Mengenal Tafsir Anom, Tafsir Al-Quran Bahasa Jawa Aksara Arab Pegon Karya Mohammad Adnan

tafsir anom
tafsir anom, tafsir al-quran basa jawa (commons.wikimedia.org)

Memasuki penafsiran Al-Quran di wilayah Jawa, kondisi sosial-budaya penafsir juga sangat berperan di dalamnya. Dunia pesantren lahir dan tumbuh serta bahasa-bahasa lokal, seperti Jawa, Sunda, dan Melayu yang dari sisi aksara kemudian dipertemukan dengan aksara Arab sehingga menjadi salah satu ciri khas tersendiri bagi dunia pesantren, seperti halnya di Kompleks Kauman Keraton Surakarta.

Perkembangan Islam yang terjadi pada Keraton yang mempunyai abdi dalem (baca: yang mengurusi) masalah Agama Islam yang bergelar Tafsir Anom. Tafsir Anom atau Tafsir Al-Quran al-Adzim li Tabshir al-Anam adalah kitab tafsir Al-Quran yang ditulis dalam bentuk Aksara Arab Pegon Jawa karya Prof. KH. R. Mohammad Adnan.

Tafsir Anom juga sudah mengalami beberapa kali cetak, pertama kali kitab ini ditulis dengan menggunakan bahasa Jawa aksara Arab pegon, kemudian disusun kembali dengan memakai aksara roman (latin). Saat ini, Tafsir Al Quran berbahasa Jawa dan bertuliskan huruf Jawa itu atau Tafsir Anom yang ditulis pada tahun 1923 disimpan di Perpustakaan Sonobudoyo, Yogyakarta.

Spesifikasi Tafsir Anom

Tafsir Al-Quran Suci Bahasa Jawi atau Tafsir Anom Karya Mohammad Adnan ini sudah melalui beberapa kali cetakan. Hal ini dapat dijumpai dalam halaman purwaka yang ditulis oleh H. Abdul Basith Adnan. Adapun cuplikan isinya sebagai berikut:

Suwagri, nalika taksir timur watawis 40 tahun mandegani pakempalan Madikintoko manggen ing Kauman Surakarta. Sampun nate nyithak buku- buku Islam warni-warni, antawisipun kitab Al-Quran Tarjamah Basa Jawi. Kacithak sapisan tahun 1924 mawi jarwa jarwi huruf Arab Pegon.”

Jadi kitab Tafsir Al-Quran Suci Bahasa Jawi atau Tafsir Anom Karya Mohammad Adnan, pertama kali awal terbit di tahun 1924 dengan tulisan huruf Arab Pegon. Ketika itu beliau kira-kira masih berumur 40 tahun.

“Wiwit tahun 1953, Suwargi nyerat malih Tarjamah Al-Quran basa Jawi gagtak anyar. Panyeratipun mboten tuntas rampung, taksih wujud bahan mentah. Himpunan naskah punika sumebar kasimpen wonten pintenpinten panggenan.”

Penjelasannya adalah di tahun 1953, beliau kembali menulis terjemahan berbahasa Jawa. Akan tetapi, tidak sampai selesai dan masih berupa naskah-naskah yang tersebar hingga pada akhirnya dikumpulkan kembali kemudian dibukukan dengan model penulisan yang sama, tanpa mengurangi sedikitpun kata dan kalimatnya.

Baca juga: Mengenal Tafsir Nurul Bajan: Kitab Tafsir Berbahasa Sunda Karya Muhammad Romli

Dalam pembukaan Tafsir Anom-nya, Mohammad Adnan menyampaikan pemikiran-pemikiranya seputar Al-Quran dan tafsirnya. Penjelasan ini dapat dijumpai dalam halaman bebuka yang disusun oleh Mohammad Adnan di Surakarta pada tanggal 11 Juli 1965 M. Pemikiran pertama yang ditulis oleh Mohammad Adnan adalah (Isinipun Al-Quran), artinya adalah “isinya Al-Quran”.

Mohammad Adnan dalam menjelaskan isi kandungan Al-Quran dibagi menjadi beberapa kriteria. Pernyataan ini terdapat dalam bebuka yang ditulis oleh Muhammad Adnan dalam tafsirnya:

  1. Ilmu kangge nyumerepi Pangeran (Ma’rifat), kados pundi caranipun emut lan leladi (Ibadah) lan nyuwun pitulungan dumateng panjenenganipun
  2. Ilmu Falsafah, kados pundi caranipun ginaaken akal pikiran. Kados pundi jagi akal pikiran wahu sampun ngantos keblasuk.
  3. Ilmu Sejarah lelampahanipun para Nabi lan Umatipun kanthi dipun sarengi inggil-andhapipun kabudayan ummat punika wahu
  4. Paring sanepa kados pundi budi-daya jagi keamanan negari, keadilan tiyang ingkang gadhahi prakawis wonten Pengadilan. Cara milih pemimpin lan ilmu ingkang magepokan kaliyan punika

Dalam hal penulisan Tafsir Anom ini, beliau tetap menyertakan dasarnya yaitu ayat-ayat Al-Quran dalam bentuk tulisan Arab. Tujuannya agar bisa dimengerti pembaca. Tidak hanya sebuah tulisan Arab yang tidak banyak orang memahami artinya dan juga tidak hanya terjemahan saja seperti kitab Injil yang telah banyak beredar.

Dalam setiap surat, Mohammad Adnan menjelaskan menggunakan Bahasa Jawa terkait arti judul surat, tempat diturunkannya surat, dan menyebutkan berapa jumlah ayat dalam setiap surat. Setelah itu beliau sampaikan juga surat tersebut turun setelah surat apa. Seperti contoh : Surat Ar-Rad (Bledheg), Tinurunake ana ing Madinah, cacahe ayat ; 43. Tumurun sawise surat Muhammad. Dalam tafsir tersebut tidak semua surat diberi keterangan arti judul surat dalam bahasa Jawa. Untuk jumlah ayat dalam setiap surat serta surat tersebut turun setelah surat apa, beliau cantumkan dalam setiap surat.

Setelah penerjemahan surat yang terakhir dalam Al-Quran selesai (An-Nas), Mohammad Adnan mencantumkan Do’anipun Khatam maos Al-Quran, artinya adalah doa-doa yang dibaca ketika sudah khatam membaca Al-Quran. Dalam Tafsir Anom tersebut Mohammad Adnan mencantumkan 29 doa beserta artinya dalam bahasa Jawa.

Model penulisan terjemah bahasa Jawa-nya beliau letakkan di bawah kalimat doa yang berbahasa Arab per satu doa, maksudnya setelah selesai menuliskan satu doa dalam bahasa Arab beliau menuliskan terjemahan bahasa Jawa di bawahnya, kemudian lanjut doa yang kedua, menggunakan Bahasa Arab dan di bawahnya dituliskan terjemahnya dalam bahasa Jawa dan terus berlanjut hingga berjumlah 29.

Baca juga: Mengenal Tafsir Marah Labid, Tafsir Pertama Berbahasa Arab Karya Ulama Nusantara, Syekh Nawawi Al-Bantany

Berdasarkan penelusuran penulis, Tafsir Anom menggunakan metode yang diantaranya:

  1. Metode Tafsir Riwayat seperti yang terdapat dalam QS. Ali Imran (3) : 44. Arti dalam Tafsir Anom.

Ceritane Zakariya lan Maryam mau klebu pamedharing ghoib kang Ingsun wahyoake marang sira (Muhammad) awit sira durung tumitah nalika para Bani Israil nyemplungake kalame (ana ing kali) dienggo tandha yekti sapa kang diparingake dening Allah ngupakara Maryam. Nalika wong Bani Israil padha rebutan Maryam mau, sira iya durung tumitah.

Catatan kaki ayat tersebut dalam Tafsir Al-Quran Suci Bahasa Jawi atau Tafsir Anom karya Mohammad Adnan adalah : Nalika Siti Maryam dipasrahake dening biyunge marang Baitul Mukkaddas, dicaosake ngladeni ana ing ngarsane Allah, ing kono pangerehing Baitul Mukkaddas 29 wong pada rebutan ngopeni Siti Maryam, munggah pancasaning pasulayan mau disumanggaake ing Allah. Wong semono mau padha golongan gawe tandha yekti sarana padha nyemplungake kalam tembaga ana ing Bengawan Ardan. Sing sapa kalame kumambangsarta ora bisa keli yaiku kang diparengake dening Allah ngopeni Siti Maryam, wusana bareng wong 29 mau bebarengan nyemplungake kalam kang kumambang serta ora keli mung kalame Zakariya. Dene kalame wong 28 pada silem.”

  1. Metode tafsir pemikiran seperti yang tertera di dalam penafsiran Q.S. Al Baqarah (2) : 18

Arti dalam Tafsir Anom: ”Wong munafiq iku tuli, tur bisu, sarta wuta. Dadi wong munafik mau podo ora gelem ambalik saka sasare.”

Catatan kaki dari ayat tersebut dalam Tafsir Al-Quran Suci Bahasa Jawi atau Tafsir Anom adalah : “Budheg = karepe ora bisa kelebon pitutur bener. Bisu = karepe ora tau ngucap kang becik. Wutha = karepe ora weruh dalan pituduh.”

Mohammad Adnan mencoba menjelaskan bahwa yang dimaksud dari kata “Budheg” yang artinya “Tuli” tersebut berbeda dengan maksud aslinya, dalam bahasa Indonesianya, maksud asli dari tuli adalah tidak bisa mendengar suara apapun baik yang nyaring, lirih, baik atau

benar. Sedangkan Mohammad Adnan menjelaskan kata “Tuli” menafsirkannya dengan tidak bisa mendengar kalimat yang benar. Ketika manusia hanya menuruti hawa nafsu setan saja, maka dihiraukanlah yang namanya nasehat baik, serta tidak diucapkannya kalimat yang baik. Wallahu A’lam.