Menilik Konsep Energi dan Klasifikasinya dalam Al-Quran

klasifikasi energi dalam Al-Quran
klasifikasi energi dalam Al-Quran

Energi memiliki peranan sentral dalam kehidupan manusia. Bisa dibayangkan bagaimana manusia dapat bertahan hidup tanpa adanya energi. Terlebih di era modernitas ini, ketergantungan masyarakat terhadap energi sangatlat besar. Energi tidak saja menjadi hajjiyah (kebutuhan sekunder), namun juga dharuriyyah (kebutuhan primer). Karena itu, pada pembahasan kali ini akan mengulas bagaimana konsep energi dan klasifikasi energi dalam Al-Quran.

Islam telah memaparkan secara gamblang perihal energi beserta kegunaannya dan konservasinya agar manusia tetap bisa memanfaatkannya dalam jangka waktu yang lama sebagaimana termaktub dalam Q.S. al-A’raf [7]: 54 dan 56, bahwa “Dia meniupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, Dia pula ciptakan matahari, bulan, bintang yang semuanya itu tunduk kepada perintah-Nya”. Lalu pada ayat ke-56, Allah memerintahkan kepada manusia untuk menjaga semua itu, “janganlah kalian berbuat kerusakan di muka bumi setelah diciptakan dengan baik”.

Dari dua ayat di atas kita dapat memetik ibrah bahwa eksplorasi energi tidak boleh mengabaikan AMDAL (analisis dampak lingkugan). Tidak boleh melakukan eksploitasi berlebihan terhadap energi dan segala sesuatu lainnya. Manusia tidak boleh egois karena energi kita nikmati saat ini adalah buah daripada penjagaan yang baik dari pendahulu kita. Maka kita juga berkewajiban menjaga dan memanfaatkannya dengan baik pula, agar bisa dinikmati oleh generasi penerus kita kelak.

Baca Juga: Dinamika Perkembangan Tafsir Ilmi di Indonesia

Klasifikasi Energi dalam Al-Quran

Secara umum pembagian energi terbagi dalam beberapa klaster di antaranya energi matahari, air, angin atau udara, api, gas, tumbuhan dan manusia. Klasterisasi ini bukanlah tanpa alasan, semuanya berlandaskan pada Al-Quran sebagai berikut,

Energi Matahari

Pergantian siang dan malam adalah bukti nyata energi matahari. Lebih jauh, Prof. Darwesh dalam risetnya, Experimental studies on the contribution of solar energy as a source for heating biogas digestion units, mengatakan bahwa energi matahari telah mengurangi konsumsi energi sebesar 61,28%. Serta penggunaan energi surya ini dapat menghemat kebutuhan listrik dan dapat memangkas ongkos operasional.

فَالِقُ الْاِصْبَاحِۚ وَجَعَلَ الَّيْلَ سَكَنًا وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ حُسْبَانًا ۗذٰلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِ

Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketetapan Allah Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui. (Q.S. al-An’am [6]: 96)

Baca Juga: Ketahui Fungsi-Fungsi Air dalam Al-Quran, Inilah Penjelasannya

Energi Air

Dalam sebuah riset yang dirilis oleh H.H. Mitchell dalam Journal of Biological Chemistry 158 sebagaiamana dikutip M. Elia dalam Body Composition Analysis bahwa, otak manusia dan jantung mengandung 73% air, paru-paru sekitar 83% air. Kulit mengandung 64% air, otot dan ginjal 79%, dan bahkan tulang 31%-nya adalah air. Maka, air sangat penting bagi semua makhluk hidup; tidak terkecuali manusia. 90% komposisi manusia bersumber dari air.

Klasifikasi energi dalam Al-Quran berupa air ini dapat ditemukan dalam ayat berikut,

وَاَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءًۢ بِقَدَرٍ فَاَسْكَنّٰهُ فِى الْاَرْضِۖ وَاِنَّا عَلٰى ذَهَابٍۢ بِهٖ لَقٰدِرُوْنَ ۚ

Dan Kami turunkan air dari langit dengan suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan pasti Kami berkuasa melenyapkannya. (Q.S. al-Mu’minun [23]: 18)

Energi Angin

Dilansir dari laman nationalgeographic.com, angin telah lama menjadi sumber energi bagi manusia. Oksigen yang dihirup setiap hari oleh manusia adalah bukti kemanfaatan energi angin. Selain itu, energi angin juga berperan penting dalam membantu proses turunnya air hujan dan menggerakkan kapal layar di laut.

وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ يُّرْسِلَ الرِّيٰحَ مُبَشِّرٰتٍ وَّلِيُذِيْقَكُمْ مِّنْ رَّحْمَتِهٖ وَلِتَجْرِيَ الْفُلْكُ بِاَمْرِهٖ وَلِتَبْتَغُوْا مِنْ فَضْلِهٖ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan agar kamu merasakan sebagian dari rahmat-Nya dan agar kapal dapat berlayar dengan perintah-Nya dan (juga) agar kamu dapat mencari sebagian dari karunia-Nya, dan agar kamu bersyukur. (Q.S. ar-Rum [30]: 46)

Energi Api

Schmidt-Rohr dalam risetnya, Why Combustions Are Always Exothermic, Yielding About 418 kJ per Mole of O2 bahwa dalam kehidupan kita sehari-hari, energi api diperlukan untuk proses pembakaran. Seperti, reaksi molekul organik dengan oksigen dari udara sangat penting untuk menyediakan energi yang berguna, melalui pembakaran di tungku dan mesin panas. Sedangkan di dalam tubuh kita, respirasi seluler O2 (oksigen) merupakan sumber energi yang sangat diperlukan bagi metabolisme tubuh.

Sebagaimana disitir dalam firman-Nya,

اَفَرَءَيْتُمُ النَّارَ الَّتِيْ تُوْرُوْنَۗ ءَاَنْتُمْ اَنْشَأْتُمْ شَجَرَتَهَآ اَمْ نَحْنُ الْمُنْشِـُٔوْنَ نَحْنُ جَعَلْنٰهَا تَذْكِرَةً وَّمَتَاعًا لِّلْمُقْوِيْنَۚ

Maka pernahkah kamu memperhatikan tentang api yang kamu nyalakan (dengan kayu)? Kamukah yang menumbuhkan kayu itu ataukah Kami yang menumbuhkan? Kami menjadikannya (api itu) untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi musafir. (Q.S. al-Waqi’ah [56]: 71-73)

Energi Tumbuhan

Klasifikasi energi dalam Al-Quran berikutnya adalah energi tumbuhan. Kehadiran tumbuhan menjadi penyejuk bagi manusia. Padang hijau rerumputan dan pepohonan yang subur menjadi panorama sekaligus bermanfaat bagi penyeimbang alam dan peradaban. Lebih jauh, ternyata tumbuhan juga dapat menjadi sumber energi sebagaimana firman-Nya di bawah ini,

وَهُوَ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءًۚ فَاَخْرَجْنَا بِهٖ نَبَاتَ كُلِّ شَيْءٍ فَاَخْرَجْنَا مِنْهُ خَضِرًا نُّخْرِجُ مِنْهُ حَبًّا مُّتَرَاكِبًاۚ وَمِنَ النَّخْلِ مِنْ طَلْعِهَا قِنْوَانٌ دَانِيَةٌ وَّجَنّٰتٍ مِّنْ اَعْنَابٍ وَّالزَّيْتُوْنَ وَالرُّمَّانَ مُشْتَبِهًا وَّغَيْرَ مُتَشَابِهٍۗ اُنْظُرُوْٓا اِلٰى ثَمَرِهٖٓ اِذَٓا اَثْمَرَ وَيَنْعِهٖ ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكُمْ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ

Dan Dialah yang menurunkan air dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma, mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya pada waktu berbuah, dan menjadi masak. Sungguh, pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman. (Q.S. al-An’am [6]: 99)

Baca Juga: Ragam Penyebutan Manusia dalam Al-Quran, dari Ins sampai Anam

Energi Manusia

Semua ciptaan Allah swt di muka bumi “dipersembahkan” untuk bekal kehidupan manusia. Maka di sinilah kekuasaan yang sangat besar bagi manusia. Kekuasaan itu ibarat belati bermata dua. Pada satu sisi, jika kekuasaan itu mampu dikelola dan dimanfaatkan dengan amanah maka memunculkan maslahat. Dan pada sisi yang lain, jika manusia lengah, menuruti libido hawa nafsunya, maka madharat yang akan terjadi alias kerusakan alam di mana-mana.

Karena itu, manusia menjadi sumber energi dalam konteks pengelolaan segala sumber daya alam di muka bumi. Ia mengemban tugas sebagai khalifah fil ardh. Sebagaimana disitir dalam firman-Nya,

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. al-Baqarah [2]: 30

لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ

Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, (Q.S. at-Tin [95]: 4)

Dengan demikian, manusia dituntut untuk bersahabat dengan alam, menjaga dan merawat kelestarian alam. Sebab antara manusia dengan alam saling membutuhkan. Tentu, jika alam lestari maka ketersediaan energi juga sangat berlimpah. Dan sebaliknya jika alam rusak, maka energi pun perlahan-lahan akan meninggalkan kita. Semua ini demi kebaikan dan hajat hidup manusia. Semoga kita semua mampu menjaga alam, menjaga dan merawatnya merupakan bagian daripada ibadah kepada Allah swt. Aamiin. Wallahu A’lam