BerandaTafsir TematikPelajaran yang Dapat Dipetik dari Penyebutan Binatang dalam Al-Quran

Pelajaran yang Dapat Dipetik dari Penyebutan Binatang dalam Al-Quran

Al-Quran tidak hanya sebagai pedoman hidup bagi manusia, dan untuk umat muslim pada khususnya. Di dalamnya juga terdapat berbagai pelajaran yang dapat diambil seperti isyarat atas ilmu pengetahuan. Salah satu pembahasan yang dapat dipetik adalah binatang dalam Al-Quran yang tersebar dalam beberapa ayat.

Binatang dalam Al-Quran cukup banyak ditemukan di beberapa ayat. Tidak hanya disebutkan pada penggalan ayat, bahkan binatang juga dijadikan sebagai nama surat dalam Al-Qur’an. al-Baqarah (sapi), Al-Nahl (lebah), al-Naml (semut), al-Fil (gajah) adalah contoh binatang dalam Al-Quran yang dapat dijadikan pelajaran bahwa al-Qur’an juga peduli dengan kehidupan binatang.

Di antara dari sekian banyak ayat yang menginformasikan tentang binatang adalah sebagaimana yang disebutkan pada QS. al-Nur ayat 45, dan al-Nahl ayat 66.

Baca Juga: Tiga Tingkatan Takwa dan Janji Allah bagi yang Berhasil Melaluinya

Binatang yang diinformasikan pada surah An-Nur ayat 45 adalah sebagaimana berikut:

وَاللَّهُ خَلَقَ كُلَّ دَابَّةٍ مِنْ مَاءٍ فَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَى بَطْنِهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَى رِجْلَيْنِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَى أَرْبَعٍ يَخْلُقُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Dan Allah telah menciptakan semua jenis binatang dari air, maka sebagian ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”

Menurut Tanthawi Jauhari, binatang dibagi menjadi tiga kelompok: Binatang yang berjalan di atas perutnya, binatang yang berjalan dengan dua kaki, dan binatang yang berjalan dengan empat kaki. Dari ayat tersebut, kemudian Tanthawi menghubungkanya dengan surah al-Hajj ayat 73 yang berbunyi

…إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا…

“Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya.”

Hubungan antara kedua ayat tersebut bahwasanya kita dapat mempelajari bentuk anatomi tubuh dari seekor lalat. Sehingga dari situ memungkinkan bahwa binatang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu, pertama, binatang yang mempunyai darah dan tulang, mereka termasuk binatang spinal (faqriyyah). Kedua, binatang yang tidak memiliki darah dan tulang, mereka termasuk kedalam binatang toroidal (halqiyyah), yang bersuara nyaring, lunak, dan memakan tumbuh-tumbuhan.

Di tempat selanjutnya, informasi terkait dengan binantang dapat ditemukan pada surat al-Nahl ayat 66 sebagaimana berikut:

وَإِنَّ لَكُمۡ فِي ٱلۡأَنۡعَٰمِ لَعِبۡرَةٗۖ نُّسۡقِيكُم مِّمَّا فِي بُطُونِهِۦ مِنۢ بَيۡنِ فَرۡثٖ وَدَمٖ لَّبَنًا خَالِصٗا سَآئِغٗا لِّلشَّٰرِبِينَ

“Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.”

Al-Maraghi dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa proses keluarnya susu dari binatang ternak (yang terutama adalah unta, sapi, dan domba) yang digambarkan pada ayat di atas berada di antara darah dan sisa makanan. Informasi ini pada akhirnya dapat diketahui sebagai hakikat ilmiah pada masa modern ini seakan menunjukkan bahwa binatang juga memiliki “teknologinya” sendiri. “Teknologi” yang ada di dalam tubuh binatang ternak tersebut dapat memisahkan antara darah yang terus mengalir ke seluruh tubuh dengan sisa makanan yang akhirnya keluar menjadi kotoran.

Sehingga dari ayat tersebut dapat dipetik sebuah pelajaran, bahwa ketika manusia memikirkan kejadian alam yang terjadi pada binatang (ternak), maka manusia akan mendapatkan sebuah pelajaran pada binatang unta, lembu, kambing, biri-biri, yang dari kesemuanya itu dapat ditemukan tanda kekuasaan Allah dan kebesaran-Nya.

Baca Juga: Keseimbangan Perspektif Al-Qur’an Sebagai Terapi Self-Healing

Dari perut binatang-binatang tersebut keluar minuman yang bersih, yang mudah diminum, bergizi, dan lezat rasanya. Sumber susu yang memancar pada binatang ternak ini berasal dari makanan yang dimakannya. Dan dari makanan itu mengandung zat-zat yang kemudian berubah menjadi darah, susu, dan ampasnya menjadi hasil eksresi. Oleh karena itu susu menjadi makanan yang sempurna yang dapat menggantikan makanan bayi atau dijadikan minuman yang melengkapi 4 sehat 5 sempurna.

Beberapa dari ayat-ayat Al-Qur’an yang menginformasikan tentang binatang yang telah disampiakan di atas menunjukkan bahwa binatang merupakan makhluk unik dengan berbagai fenomena yang ada di dalam tubuhnya dan sekitarnya. Sehingga ilmu modern saat ini dapat mendukung untuk mengungkap fakta-fakta ilmiah lain yang sebenarnya telah diinformasikan Al-Qur’an 14 abad silam.

Ayat-ayat Al-Qur’an yang membahas berbagai fenomena alam, biasanya pada ayat tersebut diikuti dengan kata-kata: “Apa kamu tidak memikirkannya? Apa kamu tidak mentadaburinya? Ini untuk pelajaran bagi orang yang mau berpikir.”

Kata-kata tersebut seakan menjadi sindiran yang mengisyaratkan bahwa kejadian yang ada di alam ini merupakan sebuah kejadian hebat yang menunjukkan betapa Agung dan Maha Kuasanya Sang Pencipta alam raya ini, dan manusia tidaklah ada apa-apanya. Lantas mengapa masih ada manusia yang masih menyombongkan diri?

M. Zia Al-Ayyubi
M. Zia Al-Ayyubi
Mahasiswa Pascasarjana Studi Al-Quran Hadis UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Bisa disapa di @zia_muhammad15 atau di FB, M Zia Al-Ayyubi
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Sikap al-Qurṭubī Terhadap Riwayat Isrāīliyyāt

0
Tema tentang Isrāīliyyāt ini sangat penting untuk dibahas, karena banyaknya riwayat-riwayat Isrāīliyyāt dalam beberapa kitab tafsir. Hal ini perlu dikaji secara kritis karena riwayat ...