Jumat, 25 April 2025 – Perpustakaan Pusat Studi Al-Quran bersama tafsiralquran.id dan studitafsir.com menyelenggarakan webinar bedah buku perdana dengan mengkaji buku karya Wildan Imaduddin yang berjudul Konstruksi Sejarah Mushaf Al-Quran Abad Pertama Islam. Buku tersebut fokus membahas tentang sejarah kodifikasi mushaf Alquran pada abad pertama Islam.
Latar Belakang Penulisan Buku
Buku ini lahir dari kegelisahan akademik yang dirasakan oleh Wildan. Ia melihat bahwa selama ini pembahasan sejarah mushaf hanya berhenti pada narasi teologis umum, tanpa menggali dinamika historis dan polemik di balik pembentukannya. Ia juga menceritakan bahwa kodifikasi mushaf tidak sesederhana narasi populer seperti di masa Abu Bakar atau Utsman bin Affan saja, melainkan dipenuhi dengan dinamika sosial-politik, termasuk peran penting pada masa Abdul Malik bin Marwan.
Dalam menulis bukunya, ia merujuk banyak sumber klasik seperti Kitab al-Mashahif karya Ibnu Abi Daud dan Fadha’il al-Quran karya Abu Ubaid al-Qasim bin Sallam, dan mengembangkan gagasan bahwa Alquran awal adalah korpus terbuka, yang baru menjadi “tertutup” seiring adanya kodifikasi. Ia mengakui bahwa penulisan bukunya dipengaruhi oleh pemikiran Muhammad Arkoun tentang “cadrage corpus fermé” (korpus tertutup), meskipun ia berusaha menjaga keseimbangan antara pendekatan historis dan keyakinan teologis.
Baca Juga: Menelusuri Jejak Sejarah Kodifikasi Qira’at Setelah Mushaf Usmani
Tanggapan dan Respon Pembanding
Limatus Sauda selaku dosen di Universitas K.H Abdul Halim Pacet Mojokerto mengapresiasi spesialisasi buku ini dalam membahas sejarah mushaf Alquran. Menurutnya, buku ini memberikan kemudahan bagi akademisi untuk mendapatkan data sejarah mushaf secara langsung, tanpa harus melalui pembahasan sejarah Alquran secara umum. Ia juga mengangkat isu penting: apakah benar dinamika politik sangat berperan dalam penyusunan mushaf? Hal ini merujuk pada konsep Muhammad Arkoun tentang “korpus tertutup”, di mana penyusunan mushaf terjadi dalam kondisi politik yang penuh ketegangan. Limatus melihat bahwa buku ini berkontribusi dalam mendetailkan kompleksitas tersebut.
Sementara itu, Muamar Zain Kaddafi selaku Direktur Studi Quran dan juga dosen di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyoroti keunggulan buku ini dalam merevitalisasi sumber klasik seperti Kitab al-Masahif dan Fadā’il al-Qur’ān, yang selama ini jarang dikaji secara kritis. Ia juga mengapresiasi penggunaan kata “saya” oleh Wildan dalam narasi akademiknya, yang menunjukkan keberanian dalam berargumen.
Namun, Muamar juga mengkritik bahwa buku ini masih “menjaga aman” dan belum sepenuhnya mengeksplorasi konsekuensi logis dari data-data provokatif yang diungkapkan. Misalnya, temuan bahwa mushaf Irak justru lebih mirip dengan mushaf Utsman dibanding mushaf Madinah, seharusnya bisa dikembangkan menjadi argumen yang lebih berani. Muamar juga menekankan bahwa menerima konsep “korpus terbuka” berarti membuka peluang besar untuk kajian filologis Alquran ke depan, dan juga siap menghadapi perdebatan teologis terkait otentisitas mushaf yang beredar saat ini.
Baca Juga: Ragam Sumber Penyalinan Mushaf Alquran
Penutup
Webinar ini menguatkan posisi buku Konstruksi Sejarah Mushaf Al-Quran Abad Pertama Islam sebagai karya penting di bidang kajian sejarah Alquran. Buku ini memperkenalkan gaya kritik tradisi, yaitu mengkaji riwayat-riwayat klasik tanpa kehilangan sikap penghormatan terhadap teks suci.
Wildan berhasil menunjukkan bahwa sejarah mushaf bukanlah narasi linier dan sederhana. Sebaliknya, ada dinamika politik, sosial, bahkan perbedaan di tingkat manuskrip, yang membentuk Alquran sebagaimana yang dikenal hari ini. Meskipun Wildan memilih untuk tidak terlalu jauh dalam berkonklusi, ia membuka ruang besar bagi diskusi, penelitian lanjutan, dan kajian kritis terhadap sejarah teks Alquran di masa depan.