BerandaTafsir Al QuranMufasir-Mufasir Modern: Biografi Muhammad Al-Ghazali

Mufasir-Mufasir Modern: Biografi Muhammad Al-Ghazali

Muhammad Al-Ghazali bin Ahmad As-Saqa merupakan seorang ulama Mesir kontemporer. Ia lahir pada tanggal 22 September 1917 di Nakla al-‘Inab provinsi Buhairah Republik Arab Mesir, sebuah desa di Mesir yang telah banyak melahirkan tokoh-tokoh Islam terkemuka. Tokoh-tokoh tersebut, di antaranya adalah Mahmud Sami al-Barudi, Mahmud Syaltut, Hassan al-Banna, Muhammad Abduh, Salim al-Bisyri, dan Abdullah al-Musyid.

Al-Ghazali lahir dan tumbuh dalam kalangan keluarga yang dikenal karena kecintaannya kepada ilmu dan ulama. Ayahnya merupakan seorang guru agama yang wara’ dan disegani oleh masyarakat. Ibunya juga merupakan seorang yang sangat memberikan perhatian dalam bidang akhlak dan pendidikan Islam. Alhasil, sejak belia ia mencintai ilmu pengetahuan, terutama ilmu-ilmu Al-Qur’an.

Jejak Intelektual

Persinggungan Muhammad Al-Ghazali dengan Al-Quran dimulai ketika ia menempuh pendidikan dasar di sebuah tempat khusus untuk menghafal Al-Qur’an. Saat berusia 10 tahun, beliau telah menyelesaikan hafalan Al-Qur’an 30 juz. Bermodalkan hafalan tersebut, dan didukung oleh penguasaan Bahasa Arab yang baik, ia terus mendalami kandungan makna Al-Qur’an.

Kemudian ia meneruskan belajar ilmu-ilmu ke-Islaman di sebuah yayasan agama di bawah naungan al-Azhar al-Syarif di kota Iskandariah. Ia mendapatkan ijazah ibtidaiyyah (Sekolah Menengah Pertama) tahun 1932 dan dari yayasan yang sama ia mendapatkan ijazah tsanawiyah (Sekolah Menengah Atas) al-Azhariyyah tahun 1937.

Setelah itu Al-Ghazali hijrah ke pusat ibukota Mesir, Kairo dan masuk perguruan tinggi Al-Azhar di Fakultas Ushuluddin. Pada pertengahan tahun ketiga di masa studinya, dia mulai menulis di salah satu majalah organisasi Ikhwānul Muslimīn (IM) dan mendapat respon positif dari pendiri jamaah IM tersebut, Hassan al-Banna. Al-Ghazali lulus kuliah pada tahun 1941 M. Pada tahun 1943 M, ia memperoleh gelar magister dari Fakultas Bahasa Arab.

Muhammad Al-Ghazali merupakan seorang da’i dan penulis yang disegani di dunia Islam, khususnya di Timur Tengah. Ia aktif sebagai aktivis dakwah, di samping itu ia juga berprofesi sebagai dosen pada Universitas al-Azhar Kairo. Ia mengajar di 4 fakultas, yaitu Fakultas Syari’ah, Ushuluddin, Dirāsah al-‘Arabiyyah wa al-Islāmiyyah, dan Fakultas Tarbiyah. Beberapa aktivitas intelektualnya dalam dunia pendidikan dan dakwah mengantar al-Ghazali mendapat beberapa penghargaan baik di Mesir maupun di luar Mesir.

Baca Juga: Bint ِِAs-Syathi: Mufasir Perempuan dari Bumi Kinanah

Di negeri kelahirannya, Muhammad al-Ghazali mendapat anugerah bintang kehormatan tertinggi dari pemerintah atas jasanya dalam bidang pengabdian kepada Islam. Al-Ghazali juga menjadi orang Mesir pertama yang mendapat penghargaan Internasional Raja Faishal dari kerajaan Saudi Arabia. Di Aljazair, dia dianugerahi penghargaan al-Aṡīr, bintang kehormatan tertinggi Aljazair dalam bidang dakwah Islam.

Karya dan Gagasan Kesatuan Tematik Surah Al-Quran

Muhammad al-Ghazali  adalah ulama yang sangat produktif. Ia telah menulis 48 buku dalam berbagai bidang. Ada juga yang menyatakan bahwa ia telah menulis 54 buah buku yang kesemuanya dihasilkan dari kajian dan penelaahan yang berdasarkan Al-Qur’an dan hadis. Walaupun ia bergabung dan turut aktif dalam gerakan al-Ikhwān al-Muslimūn, namun secara tegas ia menyatakan bahwa kepentingan Islam di atas segalanya.

Muhammad al-Ghazali  juga aktif menulis di beberapa majalah Mesir, di antaranya al-Muslimūn, Mimbar al-Islām dan Liwā’ al-Islām. Di samping itu ia juga aktif menulis di media massa di Saudi Arabia,  misalnya Al-Da’wah dan beberapa surat kabar harian dan mingguan. Sementara di Qatar ia menulis untuk majalah al-Ummah dan di Kuwait menulis untuk majalah al-Wa’yu al-Islāmi dan al-Mujtama’.

Di antara karya-karyanya adalah Aqīdah al-Muslim, Fiqh Sīrah, Haẓa Dīnuna, Kaifa Nata’āmal ma’a al-Qur’ān, Jaddid Ḥayātaka, Kaifa Nafham al-Islām, Khulq al-Muslim, dan Nahwa Tafsīr Mauḍu’ī li Suwar al-Qur’ān al-Karīm. Terkadang al-Ghazali dalam beberapa tulisannya terasa sangat tajam karena ia membenci segala bentuk penyimpangan.

Dalam Nahwa Tafsīr Mauḍu’ī li Suwar al-Qur’ān al-Karīm, al-Ghazali menegaskan bahwa al-Quran merupakan satu kesatuan. Susunan dan urutan yang ada di dalamnya merupakan kesatuan yang akurat dan serasi. Ia menyatakan bahwa setiap surah merupakan satu kesatuan tematik yang memuat topik utama di dalamnya. Tema-tema yang saling berhubungan tersebut saling menyempurnakan dan menopang topik utama.

Singkatnya, menurut al-Ghazali al-Quran merupakan satu kesatuan yang saling mengikat. Ayat-ayatnya memuat topik yang spesifik. Ayat-ayat yang membahas satu tema sifatnya saling menyempurnakan dan melengkapi satu sama lain. Ia juga meyakini bahwa setiap surah menggambarkan adanya kesatuan tematik yang saling berhubungan dengan yang lain, seperti satu kesatuan tubuh yang anggotanya saling menyatu, tidak terpisah dan tidak bertentangan.

Selanjutnya, Muhammad al-Ghazali  dikenal sebagai sosok yang mengajak umat untuk membebaskan pemikiran Islam dari belenggu kejumudan dan taqlid. Hal tersebut ia lakukan dengan cara membedakan antara sumber-sumber keislaman yang normatif dan pemikiran-pemikiran Islam yang senantiasa berkembang (historis). Ia menolak pendapat yang mengatakan bahwa sesungguhnya para pendahulu-pendahulu kita tidak memberi ruang untuk melakukan ijtihad dan pembaharuan bagi yang lainnya.

Baca Juga: Siapa Saja Mufasir di Era Sahabat? Edisi Abdullah Ibn Mas’ud

Bagi Muhammad al-Ghazali, Islam adalah agama yang mencetak para mujtahid, sedangkan mereka tidak bisa mencetak/merubah Islam. Sumber-sumber ajaran-ajaran Islam itu selalu terjaga, karena itu bersumber dari Allah. Akan tetapi pintu pemikiran dan  pengambilan hukum selalu terbuka, karena itu datang atas dasar ijtihad seseorang. Al-Ghazali juga mengajak umat agar memahami sumber ajaran Islam yang utama, yaitu Al-Qur`an dengan cara mencermati inti ajarannya.

Pada hari Sabtu tanggal 9 Syawal 1916 H/ 6 Maret 1996, dunia Islam dikejutkan dengan berita meninggalnya Syaikh al-Ghazali di Riyadh. Berita tersebut mengejutkan umat Islam karena ketika itu al-Ghazali sedang berada di Riyadh Arab Saudi untuk menghadiri sebuah seminar. Jenazahnya kemudian diterbangkan ke Mesir dan dikebumikan di sana.

Muhammad Rafi
Muhammad Rafi
Penyuluh Agama Islam Kemenag kotabaru, bisa disapa di ig @rafim_13
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...