Ikigai berarti nilai hidup atau alasan untuk tetap hidup yang dianut oleh masyarakat Jepang. Menurut kamus terkemuka di Jepang, makna Ikigai dideskripsikan sebagai “kegembiraan dan rasa sejahtera karena hidup” juga “menyadari nilai kehidupan” (Toshimasa Sone, Naoki Nakaya et al, Sense of Life Worth Living (Ikigai) and Mortality in Japan: Ohsaki Study, 709). Ikigai dapat dideskripsikan seperti saat adanya tantangan dalam kehidupan, kita mencoba menggali makna yang lebih dalam. Selain itu, hal-hal kecil dalam hidup yang membuat kehidupan terasa bermakna, itulah yang dimaksud dengan ikigai.
Baca juga: Tafsir Maqashidi: Fondasi Mencapai Kebahagiaan Sejati
Dengan adanya alasan atau tujuan hidup, seseorang akan merasa lebih mudah menjalani hari dan lebih minim merasakan tekanan karena mengetahui apa yang diinginkan dan mencintai apa yang dilakukan. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ikigai dapat mempengaruhi kesehatan seseorang dari segi mental maupun fisik (Patrick E. McKnight & Todd B. Kashdan, Purpose in Life as a System That Creates and Sustains Health and Well-Being: An Integrative, Testable Theory, 249).
Cara ikigai membuat orang merasakan perubahan positif terdengar cukup familiar dengan prinsip yang ditawarkan Alquran. Petunjuk, pedoman, dan penyembuh adalah klaim tentang Alquran, sebagaimana terdapat pada ayat berikut:
Surah al-Baqarah: 2
ذَٰلِكَ ٱلْكِتَٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ
“Kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.”
Surah Fussilat: 44
قُلۡ هُوَ لِلَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا هُدًى وَشِفَآءٌ
“Alquran adalah petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang yang beriman.”
Dalam proses seseorang mencari Ikigai, diperlukan identifikasi terhadap beberapa hal. Sedangkan bagi seorang mukmin agar mampu memaknai tujuan penciptaannya juga diperlukan pendekatan kepada Allah Swt. serta renungan terhadap ayat-ayat Alquran yang mengingatkan diri akan tujuan hidup. Berikut pertanyaan substantif sebagai upaya untuk identifikasi dalam menemukan Ikigai serta ayat Alquran yang dapat kita renungkan:
Apa yang kamu cintai?
Surah al-Baqarah: 165
وَمِنَ النَّاسِ مَنۡ يَّتَّخِذُ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰهِ اَنۡدَادًا يُّحِبُّوۡنَهُمۡ كَحُبِّ اللّٰهِؕ وَالَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡٓا اَشَدُّ حُبًّا لِّلّٰهِ ؕ
“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah.”
Dengan mencintai Allah, kita akan memiliki tujuan yang sesuai dengan perintah di dalam Alquran. Konteks surat al-Baqarah: 165 ini adalah perbedaan di antara orang kafir dengan orang mukmin dalam mencintai Tuhannya. Keberadaan rasa iman dan tauhid dalam seorang mukmin terhadap Allah Swt membuat rasa cinta terhadap hal selain Allah didasarkan pada rasa cintanya pada Allah Swt. Apabila dihadapkan kesulitan, maka dia akan tetap kembali atau setia terhadap Allah Swt. Sebaliknya, orang kafir akan berbalik dari sesuatu yang dia cintai (Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jilid 1, 371-372.)
Dengan cinta maka kegiatan yang dilakukan akan terasa ringan. Dengan mencintai Allah kita dapat lebih jernih melihat sekitar sehingga memudahkan rencana dan tindakan selanjutnya.
Apa yang bisa memberimu penghasilan (profesi)?
Surah an-Najm: 39
وَاَنۡ لَّيۡسَ لِلۡاِنۡسَانِ اِلَّا مَا سَعٰىۙ
“dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya.”
Seseorang akan mendapatkan hasil sesuatu dari apa yang diusahakan. Dengan melakukan amal baik maka akan mendapatkan balasan kebaikan (pahala) pula. Begitupun sebaliknya, apabila melakukan hal mudarat maka kita akan mendapatkan dosa dan balasan kelak. Dalam penafsiran Buya Hamka, dijelaskan bahwa kita mendapatkan hasil pekerjaan sekadar usaha yang telah kita lakukan. Apabila melakukannya dengan malas, maka wajar jika kita mendapat sedikit ataupun sama sekali tidak ada hasil dan dari hal tersebut, kita tentu tidak bisa menyalahkan orang lain (Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jilid 9, 7012.)
Segala usaha yang kita lakukan baik ataupun buruk akan diperlihatkan kelak dan diberi ganjaran yang cukup. Sebab itu perlu bagi kita untuk melakukan kebaikan sebanyak-banyaknya dan berusaha menghindari perbuatan tercela (Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jilid 9, 7015.) Karena itulah memilih profesi yang baik dan halal harus dilakukan agar ikigai sejalan dengan maksud ayat tersebut.
Apa yang kamu kuasai?
Surah Yusuf: 55
قَالَ ٱجْعَلْنِى عَلَىٰ خَزَآئِنِ ٱلْأَرْضِ ۖ إِنِّى حَفِيظٌ عَلِيمٌ
“Yusuf berkata: “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan.”
Sangat penting bagi kita untuk menyadari dan percaya diri dengan keahlian yang kita miliki, sebagaimana sikap Nabi Yusuf dalam ayat tersebut. Quraish Shihab menyatakan bahwa seseorang boleh mengajukan suatu kedudukan selama motivasinya adalah untuk kepentingan masyarakat, juga selama seseorang memiliki kemampuan untuk posisi kedudukan tersebut (Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Jilid 6, 485).
Baca juga: Tafsir Surah Annur Ayat 45: Setiap Orang Memiliki Keahlian Masing-Masing
Di sisi lain, Shihab juga menyebutkan bahwa permintaan jabatan dalam keadaan dan sifat yang dialami oleh Nabi Yusuf menunjukkan kepercayaan diri dan keberanian moral. Kemampuan untuk mengetahui kapabilitas diri dan percaya akan hal tersebut sangat berpengaruh dalam memutuskan suatu pilihan (Quentin Cavalan, Beyond Overconfidence: Exploring the Role of Confidence Sensitivity and Meta-Confidence in Career Choices, 24-25) Karenanya, kesadaran dan kepercayaan diri terhadap apa yang dikuasai akan mempermudah kita menentukan Ikigai atau tujuan dalam hidup.
Apa yang dunia butuhkan?
Surah al-Baqarah: 261
مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَٰلَهُمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِى كُلِّ سُنۢبُلَةٍ مِّا۟ئَةُ حَبَّةٍ ۗ وَٱللَّهُ يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَآءُ ۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Dari ayat tersebut, kita diberi isyarat untuk bermanfaat bagi orang lain. Jika kita memiliki kemampuan untuk membantu, jangan merasa berat. Karena sesungguhnya Allah akan melipat gandakan balasan atas bantuan yang kita berikan terhadap sesama. Ayat ini juga mengingatkan kita untuk memiliki rasa ingin hidup. Dalam penafsiran Quraish Shihab terhadap ayat ini, hidup bukan sekadar menarik dan menghembuskan nafas. Melainkan hidup adalah gerak, rasa, tahu, kehendak, dan pilihan (Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Jilid 1, 567).
Dari pertanyaan untuk mengidentifikasi Ikigai, serta ayat-ayat dalam Alquran, maka kita dapat mengambil bagian yang sejalan dengan itu semua. Menjadikan visi misi dalam hidup. Sehingga diri lebih terarah dan mampu memberikan kontribusi pada lingkungan. Karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Wallahu a’lam.