BerandaTafsir TematikMengaji ‘Bismillah’ , tuntunan Allah yang mentradisi di kalangan para Nabi

Mengaji ‘Bismillah’ [1], tuntunan Allah yang mentradisi di kalangan para Nabi

Bismillahirrahamnirrahim, pembuka mushaf Alquran ini sangat populer, kita bisa menemukan dan mendengarnya kapanpun, dimanapun dan dari siapapun. Betapa tidak, ‘basmalah’ begitu sebutan orang-orang terhadapnya dibaca, diucap dan ditulis setiap mengawali gerak geriknya, mulai dari berangkat kerja, mau makan,  mau ngaji, mau belanja online, mau selfi, ngepost konten, submit tugas, mau komen, mau kampanye, mau berangkat demo hingga mau ngebom pun juga baca bismillah. Di saat yang sama, bismillah juga akrab di telinga saudara kita yang non muslim. Begitulah bismillah, popularitasnya melintasi zaman, iman dan berbagai kepentingan.

Sayyid Qutub (w. 135 H.) dalam tafsirnya, fi Dhilal al-Qur’an yang juga ditegaskan oleh Quraish Shihab di Tafsir Al Misbah mengatakan bahwa bismillah merupakan adab dan tuntunan Allah pertama yang diajarkan kepada umat manusia, sebagaimana tercantum dalam wahyu pertama, Iqra’ bismi rabbika…. (bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu….). Perintah Allah dalam wahyu pertama ini tidak berhenti pada ‘bacalah’, tetapi berlanjut pada ‘dengan menyebut nama Tuhanmu’. Ini menunjukkan bahwa dalam memulai setiap pekerjaan, termasuk perintah pertama Allah kepada Nabi Muhammad tadi harus diawali dengan menyebut asmaNya. Oleh karena alasan ini pula, mufassir yang lain seperti Ibnu Katsir berpendapat bahwa bismillah merupakan wahyu pertama. Cukuplah ini sebagai wawasan saja bagi kita, tidak untuk diperdebatkan dengan ngotot.

Di samping itu, mengucap basmalah tidak sekadar berarti menyebut nama Allah. lebih dari itu, menyebut nama Allah ini mengandung arti memohon pertolongan Allah, petunjuk dan barakahNya. Demikian penjelasan Assamarqandy (w. 373 H.) dalam tafsirnya, Bahrul Ulum. Makna, rahasia dan keajaiban-keajaiban Bismillah juga dirilis dalam berbagai kisah, hingga ada 24 kisah oleh Ar Razi dalam Mafatih Al Ghaib. Untuk yang terakhir ini, Nadirsyah Hosen, cendekiawan Indonesia yang menjadi dosen senior di Monash Law School Australia mempermudah para pembaca dengan menukil sekaligus menerjemahkan kisah-kisah tersebut di laman blog nya.

Selain dikelilingi berbagai kisah keutamaannya, ada kisah lain tentang bismillah yang ternyata sudah mentradisi di kalangan para Nabi sebelum Nabi Muhammad, dan ini disinggung dalam Alquran. Selain di awal surat Al Fatihah, basmalah baik dalam bentuk singkatnya, Bismillah maupun bentuk lengkapnya, Bismillahirrahmanirrahim juga ditemukan di dua tempat lainnya, yaitu di Q.S. Hud [11]: 41 dan Q.S. An Naml [27]: 30. Dua ayat ini termasuk dalam rangkaian episode kisah Nabi Nuh dan kisah Nabi Sulaiman dalam Alquran. Dengan demikian bahwa tradisi bismillah ini tidak hanya ada pada masa Muhammad, tradisi ini sudah dipraktikkah oleh Nabi-Nabi sebelumnya.

di surat Hud [11]: 41 berbunyi

وَقَالَ ارْكَبُوْا فِيْهَا بِسْمِ اللّٰهِ مَجْرٰ۪ىهَا وَمُرْسٰىهَا ۗاِنَّ رَبِّيْ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

‘Dan dia berkata,  ”Naiklah kamu semua ke dalamnya (kapal) dengan (menyebut) nama Allah pada waktu berlayar dan berlabuhnya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

Nabi Nuh, Nabi yang menurunkan bangsa-bangsa besar ketika memimpin kaumnya menaki bahtera untuk menyelamatkan diri dari banjir bandang mengawalinya dengan membaca bismillah. Ketika mau menjalankan perahunya, ia berucap bismillah, bahtera pun mulai belayar, pun ketika mau berhenti, ia juga berucap bismillah dan bahterapun berhenti. Demikian Tafsir Syekh Nawawi Al Bantani dalam Marah Labid. Ibn Katsir memahami ayat ini sebagai tuntunan dan kesunahan membaca basmalah setiap menaiki kendaraan, baik dart, laut maupun udara.

Sedangkan di surat An Naml [27]: 30 berbunyi

اِنَّهٗ مِنْ سُلَيْمٰنَ وَاِنَّهٗ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ۙ

‘Sesungguhnya (surat) itu dari Sulaiman yang isinya, “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang,’

Kisah Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis ini sudah sangat populer. Nabi Sulaiman yang juga seorang raja mengirim surat melalui burung Hud Hud ke sang ratu untuk mengajaknya menyembah Allah. Nah, di ayat 30 tersebut disinggung mengenai isi suratnya. Surat tersebut diawali kalimat Bismillahirrahanirrahim. Ibnu ‘Ashur dalam tafsirnya, At Tahrir wa At Tanwir menyebut bahwa menulis Bismillahirrahmanirrahim di setiap awal tulisan sudah menjadi tradisi para Nabi dari Bani Israil.

Dua kisah di atas cukup memberi informasi bahwa memang tradisi mengawali setiap sesuatu dengan Bismillah adalah kebiasaan para Nabi terdahulu. Kebiasaan baik yang sudah lama ini tentu harus terus kita lanjutkan.

Bismillahirrahmanirrahim, kita mulai niat yang baik ini.

Wallahu A’lam

Limmatus Sauda
Limmatus Sauda
Santri Amanatul Ummah, Mojokerto; alumni pesantren Raudlatul Ulum ar-Rahmaniyah, Sreseh Sampang
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...