Dalam kajian al-Quran di Indonesia, nama M Dawam Rahardjo cukup dikenal sebagai penulis Ensiklopedi Al-Quran: Tafsir Sosial Berdasarkan Kata-kata Kunci. Selain karya tafsir tersebut, sejatinya Dawam juga memiliki karya dalam kajian Al-Quran lainnya yang sering luput dari perhatian. Karya itu berjudul Paradigma Al-Quran: Metodologi Tafsir dan Kritik Sosial.
Sesuai penamaannya, Paradigma Al-Quran merupakan karya Dawam yang membahas pemikiran-pemikirannya terhadap Al-Quran. Ada tujuh artikel terkumpul di dalamnya. Artikel-artikel tersebut berasal dari bagian bukunya yang telah terpublikasi sebelumnya seperti dan Masyarakat Madani. Semua tulisan tersebut kemudian diedit oleh Izza Rahman Nahrowi dan diterbitkan oleh PSAP Muhammadiyah pada tahun 2005.
Baca juga: Mengenal Muhammad Dawam Rahardjo dan Karyanya, Ensiklopedi Al-Quran
Secara teknis, Paradigma Al-Quran dimulai dengan sebuah pengantar dari Dawam pribadi yang menceritakan pengalamannya mengkaji Al-Quran dan latar belakang penerbitan buku. Setelah itu, secara berurutan pembahasan dilanjutkan dengan penyajian tujuh artikel sebagaimana berikut:
(1) “Metodologi Tafsir: Beberapa Tawaran Menuju Kemudahan Memahami Alquran”,
(2) “Al-Fātihah Sebagai Paradigma: Akses dan Metode Pemahaman Alquran”,
(3) “Kerangka Referensi dalam Penafsiran: Menuju Konsepsi Manusia Menurut Alquran”,
(4) “Manusia, Tema Sentral Alquran: Dari Penciptaan, Rekonstruksi Sejarah, hingga Kritik Sosial”,
(5) “Cita-cita Sosial dalam Alquran: Ke-Esaan Tuhan dan Kesatuan Umat Manusia”,
(6) “Refleksi Sosiologi Alquran: Landasan Revolusi Sosial”, dan
(7) “Islam Sebagai Ideologi Pembebasan: Jejak Kisah Para Nabi dalam Alquran”.
Baca juga: Belajar dari Islah Gusmian, Peneliti Khazanah Al-Qur’an dan Manuskrip Nusantara
Secara keseluruhan, pembahasan fungsi Al-Quran sebagai al-hudā menjadi sorotan utama dalam karya ini, khususnya dalam menyikapi perkembangan zaman yang berhubungan langsung dengan perkara sosial yang memerlukan banyak analisis spekulatif-empiris untuk memahami masalah yang kompleks. Terkait hal ini, setidaknya, ada tiga poin utama yang penulis catat.
Pertama, manusia sebagai tema sentral Al-Quran. Pada artikel “Manusia, Tema Sentral Al-Quran”, Dawam menguraikan konsep manusia dalam Al-Quran dan bagaimana Al-Quran memberikan petunjuk bagi manusia untuk kehidupan di dunia dan akhirat. Mengutip hasil penelitian Dirk Bakker, Dawam sepakat bahwa Al-Quran telah menggambarkan manusia secara komplet dari berbagai dimensi mulai dari soal kejadiannya, keterkaitannya dengan dunia dan manusia, hingga hubungannya dengan Tuhan. Dawam juga merujuk pada Abū al-A’lā al-Maudūdī yang menyatakan bahwa pokok pembicaraan Al-Quran adalah manusia. Oleh karena itu, Dawam menekankan pentingnya memikirkan dan merenungi Al-Quran. Menurutnya, ayat-ayat Al-Quran yang berisi banyak petunjuk tidak akan berfungsi jika tidak direnungkan.
Baca juga: Masa Kelahiran Tafsir Al-Quran di Tanah Madura
Dalam artikel tersebut, Dawam membahas ayat-ayat kauniyyah dan ayat-ayat yang bermuatan sejarah. Ayat-ayat tersebut merupakan objek berpikir yang harus dipikirkan oleh manusia sebagai subjeknya. Melalui ayat-ayat itu Al-Quran memberikan pengajaran dan pedoman hidup bagi manusia secara dialogis baik berupa kritik sosial atau rekonstruksi sejarah. Oleh karenanya, Al-Quran perlu dibaca dengan pendekatan sosial-historis agar menghasilkan suatu makna/ pelajaran yang dapat diaplikasikan pada masa sekarang.
Kedua, cita-cita sosial dalam Al-Quran. Dalam artikel berjudul “Cita-cita Sosial dalam Al-Quran” Dawam mengkaji konsep masyarakat dalam Al-Quran. Setelah menganalisis beberapa surat yang turun pada masa awal dengan sejarah dakwah Nabi Muhammad Saw di Mekkah dan Madinah, Dawam menemukan bahwa Al-Quran telah memberikan petunjuk tentang pembentukan masyarakat ideal. Pembentukan masyarakat tersebut didasarkan pada QS. Āli ‘Imrān (3): 103-104. Berdasarkan dua ayat tersebut, konsep serta nilai- nilai masyarakat dalam Al-Quran dapat diaplikasikan ke dalam kehidupan masa sekarang.
Baca juga: Kisah Akhnas Ibn Syuraiq dan Pergulatan Politik Berbaju Agama di Indonesia
Ketiga, refleksi sosiologi Al-Quran. Dalam artikel berjudul “Refleksi Sosiologi Al-Quran: Landasan Revolusi Sosial” Dawam menggali petunjuk Al-Quran tentang revolusi sosial. Dengan menggunakan pendekatan sejarah dan ilmu sosial, Dawam berusaha menelaah ayat-ayat yang mengandung nilai-nilai sosial seperti QS. al-Anbiyā’ (21): 51, 73, 74, QS. Hūd (11): 84-87, dll.. Dari tulisan ini, tampak bahwa Al-Quran merupakan sumber nilai sekaligus petunjuk yang menimbulkan terjadinya revolusi sosial pada zaman Nabi Muhammad Saw. Oleh karena itu, dalam beberapa kesempatan Dawam menyinggung pembentukan masyarakat dengan mengkontekstualisasikan nilai-nilai sosial dalam Al-Quran.
Ketiga poin utama di atas menunjukkan bahwa sebagai seorang aktivis sosial, Dawam memiliki pandangan lebih mengenai Al-Quran. Ia melihat Al-Quran mengandung nilai-nilai sosial yang perlu diaktualisasi untuk membantu masyarakat menyelesaikan masalah kehidupan. Oleh karenanya, fungsionalitas Al-Quran sangat diperlukan dengan cara melakukan pembacaan, pemahaman, dan pemaknaan Al-Quran yang lebih mendalam.
Terlepas dari latar belakang keilmuannya, gagasan-gagasan Dawam Rahardjo dalam Paradigma Al-Quran patut diapresiasi oleh para pengkaji Al-Quran. Setidaknya, gagasan-gagasan tersebut dapat dipertimbangkan untuk perkembangan kajian Al-Quran yang lebih baik ke depannya.
Wallāhu a’lam bi al-ṣawāb.