BerandaTafsir TematikTafsir TarbawiMengulik Makna Tarbiyah dalam Pendidikan Islam

Mengulik Makna Tarbiyah dalam Pendidikan Islam

Dalam Islam, secara umum istilah pendidikan diterminologikan ke dalam tiga term, yaitu tarbiyah, ta’lim dan ta’dib. Ketiga istilah ini memiliki definisi yang berbeda dan implikasi yang berlainan ketika diterapkan dalam proses pendidikan. Namun, dari ketiga istilah tersebut, istilah tarbiyah paling banyak digunakan dan dirujuk dalam konteks pendidikan.

Satu hal yang perlu digarisbawahi adalah bahwa istilah tarbiyah untuk menggambarkan pendidikan Islam merupakan hal yang baru. Istilah ini, demikian kata Muhammad Munir Mursa dalam al-Tarbiyah al-Islamiyah: Ushuluha wa Tathawwuruha fi al-Bilad al-Arabiyah.

Istilah tarbiyah muncul berkaitan dengan gerakan tajdid (pembaharuan) pendidikan di dunia Arab pada perempat kedua abad ke-20. Oleh karenanya, penggunaannya dalam konteks pendidikan dewasa ini tidak ditemukan dalam referensi-referensi klasik. Yang ditemukan adalah istilah-istilah seperti ta’lim, ‘ilm, ta’dib dan tahdzib.

Terminologi Tarbiyah dalam Al-Quran

Mengutip Ahmad Munir dalam Tafsir Tarbawi; Mengungkap Pesan Al-Quran Tentang Pendidikan, bahwa kata tarbiyah dengan berbagai derivasinya di dalam Al-Quran terulang sebanyak 952 kali yang terbagi menjadi dua bentuk sebagai berikut.

Pertama, berbentuk isim fa’il (rabbani). Bentuk ini terulang sebanyak 3 kali yang kesemuanya berbentuk jama’ yaitu rabbaniyyina dan rabbaniyyuna yang juga memiliki keterkaitan dengan term mengajar (ta’lim) dan belajar (tadris) sebagaimana ditunjukkan dalam Q.S. Ali Imran [3]: 79,

كُوْنُوْا عِبَادًا لِّيْ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَلٰكِنْ كُوْنُوْا رَبَّانِيّٖنَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُوْنَ الْكِتٰبَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُوْنَ

“…Jadilah kamu para penyembahku, bukan (penyembah) Allah,” tetapi (hendaknya dia berkata), “Jadilah kamu para pengabdi Allah karena kamu selalu mengajarkan kitab dan mempelajarinya!” (Q.S. Ali Imran [3]: 79).

Kata rabbani dalam ayat tersebut, sebagaimana penjelasan Ahmad Munir, dinisbahkan kepada kata rabba, artinya yang mendidik manusia dengan ilmu dan pengajaran semasa kecil. Ibn Abbas dalam tafsirnya menjelaskan kata rabbani berasal dari kata rabbaa, yang mendapat imbuhan alif dan nun yang menunjukkan makna mubalaghah.

Lebih dari itu, sebagian ulama berpendapat bahwa rabba bermakna tokoh ilmuwan (arbaba al-‘ilm) yang mendidik dan memperbaiki kondisi sosial masyarakatnya. Ada juga yang berargumen bahwa kata tersebut bermakna orang yang memiliki ekspertasi dan mengamalkan keilmuannya secara memadai.

Kedua, berbentuk mashdar (rabban). Bentuk ini, seperti yang dipaparkan Ahmad Munir, terulang dalam Al-Quran sebanyak 947 kali; empat kali berbentuk jama’ (arbaban) dalam Q.S. Yusuf [12]: 39, satu kali berbentuk tunggal dalam Q.S. al-An’am [6]: 164, dan selebihnya berupa isim sebanyak 141 kali yang mayoritas dikontekskan dengan alam, masalah nabi, manusia, sifat Allah, dan ka’bah.

Ketiga, berbentuk kata kerja (rabbaa). Bentuk ini terulang sebanyak 2 kali, yaitu dalam Q.S. al Isra [17]: 24 dan Q.S. al-Syu’ara [26]: 18.

Baca juga: Ragam Pemaknaan Kata Rabb dalam Surah al-Fatihah Ayat 2 dan Kaitannya dengan Pendidikan

Makna Tarbiyah

Istilah tarbiyah secara umum berakar pada tiga kata. Pertama, kata raba-yarbu, artinya bertambah dan tumbuh. Kedua, rabba/rabiya-yarba, artinya tumbuh dan berkembang. Ketiga, rabba-yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai, memimpin, menjaga, dan memelihara seperti yang dikemukakan Ahmad Syah dalam Term Tarbiyah, Ta’lim, dan Ta’dib dalam Pendidikan Islam: Tinjauan dari Aspek Semantik.

Term al-Rabba menurut al-Raghib al-Asfahani dalam Mufradat Alfadz al-Qur’an mempunyai padanan kata yang sama dengan term tarbiyah yang bermakna menumbuhkan atau membuat sesuatu menjadi sempurna secara berangsur-angsur. Pendapat lain mengatakan, al-Jauhari misalnya, kata tarbiyah dan berbagai bentuk derivasinya sebagaimana diriwayatkan al-Asma’i, bermakna rabban dan rabba, artinya memberi makan, memelihara, dan mengasuh. Makna ini mengacu kepada segala sesuatu yang tumbuh seperti halnya anak-anak, tanaman, hewan, dan seterusnya.

Hal senada juga dituturkan Ibn Manzur dalam Lisan al-Arab, kata tarbiyah secara bahasa berasal dari rabba-yurabbi-tarbiyah, artinya mendidik, mengampu dan memelihara. Tidak jauh berbeda, Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah mengungkapkan kata tarbiyah seakar dengan kata rabbiyatu, yakni mengarahkan sesuatu tahap demi tahap menuju kesempurnaan kejadian dan fungsinya.

Abdurrahman al-Nahlawi dalam Ushul al-Tarbiyah mengemukakan kata tarbiyah berasal dari kata rabaa-yarbu, bermakna bertambah dan bertumbuh; rabiya-yarba artinya menjadi besar, dan rabba-yarubbu bermakna memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga, mengasuh dan memelihara. Dengan demikian, menurutnya, tarbiyah mencakup sekurang-kurangnya empat hal, yakni (1) memelihara fitrah anak; (2) menumbuhkan bakat dan potensinya; (3) mengarahkan seluruh fitrah dan potensinya agar berkembang dengan baik dan terarah; dan (4) dalam proses perkembangannya dilakukan secara gradual atau bertahap.

Jika makna tarbiyah dihubungkan dengan Q.S. al-Isra [17]: 24, Muhammad al-Naquib al-Attas dalam The Concept of Education in Islam: A Frame Work for an Islamic Phylosophy of Education berpendapat bahwa kata “rabayani” di situ bermakna rahmah (ampunan atau kasih sayang), pakaian dan tempat berteduh, serta pemeliharaan yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya. Jadi, kata tarbiyah dalam konteks ayat tersebut (Q.S. al-Isra [17]: 24) bermakna rahmah (kasih sayang) atau maghfirah (ampunan).

Senada dengan al-Attas, Abdul Fattah Jalal, sebagaimana dikutip Ahmad Syah, menjelaskan yang dimaksud kata tarbiyah dalam Q.S. al-Isra’ [17]: 24 dan Q.S. al-Syu’ara [26]: 18 adalah pendidikan yang berlangsung pada fase bayi dan kanak-kanak sehingga mereka sangat bergantung pada pemeliharaan dan kasih sayang kedua orang tuanya.

Penutup

Dari ulasan beberapa definisi tarbiyah di atas baik semantik maupun terminologis, maka tarbiyah merupakan serangkaian proses pendidikan dalam rangka menumbuhkan dan mengembangkan potensi manusia, baik potensi fisik, intelektual, sosial, estetika, spritual dan material, sehingga dapat berkembang dan terbina secara optimal. Langkah ini dapat ditempuh melalui cara pemeliharaan, pengasuhan, menjaga, merawat dan mendidik secara berkelanjutan dan gradual.

Karena itu, tarbiyah mencakup pendidikan jasmani, pendidikan akhlak, intelektual atau kecerdasan, perasaan, keindahan atau estetika, sosial-kemasyarakatan, spritual, maupun material. Istilah ini lebih representatif untuk menggambarkan konsep pendidikan Islam secara utuh. Wallahu A’lam.

Baca juga: Hari Guru Sedunia: Inilah 3 Artikel Serial Tafsir Tarbawi Tentang Guru…

Senata Adi Prasetia
Senata Adi Prasetia
Redaktur tafsiralquran.id, Alumnus UIN Sunan Ampel Surabaya, aktif di Center for Research and Islamic Studies (CRIS) Foundation
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU