BerandaTokoh TafsirMengenal Tafsir Al-Mubarak Anggitan Kyai Taufiqul Hakim Amtsilati

Mengenal Tafsir Al-Mubarak Anggitan Kyai Taufiqul Hakim Amtsilati

Sebagian dari santri Indonesia nampaknya tidak asing lagi dengan Kyai Taufiqul Hakim. Sosok yang dikenal luas karena menemukan metode ‘kilat’ baca kitab kuning Amstilati ini ternyata tidak hanya menulis kitab gramatikal bahasa Arab.  Ia pun menulis kitab tafsir yang berjudul “Tafsir Al-Mubarak”. Tafsir ini sangat unik, khas ala kitab-kitab anggitan Kyai Taufiqul Hakim lainnya yang syarat akan kode kebahasaan dan mendobrak tampilan tafsir-tafsir mainstream.

Luar biasa. Itu mungkin ekspresi kekaguman kita terhadap Kyai yang mendirikan Pesantren Darul Falah Jepara. Kyai Taufiqul Hakim ternyata telah melahirkan 150-an karya kitab dengan ragam bidang keilmuan berbeda, seperti tasawuf, akhlak, motivasi, bahasa, hingga tafsir. Karena keaktifan Kyai Taufiqul Hakim dalam berdakwah, menulis kitab, hingga menemukan metode belajar baru, peneliti kepesantrenan Jamal Ma’mur Asmani pun menjulukinya Sang Pembaharu Pendidikan Pesantren.

Kyai yang piawai menulis syair ini memang belum meluncurkan secara publik kitab Tafsir Al-Mubarak. Namun dari salah satu penelitian alumninya, kitab ini pun dapat diketahui oleh masyarakat luas. Saal Al-Sadad menulis penelitian dengan judul “Studi Tafsir Al-Mubarak Karya KH. Taufiqul Hakim”. Dalam ulasannya, tafsir ini ternyata dibuat untuk mendampingi belajar Amtsilati. Tentu, tujuan penulisannya agar para santri mampu mengembangkan kosa kata, pemahaman dan penerjemahan teks Arab menuju kitab yang lebih besar.

Baca juga: Anda Sedang Khataman Al-Quran? Berikut Anjuran Para Ulama Mengenainya

Latar belakang penulisan kitab tafsir ini pun untuk memenuhi kurikulum pembelajaran di pesantrennya. Dalam pembelajaran di pesantren Amtsilati, Kyai Taufiqul Hakim membagi beberapa tingkatan yakni Amtsilati, Fan Tasawwuf, Program bahasa, dan Pasca Amtsilati. Santri yang mencapai jenjang pasca Amtsilati, akan dibekali beberapa ilmu yakni fan thaharah, ubudiyah, muamalah, munakahat, jinayat, tafsir, dan dakwah. Tentunya, Tafsir Al-Mubarak ini digunakan saat mencapai fan tafsir.

Karakteristik Tafsir Al-Mubarak

Murid dari Kyai Sahal Mahfudz ini sebenarnya telah rampung menulis 30 juz kitab tafsirnya. Namun saat ini baru dicetak 5 juz yakni juz 1, juz 2, juz 3, juz 4, dan juz 30. Kitab tafsir ini pun belum dicetak layaknya kitab-kitab Kyai Taufiqul Hakim lainnya. Tampilan kitab ini masih berbentuk fotocopy dan hanya digunakan terbatas oleh kalangan santri sendiri. Salah satu ustadz pesantren Darul Falah menyebut kitab ini masih dalam tahap revisi.

Di bagian awal kitab ini ada pengantar sang Kyai yang mencantumkan himbauan tentang adab membaca dan belajar, dilengkapi dengan panduan pembacaan hadharah. Kemudian kitab ini juga mencantumkan petunjuk penggunaan dan jadwal I’rab tiap juz-nya. Petunjuk ini menerangkan secara ringkas kode yang digunakan dalam Tafsir Al-Mubarak.

Baca juga: Manuskrip Mushaf Al-Quran dari Daun Lontar: Koleksi Kiai Abdurrachim asal Grobogan, Jawa Tengah

Jika dikategorikan, tafsir ini termasuk kategori tafsir ijmali karena penyajiannya yang ringkas. Tiap halaman, Kyai Taufiqul Hakim hanya mencantumkan satu sampai tiga baris ayat, bagian ini diletakkan di atas. Kemudian di bawahnya terdapat penggalan kata yang dimasukkan dalam tabel, diberi makna bahasa Jawa dan Indonesia, serta diberi kode jenis kalimat dan kedudukan I’rabnya. Di bawahnya lagi terdapat terjemahan dengan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Setelah itu, terdapat kolom asbabun nuzul dan pemberian catatan kaki sebagai tambahan penafsiran.

Begini bentuk penyajian kitab tafsirnya,

Bagian atas yang terdiri dari ayat dan tabel pemaknaannya

Bagian bawah terdiri dari terjemah, asbabun nuzul dan penambahan keterangan

Dari gambar di atas, tafsir ini menyajikan kode-kode yang khas ala metode Amtsilati. Misalnya dalam penafsiran ayat kedua, di sana ayat عن النبأ العظيم  diberi kode yang berarti huruf jar, majrur, dan naat. Dalam kitab-kitab tafsir klasik, kedudukan I’rab seperti ini lazim dicantumkan, tentu penyajiannya tidak serupa dengan tafsir ini. Memang, Kyai Taufiqul Hakim menyajikan kitab-kitabnya sangat sederhana, berbentuk kode atau syair.  Kemudian penafsiran tambahan juga disajikan dalam bentuk asababun nuzul dan catatan kaki. Di ayat kedua ini, yang dimaksud dengan berita besar adalah berita tentang hari berbangkit.

Baca juga: Tafsir Surat Yasin Ayat 13-14: Utusan Itu Hanya Bertugas Menyampaikan

Meski demikian ringkasnya, penafsiran Kyai Taufiqul Hakim tidak hanya terbatas pada tata bahasa saja. Saal Al-Sadad dalam analisanya mencantumkan contoh penafsiran dengan corak fiqih, bahkan teologis. Penyajian yang demikian memang menjadikan tafsir ini hanya untuk kalangan santri yang sudah belajar gramatikal bahasa Arab saja. Tentu, kode-kode itu tidak dipahami oleh masyarakat pada umumnya. Namun karena segmentasi yang jelas ini, justru para santri sangat dimudahkan untuk memahami kalam ilahi.

Wallahu a’lam[]

 

Zainal Abidin
Zainal Abidin
Mahasiswa Magister Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal-Universitas PTIQ, Jakarta. Juga Aktif di kajian Islam Nusantara Center dan Forum Lingkar Pena. Minat pada kajian manuskrip mushaf al-Quran.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU