Syekh Mahfudz At Tarmasi dikenal sebagai ulama produktif dan berkontribusi besar dalam pengembangan konsep ulumul quran di Nusantara. Melalui magnum opusnya, Kitab Fathul Khabir, tampak begitu kentara konsep ulumul quran di dalamnya yang dalam konteks itu menjadi pionir pengembangan ulumul quran berikutnya.
Sebagaimana diterangkan dalam Manuskrip Fath al-Khabir bi Sharh Miftaf al-Tafsir, Fathul Khabir bi Syarh Miftah at-Tafsir merupakan sharh atas kitab Miftah al-Tafsir atau disebut sebagai Alfiyah ilm Tafsir karya al-Fudi al-Nigiri. Dalam mensyarahi kitab tersebut, Syekh Mahfudz merujuk kepada dua kitab terdahulu yaitu Itmam al-Dirayah dan al-Itqan fi ulum al-qur’an. Kitab ini juga mencatat bahwa Syekh Mahfudz merampungkan tulisannya tersebut di Makkah dalam kurun waktu 4 bulan kurang 2 hari, yaitu pada 24 Rabiul Awal 1337 H dan selesai pada Kamis ba’da dzuhur pada 23 Rajab 13337 H.
Kitab ini sampai saat ini masih dalam bentuk manuskrip dan jarang sekali dikaji oleh akademisi Muslim, padahal konsep ulumul quran di dalamnya sangat kentara. Semoga penelitian lanjutan terhadap kitab ini dapat segera ditindaklanjuti oleh peneliti muslim mulai dari S1, S2 hingga S3. Syekh Mahfudz dalam manuskrip ini menggunakan diksi kalimat berbahasa Arab yang indah dan sangat memperhatikan nadzam bahasa serta terdapat bait puisi di sela-sela penjelasannya.
Baca juga: Ulumul Quran: Asal Usul dan Sinonimitas Kata Alquran
Seperti yang diterangkan oleh Zainur Awari dalam abstrak tesisnya Ba’dhu Al-Qadhaya Al-Balaghiyyah Al-Muta’alliqah Fi Al-Qur’an AlKarim Tahqiq Wa Dirasah Li Ahad Al-Abwab Al-Waridah Fi Kitabi Fath Al-Khabir, bahwa Fathul Kabir sangat cocok dan relevan untuk dikaji dalam bidang ilmu ma’an al-Qur’an, karena konten yang terdapat dalam kitab tersebut lebih menonjolkan aspek-aspek retorika.
Ciri Khas dan Keunikan Kitab Fathul Khabir
Selain hal-hal di atas, Fathul Khabir mempunyai ciri khas atau keunikan dalam sistematika penulisannya, salah satunya tentang gaya penulisan dengan memberikan tinta merah pada kata-kata yang dianggap penting atau kata yang menjadi pokok bahasan dalam satu paragraf (kata kunci). Kata-kata tersebut berasal dari nadzm atau bait puisi Syekh al-Fudi dalam Alfiyah li ‘Ilm Tafsir.
Lebih dari itu, Syekh Mahfudz juga menggunakan bahasa Arab riq’ah atau biasa disebut khat Turki Utsmani, khat yang begitu indah, beliau tulis dengan rapi sehingga mudah untuk dibaca. Sepesifikasi khat ini lebih pada gaya penulisan yang cepat dan pendek serta biasa digunakan sebagai catatan tangan pada saat didikte. Sehingga khat ini tidak memiliki penulisan yang rumit.
Kitab ini terdiri dari 302 halaman berbentuk manuskrip dan sampai sekarang masih belum dicetak secara modern dan belum ditahqiq. Setidaknya terdapat kurang lebih 1202 bait puisi dengan irama rajaz atau rumus irama syair yang mengikuti wazan mustaf’lun sebanyak enam kali, ‘Arud yang digunakan dalam puisis tersebut a rud tam shahih, dan menggunakan darb tam shahih yang berisikan kajian ilmu-ilmu al-Qur’an dan ilmu-ilmu tafsir seperti asbab al-nuzul, Makki wa madani dan lain sebagainya.
Baca juga: Pentingnya Ulumul Quran Sebagai Sarana Menggali Pesan Tuhan
Sebagai contohnya bait puisi itu adalah
والجنان والنار مخلوقاتان اللانا ففي السماء جنة والخلف والنار جم والأصح الوقف والروح باقى بعد الموت البدن في فرح للسعداء والحزن بالفسق والبدعة لا تكفر اللا بمن علم الله ينكر
Nadzam atau bait puisi ini adalah hasil ringkasan al-Fudi dalam kitabnya Alfiyah li Ilm Tafsir terhadap kitab al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an karya as-Suyuthi. Selanjutnya dari nadzam tersebut dijelaskan oleh Syekh Mahfudz yang merujuk kembali kepada kitab induknya. Apabila di beberapa bait yang dirasa susah dalam memaknainya, Syekh Mahfudz memberikan penjelasan lebih mengarah kepada motivasi atau anjuran yang berarti bab itu sangatlah penting.
Ciri khas selanjutnya ialah dalam mengawali setiap pembahasan diawali kalimat ay hadza mabhathuha. Rujukan yang digunakan oleh Syekh Mahfudz bersumber dari al-Itqan, namun dalam beberapa qaul-nya Syekh Mahfudz lebih mengadopsi qaul masyhur dalam karya as-Suyuthi atau jika tidak ada qaul tersebut, maka beliau memilih qaul yang dianggapnya cukup kuat dalam memberikan rujukan atas penjelasan yang telah dipaparkan.
Sistematika penulisan kitab ini beliau membagi menjadi tiga bagian; pembukaan, pembahasan dan penutup. Dalam pembukaan, Syekh Mahfudz menuliskan lafal basmalah, hamdalah dan shalawat atas Nabi, muqaddimah ilmu ushuluddin ilahiyat, nubuwat dan sam’iyyat. Alasan mengapa di awal penulisan mencantumkan tentang ushuluddin, sebab ini adalah dasar ketika Syekh Mahfudz akan mempelajari ilmu agama, seperti ulumul quran ini.
Baca juga: Munasabah Al-Quran: Inspirator Teori Baru dalam Penafsiran
Ginanjar Sya’ban dalam Mahakarya Islam Nusantara: Kitab Naskah, Manuskrip, dan Korespondensi Ulama’ Nusantara meneranhkan dalam isi pembahasan beliau memaparkan tentang kajian ulumul quran secara komprehensif mulai asbabun nuzul, qira’at, makki madani dan lainnya. Dalam penutup beliau mejelaskan tentang tabaqat mufasir, tabaqat tabi’in, daftar karya-karya Syekh Mahfudz at-Tarmasi, dan daftar isi.
Sedangkan konsep ulumul quran yang Syekh Mahfudz maksudkan dalam kitab ini adalah ulumul quran sebagaimanan di atas di mana segala komponen ilmu tentang ulumul quran dan ilmu tafsir dibahas sedetail mungkin dengan menambahkan footnote atau rujukan pendapat para ulama sebelumnya dan pendapatnya sendiri yang relevan dengan konteks saat itu. Wallahu A’lam.