kedua juga tidak ada informasi apapun, mushaf ini didigitalkan berwarna sehingga jelas bahan kertasnya.  Mushaf ini ditulis di atas ketas dluwang dan tidak lengkap. Sebagian sudah hilang dan hanya berjumlah 155 halaman saja.

Mushaf yang ketiga, tidak ada keterangan juga. Mushaf ini ditulis di atas kertas dluwang dan gaya penulisannya lebih bagus dari yang mushaf kedua. hanya 95 halaman. Mushaf keempat juga tidak ada keterangan yang llengkap. Mushaf ini hanya 81 halaman.

Mushaf kelima ditulis di atas kertas Eropa dan di dluwang dengan dua tinta. Tinta merah untuk menulis nama surat dan tanda waqaf. Sementara tinta hitam untuk menulis ayat Al-Qur’annya. Mushaf ini berhalaman 597. Setelah surat An-Nas terdapat surat Al Fatihah dan terdapat kolofon tentang mushaf ini. Berikut bunyi kolofon tersebut.

“Hadzal Qur’an al Adzim Shohib al-Qur’an Yahi Temenggung Anggadirja ing sepuran ing keduwe ashale negarane ki()ta akan dining kiyahi Muhammad Hasan ing ru()m asale ing lit()r negerine”

Dari kolofon ini mungkin saja milik Kyai Temenggung Anggadirja yang akan dikasihkan ke Kyai Muhammad Hasan. Namun dalam katalog digital ini terdapat keterangan yang menarik dan tidak menyinggung dari kolofon tersebut. Deskripsi ini saya terjemahkan secara literal dengan google translate dari bahasa Prancis. Berikut potongan terjemahannya.

Judul:  Alquran.

Judul:  القرآن.

Tanggal Publikasi : 1701-1800

Kontributor:  Yāhya (sic). Mantan pemilik

Jenis:  manuskrip

Bahasa:  Arab

Format:  Teks dengan vokalisasi dan tanda ortoepik. Lingkaran merah memisahkan ayat-ayatnya. Di kepala surat adalah judul dan nomor syairnya, dengan tinta merah dalam bingkai. Awal teks ditempatkan dalam bingkai geometris (ff ° 4 v ° dan 5 r °); sisanya ditulis dalam …Teks dilanjutkan

Keterangan:  Al-Qur’ān

Deskripsi:  Pemindaian dilakukan dari dokumen asli.

Deskripsi:  Tanda kepemilikan Yāhya (sic) tertentu (f ° 282 r °). Pemberitahuan anonim dalam bahasa Prancis menunjukkan bahwa “naskah ini [pasti] telah disalin di Madagaskar atau pulau lain di mana bahasa Malai digunakan”.

 Salin lokasi: Jawa

Dari potongan keterangan yang diposting tahun 2012 itu, ada banyak informasi yang bisa diteliti lebih lanjut.  Tentu ada banyak kode-kode yang perlu dipecahkan. Sebagaimana pesan Oman Fathurahman, perihal manuskrip riset adalah kata kuncinya. Dalam artikel ringan ini hanya terbatas mendeskripsikan secara ringkas yang bertujuan memantik para pemerhati manuskrip mushaf Nusantara. Semoga bermanfaat.

Wallahu a’lam[]

 

Zainal Abidin
Zainal Abidin
Mahasiswa Magister Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal-Universitas PTIQ, Jakarta. Juga Aktif di kajian Islam Nusantara Center dan Forum Lingkar Pena. Minat pada kajian manuskrip mushaf al-Quran.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...