BerandaTafsir TematikTafsir KebangsaanRefleksi Makna Kemerdekaan: Mensyukuri Keamanan dan Kenyamanan Bernegara

Refleksi Makna Kemerdekaan: Mensyukuri Keamanan dan Kenyamanan Bernegara

Tidak lama lagi, kita akan memperingati salah satu hari paling penting dalam sejarah kehidupan bangsa indonesia, yakni HUT RI ke-78. Artinya, sudah sekitar tujuh puluh tahun lebih lamanya bangsa kita terbebas dari dominasi bangsa-bangsa asing yang menjajah bangsa Indonesia. Udara kebebasan yang kita hirup selama ini tidak lain merupakan rahmat Allah swt. dan juga hasil dari kegigihan para pahlawan yang telah berjuang melawan para penjajah.

Sebagai generasi yang dapat merasakan kebebasan dan kemerdekaan sejak lahir, kita patut bersyukur atas nikmat yang telah Allah swt. anugerahkan kepada bangsa kita tercinta ini. Tidak salah jika kemerdekaan, keamanan dan kenyamanan bernegara dan hidup berbangsa merupakan salah satu nikmat terbesar yang diberikan Allah swt kepada umat manusia, karena ajaran agama tidak dapat diaplikasikan secara harmonis ditengah-tengah kondisi bangsa yang sedang dijajah.

Keamanan dan kenyamanan bernegara sebagai salah satu nikmat terbesar telah terkonfirmasi dalam Alquran. Dalam surah al-Baqarah ayat 126, Allah swt mengisahkan bagaimana Nabi Ibrahim a.s. memohon kepada Allah swt. agar kota Makkah yang pada waktu itu masih tandus dijadikan sebagai negeri yang penuh berkah dan aman. Hal ini mengindikasikan bahwa betapa pentingnya keamanan dan kemakmuran di suatu daerah terhadap kelangsungan hidup masyarakat yang berdomisili di dalamnya.

Imam Fakhruddin al-Razi menjelaskan bahwa ada kaitan yang sangat erat antara keamanan dan ketentraman di suatu negara dengan eksistensi ajaran agama. Negara yang aman dan tentram menjadi pondasi yang kuat bagi eksistensi dan implementasi ajaran-jaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, ketika suatu negara atau daerah sedang dilanda kekacauan dan disintegrasi maka ajaran-ajaran agama sulit diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena inilah, beliau dengan tegas mengungkapkan bahwa keamanan dan kenyamanan di suatu negara adalah salah satu pondasi agama yang paling agung. [Mafatih al-Ghaib, juz 4, hal. 47].

Baca Juga: Tafsir Surah Ibrahim Ayat 6-7: Mengisi Momen Kemerdekaan dengan Bersyukur

Mengisi Kemerdekaan dengan Bersyukur

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengisi kemerdekaan ini adalah dengan bersyukur. Syukur sendiri oleh sebagian ulama diartikan sebagai mengingat-ingat serta menampakkan nikmat yang diterima. Lebih lanjut, Syaikh Wahbah al-Zuhaili menjelaskan bahwa mensyukuri nimmat Allah adalah suatu upaya menggunakan nikmat tersebut untuk hal-hal yang diridai Allah swt. [Ruh al-Bayan,  juz 6, hal. 238, dan Tafsir al-Munir, juz 29, hal. 33].

Dalam hal ini, ulama membagi syukur menjadi tiga bagian. Pertama, Syukur dengan lisan, yaitu bersyukur dengan cara menyebut-nyebut nikmat Allah swt. sembari mengucap rasa puji syukur kepada Allah swt. karena telah memberikan nikmat tersebut. Kedua, syukur dengan hati, yaitu meyakini dan mengingat-ingat bahwa segala nikmat yang dia terima merupakan anugerah Allah. Ketiga syukur dengan anggota badan, yaitu dengan cara berusaha untuk mengaktualisasikan diri untuk melakukan tindakan-tindakan positif. [Al-Bahr al-Madid fi Tafsir al-Quran al-Majid, juz 4, hal. 481].

Selain dengan lisan dan hati, kita juga harus mensyukuri kemerdekaan ini dengan aksi nyata berupa tindakan-tindakan positif dan konstruktif sesuai dengan kapasitas kita masing-masing. Seorang pejabat harus mempergunakan otoritasnya untuk membuat program-program yang dapat mensejahterakan rakyat. Seorang pelajar juga dapat ikut andil mengisi kemerdekaan ini dengan semangat dan giat menuntut ilmu, dan begitu seterusnya.

Selain menjadi salah satu cara bersyukur kepada Allah swt, tindakan-tindakan kecil tersebut juga menjadi bentuk penghargaan dan rasa terima kasih kita kepada para pahlawan yang telah rela mengorbankan nyawa memperjuangkan kemerdekaan. Dengan melakukan hal-hal positif sesuai bidang kita masing-masing, kita turut andil dalam membangun bangsa melanjutkan perjuangan para pahlawan terdahulu. Rasulullah saw. bersabda:

«‌مَنْ ‌لَمْ ‌يَشْكُرِ ‌النَّاسَ لَمْ يَشْكُرِ اللهَ»

“Barang siapa yang tidak bersyukur kepada manusia maka ia tidak bersyukur kepada Allah swt.” HR. Ahmad.

Dengan bersyukur, kita juga telah melakukan upaya protektif supaya nikmat tersebut tetap eksis. Sebab, orang yang telah diberi anugerah berupa nikmat kemudian dia tidak mensyukurinya, maka Allah swt. akan mencabut nikmat tersebut dan tentunya akan mendapat siksa. Dalam hal ini, Allah swt berfirman:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيد

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” Q.S. Ibrahim [14]: 07.

Baca Juga: Tiga Kemerdekaan Dasar dalam Al-Quran

Akhir kata, fasilitas berupa keamanan dan kemerdekaan yang kita rasakan sekarang ini merupakan salah satu nikmat terbesar yang harus kita syukuri. Selain dengan lisan dan hati, kita juga harus mensyukuri nikmat tersebut dengan mengisi suasana kemerdekaan ini dengan hal-hal positif sesuai bidang dan kapasitas kita masing-masing. Selain untuk menunaikkan kewajiban kita untuk bersyukur kepada sang pemberi nikmat, hal tersebut juga menjadi salah satu cara kita berterima kasih kepada para pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini. Wallah a’lam.

Muhammad Zainul Mujahid
Muhammad Zainul Mujahid
Mahasantri Mahad Aly Situbondo
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Jasser Auda

Kritik Jasser Auda terhadap Teori Nasakh

0
Sebagaimana dikatakan oleh Thomas Kuhn, seorang filsuf yang konsen di bidang filsafat ilmu, bahwa ilmu pengetahuan akan senantiasa berdinamika dan berevolusi seiring dengan berjalannya...