BerandaUlumul QuranMendiskusikan Surah al-Muddatstsir Sebagai Wahyu Pertama

Mendiskusikan Surah al-Muddatstsir Sebagai Wahyu Pertama

Ayat pertama yang diturunkan dari Alquran yang menjadi kesepakatan ulama adalah surah al-‘Alaq. Sedangkan pendapat yang mengatakan bahwa surah al-Muddatstsir yang turun pertama kali merupakan pendapat yang perdebatkan oleh para ulama. Berikut dasar dari pendapat kedua ini:

رَوَاهُ الشَّيْخَانِ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ ابْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ: «سَأَلْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ: أَيُّ الْقُرْآنِ أُنْزِلَ قَبْلُ؟ قَالَ: يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ. قُلْتُ: أَوِ اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ؟ فَقَالَ جَابِرٌ: أُحَدِّثُكُمْ مَا حَدَّثَنَا بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنِّي جَاوَرْتُ بِحِرَاءَ، فَلَمَّا قَضَيْتُ جِوَارِي نَزَلْتُ فَاسْتَبْطَنْتُ الْوَادِي، فَنَظَرْتُ أَمَامِي وَخَلْفِي وَعَنْ يَمِينِي وَشِمَالِي، ثُمَّ نَظَرْتُ إِلَى السَّمَاءِ، فَإِذَا هُوَ – يَعْنِي جِبْرِيلَ – فَأَخَذَتْنِي رَجْفَةٌ فَأَتَيْتُ خَدِيجَةَ فَأَمَرْتُهُمْ فَدَثَّرُونِي، فَأَنْزَلَ اللَّهُ: يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ. قُمْ فَأَنْذِرْ.».

“Diriwayatkan oleh dua imam (Bukhari dan Muslim) dari Abu Salamah bin Abdurrahman, ia berkata: Aku bertanya kepada Jabir bin Abdullah, “Ayat Alquran mana yang pertama kali diturunkan?” Ia menjawab, “Ya ayyuhal muddaththir (Wahai orang yang berselimut).” Aku bertanya lagi, “Ataukah Iqra’ bismi rabbik?” Jabir menjawab, “Aku menceritakan kepada kalian sebagaimana yang telah diceritakan kepada kami oleh Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya aku berada di Gua Hira untuk beribadah. Ketika masa ibadahku selesai, aku turun dan memasuki lembah. Aku melihat ke depan, ke belakang, ke kanan, dan ke kiri. Kemudian aku melihat ke langit, ternyata ia (malaikat Jibril) berada di sana. Aku pun gemetar ketakutan, lalu aku pulang menemui Khadijah dan berkata kepada mereka (Khadijah), Selimutilah aku! Maka Allah menurunkan firmanNya: ya ayyuhal muddatstsir, qum faandzir.

Ketika Abu Salamah bertanya kepada Jabir tentang wahyu pertama yang diturunkan dari Alquran, Jabir menjawab bahwa ayat pertama yang turun adalah Ya ayyuhal muddatstsir. Namun, ketika Abu Salamah mempertanyakan kembali dengan menyebut “Iqra’ bismi rabbik” Jabir tetap bersikeras dengan pendapatnya dan membawa hadits ini sebagai dalil bahwa wahyu pertama adalah “Ya ayyuhal muddatstsir”. (Abd al-Wahhab ‘Abd al-Majīd al-Ghuzlān, al-Bayān fī Mabāhits min ‘Ulūm al-Qur’ān, (76))

Baca Juga: Al-Alaq ataukah Al-Muddatstsir, Surat Yang Pertama Kali Diturunkan?

Menjawab Pemahaman Ulama terhadap Hadis tentang “ al-Muddatstsir ”

Pertama: Ada yang mengatakan bahwa pertanyaan yang diajukan oleh Salamah kepada Jabir berkaitan dengan surah yang turun secara lengkap, sehingga Jabir ra menjawab bahwa surah pertama yang turun secara lengkap adalah surah al-Muddatstsir. Sedangkan surah al-‘Alaq tidak diturunkan secara lengkap. Pemahaman ini mendapat jawaban dari sejumlah ulama ‘ulum al-Qur’an, berikut penjelasannya:

Musā’id bin Sulaimān menyatakan dalam kitabnya Al-Muharrar fī ‘Ulūm al-Qur’ān, (82) bahwa penjelasan ini kurang tepat, karena pertanyaannya adalah tentang wahyu pertama yang turun, bukan tentang surah pertama yang turun secara utuh. Oleh karena itu, penjelasan ini hanya bisa diterima sebagai kemungkinan.

Abu Syahbah dalam kitabnya al-Madkhal li Dirāsah al-Qur’ān, (115) secara tegas menolak pemahaman ini, menurutnya bagaimana mungkin seseorang dapat mengklaim atau mengatakan bahwa surah al-Muddatstsir adalah surah pertama yang diturunkan secara lengkap? Ini jelas bukan jawaban yang benar. Oleh karena itu, ketika Ibnu Hajar dalam Fath al-Bari berusaha menyelaraskan dua hadis-yaitu hadis Aisyah dan hadis Jabir-beliau tidak menyebutkan pendapat ini. Pendapat tersebut justru disebutkan oleh penulis Al-Itqan.

Abd al-Wahhab al-Ghuzlān dalam kitabnya al-Bayān fī Mabāhits min ‘Ulūm al-Qur’ān, (79) mengatakan bahwa koreksi Abu Salamah terhadap Jabir dengan ucapannya “(Ataukah) ‘Iqra’ bismi rabbik’?” menunjukkan bahwa ia tidak sedang bertanya tentang surah pertama yang turun secara lengkap. Sebab, telah disepakati bahwa surah al-‘Alaq tidak diturunkan secara keseluruhan sekaligus.

Dalam hadis yang sahih disebutkan bahwa surah al-Muddatstsir tidak diturunkan secara lengkap sekaligus, melainkan yang pertama kali diturunkan darinya adalah hingga firman Allah “War-rujza fahjur”. Maka, bagaimana mungkin pernyataan Jabir dipahami sebagai bahwa itu adalah surah pertama yang turun secara lengkap?

Baca Juga: Muhammad Abduh: Surah Al-Fatihah Adalah Wahyu Pertama, Ini Argumennya

Kedua: “yang pertama” dalam hadis Jabir bersifat khusus, baik dalam arti wahyu yang turun setelah masa terhentinya wahyu atau dalam arti wahyu yang memerintahkan dakwah secara terbuka.

Penjelasan ini juga kurang tepat, karena pertanyaannya secara jelas menanyakan wahyu pertama yang turun, dan dalam hadis tersebut tidak ada indikasi bahwa Jabir ra bermaksud mengkhususkan makna “yang pertama”.

Selain itu, meskipun dalam riwayat Jabir disebutkan, “Aku mendengar Nabi SAW berbicara tentang terhentinya wahyu,” hal ini tidak menunjukkan bahwa ia bermaksud membatasi makna “yang pertama”, sebab pertanyaan yang diajukan bersifat umum mengenai wahyu pertama yang turun, bukan mengenai wahyu pertama setelah masa terhentinya wahyu. (Musā’id bin Sulaimān, Al-Muharrar fī ‘Ulūm al-Qur’ān, (82))

Ghuzlān menjelaskan, Pertama: keberadaan kata “sebelumnya” dalam pertanyaan Abu Salamah, yaitu ucapannya,“Ayat Alquran mana yang diturunkan lebih dahulu?”, bersifat mutlak, karena tidak ada dalil dalam ucapannya yang membatasi maknanya dengan sesuatu. Maka, bagaimana mungkin Jabir menjawab dengan sesuatu yang memiliki makna “sebelumnya” yang terbatas? Padahal, hal ini akan menjadikan jawabannya tidak sesuai dengan pertanyaannya.

Kedua: Seandainya Jabir bermaksud membatasi “yang pertama” sebagai surah pertama yang diturunkan secara lengkap atau sebagai wahyu pertama setelah masa terhentinya wahyu, tentu dia akan menjelaskan maksudnya ketika Abu Salamah mengoreksi jawabannya dan berkata kepadanya, “Atau (yang pertama adalah) ‘Iqra’ bismi rabbik’?” Namun, Jabir tetap bersikeras dengan ucapannya, sehingga dapat dipastikan bahwa yang dia maksud dengan “yang pertama” dalam ‘Yā ayyuhal muddatstsir’ adalah “yang pertama” secara mutlak. (al-Ghuzlān, al-Bayān fī Mabāhits min ‘Ulūm al-Qur’ān, (78))

Alhasil, pendapat yang meyatakan bahwa surah al-Muddatstsir adalah surah pertama kali yang turun secara mutlak tidak benar dengan alasan yang sudah dijelaskan di atas. Jika melihat kisah yang terjadi mengenai turunnya surah al-Muddatstsir maka dapat dipahami bahwa surah ini turun setelah surah al-‘Alaq karena ada riwayat yang mengatakan, “Malaikat yang pernah datang kepadaku di Hira”. Menurut Muhammad ‘Ali Salamah, kisah ini terjadi setelah peristiwa di Gua Hira, ketika surat Al-‘Alaq diturunkan. (Muhammad ‘Ali Salamah, Manhaj al-Furqān fī ‘Ulūm al-Qur’ān, (30)) Allahu A’lam.

Abd Hamid
Abd Hamid
Dosen Institut Agama Islam al-Khairat Pamekasan
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Peran Media Strategis untuk Mencegah Konflik Akibat Tidak Dipenuhinya Hak Keberagamaan

0
Moderasi beragama menjadi agenda penting dalam menjaga harmoni sosial, kebinekaan, dan perdamaian di masyarakat Indonesia yang multikultural dan multireligius. Peraturan Presiden (Perpes) Moderasi Bergama...