Allah menurunkan syariat dan memerintahkan kaum muslimin untuk berselawat kepada Nabi Muhammad saw. Selain merupakan doa dan pujian untuk Nabi saw., selawat juga merupakan bentuk penghormatan kepada beliau sebab agunnya kemuliaan dan keutamaan yang dianugerahkan Allah kepada Nabi saw.
Sebagaimana dijelaskan Imam al-Qurtubi bahwa perintah selawat atas Nabi Muhammad saw. menunjukkan kedudukannya di sisi Allah, dan membersihkannya dari prasangka buruk orang yang memiliki pikiran buruk terhadap beliau, atau terhadap istri-istrinya, dan sebagainya. Sehingga umat Islam diperintahkan berselawat sebagai bentuk pengahgungan terhadap Nabi saw. (Tafsir Jami li Ahkam al-Quran, 16/232)
Baca Juga: Tafsir Surat Al-Ahzab Ayat 56: Selawat adalah Bentuk Terima kasih
Dalam surah Alahzab ayat 56, Allah berfirman:
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.
K.H. Ahmad Bahauddin Nursalim atau lebih dikenal dengan Gus Baha dalam ceramahnya pernah menerangkan bahwa ada hikmah di balik turunnya syariat selawat khusus bagi umat Nabi Muhammad saw. Yaitu, sebab diangkatnya Nabi saw sebagai utusan pembawa risalah Allah yang setelah Nabi Isa as., yang sebelumnya juga telah didahului Nabi Musa as.
Umat dari kedua Nabi tersebut pada waktu itu sudah melakukan kesalahan fatal, Kaum Nasrani terlalu mengagung-agungkan nabinya yaitu menganggap Nabi Isa as. sebagai tuhan. Sedangkan orang Yahudi merendahkan Nabinya, seperti menuduh Nabi Isa sebagai anak hasil zina, bahkan juga membunuh nabi-nabinya dari kalangan Bani Israil.
Nabi Muhammad dalam sebuah hadisnya pernah berpesan agar umat tidak berlebihan dalam memujinya saw. Dikatakan: “Jangan berlebihan dalam memujiku, sebagaimana orang-orang Nasrani telah berlebihan dalam memuji Isa putra Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya, maka katakanlah, ‘Abdullāh wa Rasūluhu (hamba Allah dan Rasul-Nya).” (HR. Bukhari)
Baca Juga: Tafsir Ahkam: Benarkah Baca Selawat Kepada Nabi Wajib Ketika Salat?
Dalam beberapa riwayat lain, Nabi saw. juga pernah mewanti-wanti agar umat Islam tidak melecehkan beliau sebagaimana orang Yahudi melecehkan utusan-utusan Allah yang dikirimkan untuk mereka.
Imam Al-Bushiri dalam karya masterpiece-nya, Qasidah Burdah di fashl ke-3: Pujian-pujian kepada Baginda Nabi, beliau juga menuliskan syair yang dasarnya dari hadis di atas. Yaitu, “Da’ madda’atshun nashāra fī nabiyyihimi, waḫkum bi mā syi’ta madḫan fîhi waḫtakimi,” artinya, jauhilah kesalahan yang diperbuat umat Nasrani terhadap nabi mereka, dan sanjunglah Nabi Muhammad sesukamu.
Sehingga turunnya syariat selawat kepada umat Nabi Muhammad saw, di mana redaksi selawat sebagaimana dalam salah satu riwayat, yaitu Allāhumma shalli ‘alā sayyidinā Muhammad. Gus Baha menjelaskan bahwa di dalamnya terdapat dua unsur pengakuan yang agung; pertama adalah mengakui bahwa Allah sebagai Dzat yang Maha Pemberi, dan kedua mengakui bahwa Nabi Muhammad saw. sebagai kekasih Allah yang bagaimanapun sangat tinggi kemuliannya, akan tetapi kedudukannya tetap sebagai hamba Allah.
Ulama ahli tafsir dengan kesederhanaanya yang khas ini menerangkan bahwa dengan mengucapkan selawat, seseorang sudah mengikrarkan bahwa Allah adalah pemberi dan Nabi Muhammad saw. adalah penerima. Artinya, “Saya memohon ya Allah, Engkau adalah pemberi, anugerahkanlah selawat-Mu kepada Nabi saw.”
Hal ini menurut Gus Baha sebagaimana keterangan dari Syekh Az-Zabidi dalam kitabnya, Ithafu a-Sadat al-Muttaqin, beliau menjelaskan, “Wannabiyyu shallāhu ‘alaihi wasallam wa in jalla qodruhu muḫtājun ilā rahmatihī ta’ālā wa fadhlih”, maknanya betapapun tingginya kedudukan Nabi Muhammad, ia beliau saw. membutuhkan kasih sayang dan kemurahan Allah.
Baca Juga: Tafsir Surah Al-Ahzab Ayat 56: Perintah Bershalawat Kepada Nabi Muhammad Saw
Dengan demikian, umat Islam tetap bisa menganggungkan Nabi Muhammad saw. bahwa beliau sebagai makhluk terbaik yang paling layak mendapat selawat dari Allah, yang juga memiliki status sebagai hamba Allah. Maksudnya tidak mendudukkan beliau saw setingkat dengan Allah, sebagaimana kaum Nasrani telah menuhankan nabi mereka. Atau sebaliknya jauh dari perilaku tidak menghormati nabi sebagaimana kaum Yahudi yang menghinakan para utusan-Nya.
M. Quraish Shihab menambahkan umat Islam tidak hanya diwajibkan untuk tidak merendahkan Nabi Muhammad, tetapi diperintakan menghormati dan mengakui jasa-jasa beliau saw. Sehingga selawat umat yang dihaturkan untuk Nabi saw sebagai ungkapan rasa syukur atas jasa dan pengorbanannya, serta sebagai bentuk penghormatan yang sepatutnya, Allah Swt menurunkan rahmat-Nya, para malaikat memohonkan ampunan untuk beliau, dan umat Islam dianjurkan untuk menyampaikan salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad serta keluarganya.
Wallahu a’lam.[]