BerandaTafsir TematikTafsir Tarbawi: Nilai-Nilai Moderasi Beragama dalam Pendidikan Islam

Tafsir Tarbawi: Nilai-Nilai Moderasi Beragama dalam Pendidikan Islam

Moderasi beragama kini tengah naik daun seiring berkembangnya gerakan radikal di Indonesia. Bahkan, mendapat perhatian khusus di era pemerintahan Jokowi di mana menunjuk Fachrul Razi, sebagai menteri agama RI yang tak lain tugas utamanya adalah menangani gerakan radikalisme. Masuknya doktrin dan sikap intoleransi ini ditengarai juga telah merambah ke lembaga pendidikan Islam.

Hal ini harus mendapat perhatian serius bagi stakeholders terkait sebab berdampak buruk pada pemahaman ajaran agama terutama bagi anak-anak dan generasi pemuda yang seharusnya mereka menjadi pionir harapan bangsa untuk menyemaikan benih-benih moderat.

Namun sebaliknya sebagian peserta didik kita telah disusupi oleh ideologi intoleransi dan radikal. Padahal Al-Quran sendiri telah menyebutkan beberapa prinsip dan sikap moderat yang dapat diaplikasikan dalam sistem pendidikan sekolah sebagaimana yang termaktub dalam firman-Nya surat al-Baqarah [2]: 143,

وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِيْ كُنْتَ عَلَيْهَآ اِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَّتَّبِعُ الرَّسُوْلَ مِمَّنْ يَّنْقَلِبُ عَلٰى عَقِبَيْهِۗ وَاِنْ كَانَتْ لَكَبِيْرَةً اِلَّا عَلَى الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ ۗوَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُضِيْعَ اِيْمَانَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ

Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia. (Q.S. al-Baqarah [2]: 143)

Tafsir Surah al-Baqarah Ayat 143

Saya akan memfokuskan pada redaksi ummatan wasatha sebagai basis nilai moderasi beragama. Muhammad Fuad Abd al-Baqi dalam al-Mu’jam al-Mufahras Alfadz al-Qur’an al-Karim menyampaikan bahwa Al-Qur’an menyitir kata al-wasath dengan berbagai derivasinya sebanyak empat kali.

Kemudian Ibnu Katsir menafsirkan kata wasatha dengan adil. Sementara, al-Raghib al-Raghib al-Asfahani dalam Mufradat Alfadz al-Qur’an memaknai al-Wasath dengan al-Sawa’ (setara). Ia juga mengatakan bahwa wasath sebagai sikap kompromi terhadap dua hal tanpa keluar dari rambu-rambu agama.

Makna ini juga diamini oleh Ibnu Asyur dalam al-Tahrir wa al-Tanwir di mana wasath merujuk pada al-Kasyaf min al-Haq (tampak nyata terang benderang kebenaran itu) sehingga tidak terburu-buru dalam mengambil tindakan apalagi menjustifikasi benar salah orang lain.

Adapun al-Razi dalam Mafatih Ghaib membagi klasifikasi makna wasath dalam empat bagian. Pertama, wasath bermakna adil sebagaimana dalam firman-Nya surat al-Qalam ayat 28 yakni awsatuhum (yang paling adil di antara kalian).

Pemaknaan al-‘adl yang disematkan pada wasath dikarenakan tidak ada tendensius terhadap salah satu pilihan. Kedua, menghindari dari sesuatu yang berlebihan (israf). Ketiga, keteladanan sikap yang disematkan kepada umat Islam yang nantinya akan disaksikan langsung oleh baginda Rasul saw.

Tidak jauh berbeda dengan penafsiran di atas, at-Thabari, al-Qurthuby dan Wahbah az-Zuhaily misalnya memaknai wasath sebagai bagian yang terletak di tengah antara dua sisi. Tatkala makna ini dijadikan sebagai sifat, maka makna yang dikehendaki adalah bersikap tengah-tengah dalam beragama, tidak serong ke kanan, atau anjlok ke kiri. Bahkan az-Zuhaily menandaskan bahwa wasath juga merupakan sikap moderat yang mengintegrasikan antara ilmu dan tindakan.

Penafsiran lebih luas juga disampaikan oleh Sayyid Quthb, ia memandang bahwa ummatan wasatha teraplikasi dalam tiga hal yaitu pemikiran, pandangan dunia (worldview) dan tindakan. Dalam hal pemikiran, pemikiran umat Islam sangat inklusif menerima penafsiran berbeda dari empat mazhab yang masyhur bahkan lebih dari itu mereka tidak mudah terprovokasi atas pemahaman yang sempit dan dangkal yang mengatasnamakan label agama.

Begitu juga dalam pandangan hidup (worldview) yang mencerminkan rambu-rambu yang telah ditetapkan Allah. Sedangkan dalam tindakan, terwujud dalam keaktifan umat Islam (membaur) bersama masyarakat dalam membangun perdamaian, dan peradaban dunia. Muhammad Abduh sedikit menambahkan sikap moderat sejatinya tidak hanya diimplementasikan dalam kehidupan beragama, melainkan juga dalam kehidupan sosial dan budaya.

Nilai-Nilai Moderasi Beragama dalam Pendidikan Islam

Dalam pendidikan Islam, penanaman sikap moderat bagi peserta didik dilakukan bersamaan dengan penanaman pendidikan karakter. Memang dalam kurikulum 2013 yang terbaru, penanaman nilai-nilai yang tertuang dalam kompetensi inti 1 (KI-1 spiritual) dan kompetensi inti 2 (KI-2 sosial) dilakukan secara indirect teaching (dilakukan secara tidak langsung) melalui pembiasaan hidup sehari-hari.

Ayat di atas menyiratkan makna esensial tentang praktik moderasi beragama yang dapat dijadikan acuan bagi lembaga pendidikan Islam dalam mengimplementasikannya, yakni terwujud dalam sikap adil, inklusif (berpikiran terbuka), tidak fanatisme berlebihan, seimbang antara kanan dan kiri (balancing), integrasi keilmuan dan tindakan, selalu menimbang dan memperhatikan konteks keadaan dan situasi.

Nilai-nilai itulah yang kita harapkan dapat terinternalisasi ke dalam peserta didik. Sebab hanya melalui peserta didik, pendidik dan stakeholders terkait yang akan menentukan ke arah mana pendidikan kita berlabuh. Melalui pendidikan pula yang akan mengantarkan kita pada puncak peradaban yang maju. Dan peradaban yang maju tidak akan diraih tanpa adanya nilai-nilai moderasi dalam segala lini kehidupan khususnya lini beragama. Wallahu A’lam.

Senata Adi Prasetia
Senata Adi Prasetia
Redaktur tafsiralquran.id, Alumnus UIN Sunan Ampel Surabaya, aktif di Center for Research and Islamic Studies (CRIS) Foundation
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

penamaan surah Alquran

Penamaan Surah Alquran: Proses Penamaan Nonarbitrer

0
Penamaan merupakan proses yang selalu terjadi dalam masyarakat. Dalam buku berjudul “Names in focus: an introduction to Finnish onomastics” Sjöblom dkk (2012) menegaskan, nama...