Tafsir Alquran merupakan salah satu bidang kajian Islam yang terus berkembang dari masa kemasa. Tak hanya dari kalangan Sunni, para ulama dari kalangan Syiah juga telah menghasilkan banyak karya tafsir yang kaya akan pemikiran dan sudut pandang yang khas. Kitab-kitab tafsir ini tidak hanya menunjukkan cara mereka memahami Alquran, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai teologis dari madzhab Syiah itu sendiri. Berikut merupakan beberapa kitab-kitab tafsir dari kalangan Syiah dari abad klasik hingga modern:
- Tafsir Al-Qummi
Tafsir Al-Qummi merupakan tafsir klasik dari kalangan Syiah yang ditulis oleh Abu Al-Hasan Ali bin Ibrahim Al-Qummi di abad ke 3 H. Meskipun ada beberapa ulama dari kalangan Syiah berpendapat bahwa tafsir ini tidak sepenuhnya ditulis oleh Al-Qummi, melainkan muridnya yakni Abu Fadh Abas bin Muhammad. Namun ulama seperti Al-Thusi dan Allamah al-Hilli percaya bahwa tafsir ini ditulis sepenuhnya oleh Al-Qummi. Al-Qummi merupakan seorang ulama Syiah Imamiyah dari kota Qum, Iran. Ia lahir di Kufah, Irak, dan dikenal sebagai tokoh pertama yang menyebarkan hadis Nabi di Qum. Tafsir Al-Qummi memiliki pengaruh besar dalam tradisi Syiah karena banyak dirujuk oleh murid-muridnya, termasuk Al-Kulaini. Tafsir ini dikenal karena kedekatannya dengan sumber ajaran Ahlul Bait, dan sering disebut sebagai cerminan tafsir Imam Ja’far Al-Shadiq.
- Asas Al-Ta’wil
Tafsir Asas Al-Ta’wil merupakan karya dari Nu’man Ibn Hayyun. Tidak ada yang mengetahui secara pasti tahun dan tempat kelahirannya. Beberapa pendapat memperkirakan Ia lahir sekitar tahun 283 H atau 302 H, namun kedua pendapat itu dianggap kurang meyakinkan karena tidak didukung oleh data yang kuat. Nu’man Ibn Hayyun bertumbuh dewasa di kota Qairawan, Magrhib, Maroko, pada masa dinasti Fatimiyyah. Dalam tafsirnya, Ia mentakwilkan ayat-ayat tentang kisah para nabi dengan pendekatan ra’yu ‘aqli (pendapat akal), meskipun sebagian juga menggunakan khabar dan hadis sebagai rujukan. Kitab ini terdiri dari 416 halaman dan dibagi kedalam enam fasal, masing-masing membahas kisah para nabi yang disebut “natiq”, mulai dari nabi Adam hingga nabi Muhammad. Setiap fasal tidak hanya menjelaskan kisah para nabi dalam makna lahiriyah, tetapi juga menafsirkan makna bathiniah dari peristiwa tersebut.
Baca Juga: Nuansa Sunni dalam Pemikiran al-Syaukani
- Majma’ Al-Bayan fi Tafsir Al-Qur’an
Kitab Majma’ Al-Bayan fi Tafsir Al-Quran yang dikarang oleh Abu Ali al-Fadl bin Al-Hasan Al-Tabarsi, yang lahir di Masyhad , Iran pada tahun 468 H dan wafat di Sabwizar pada tahun 548 H. Tabarsi merupakan ulama besar Syiah dari abad ke 6 Hijriah dan dikenal sebagai ahli tafsir, fiqih, dan hadis. Tabarsi menulis tafsir ini sebagai nazar setelah selamat dari peristiwa Ajaib, Ia dikira meninggal (mati suri) karena stroke, dikuburkan hidup-hidup, lalu diselamatkan oleh seorang pencuri kain kafan. Tafsir ini selesai ditulis pada bulan Dzulqa’dah tahun 534 H dengan pembahasan yang mencakup aspek Bahasa, gramatika, perbedaan bacaan qiraat, hukum-hukum dalam Alquran, serta pandangan teologis mazhab Syiah. (Tafsir Wal Mufassirun, Juz 2, Hal. 74-75) Selian itu tafsir ini juga menaruh perhatian khusus pada tanasub al-ayat (kesesuaian antara ayat satu dengan ayat yang lainnya). Dari sini, ia dianggap sebagai salah satu mufassir Syiah yang langka karena menaruh perhatian khusus terhadap ilmu munasabat.
- Tafsir Al-Shafi
Tafsir Al-Shafi ditulis oleh Muhammad bin Syah Murtadha bin Syah Mahmud, yang dikenal dengan Mulla Muhsin dan juga Al-Fayd Al-Kashani. Ia adalah salah satu tokoh dari kalangan Syiah Imamiyah dua belas (Itsna ‘Asyariyah). Al-Kashani lahir pada tahun 1007 H di Kashan, dan meninggal pada tahun 1091 H. Al-Kashani menganggap motivasi menulis tafsir Al-Shafi ialah permintaan dari ikhwannya unutk menulis tafsir Alquran berdasarkan keterangan dan Riwayat para imam maksum. Tafsir Al-Shafi sendiri terdiri dari 2 jilid dengan metode penafsiran ijmali, dimana tafsir ini menjelaskan ayat-ayat Alquran secara global dan ringkas, kecuali ayat-ayat yang menyangkut tentang aqidahnya, dan juga ayat kisah-kisah dalam Alquran. (Tafsir Wal Mufassirun, Juz 2, Hal. 108-110) Selain itu dalam tafsirnya, Al-Kashani menunjukkan pengaruh kuat dari gaya penulisan Tafsir Baidhawi. Ketika tidak ditemukan Riwayat terkait suatu ayat, Ia cenderung mengutip pernyataan Baidhawi secara persis dengan apa yang ada dalam tafsir Baidhawi, meskipun terkadang disertai sedikit penyesuaian.
Baca Juga: Mengenal Kitab Ahkam Alquran Karya Imam Al-Tahawi
- Al-Mizan fi Tafsir Al-Qur’an
Al-Mizan fi Tafsir Al-Qur’an atau biasa dikenal dengan tafsir Al-Mizan dikarang oleh Muhammad Husain Thabathaba’i. Ia lahir di Tibriz pada tanggal 29 Dzulhijjah tahun 1321 H/1892 M dan Wafat pada tahun 1402 H/1981 M. Latar belakang penulisan tafsir Al-Mizan berawal dari permintaan para mahasiswa Syaikh Husain Thabathaba’I di Universitas Qum, Iran, yang menginginkan materi tafsir kuliah beliau dibukukan dalam bentuk yang lebih lengkap. Menanggapi permintaan itu Thabathabai Menyusun sebuah tafsir yang Bernama Al-Mizan. Kitab ini diberi nama Al-Mizan karena Syaikh Thabathaba’I ingin menjadikannya sebagai sarana untuk memberikan pandangan yang adil dan kuat bagi umat Islam dalam menghadapi berbagai persoalan, dengan mengutamakan metode penafsiran Alquran dengan Alquran. Selain itu, dalam tafsir ini juga dimuat berbagai pandangan dari ulama klasik dan modern, baik dari kalangan Sunni maupun Syiah. Bahkan, dalam beberapa bagian, Ia juga mengkritisi pendapat para ulama tersebut.
Kelima tafsir Syiah diatas cukup menarik untuk dipelajari karena memeberikan sudut pandang yang berbeda dalam memahami isi Alquran. Tafsir-tafsir tersebut juga menawarkan penjelasan mendalam tentang keyakinan dan praktik keagamaan dalam ajaran Syiah. Oleh karena itu, memahami tafsir Syiah tidak hanya bermanfaat bagi penganutnya saja, tetapi juga bisa memperluas wawasan umat Muslim secara umum dalam memahami isi Alquran.