Nabi Muhammad Saw. adalah utusan Allah Swt yang diberi wahyu untuk disampaikan pada umatnya. Perjalanan beliau dalam menyampaikan wahyu tidaklah berjalan mulus tanpa tantangan dan rintangan, akan tetapi justru sebaliknya. Banyak kaum yang menentang ajaran yang dibawa oleh beliau, bahkan mencela dan mencaci makinya. Akan tetapi, Allah memberi perlindungan kepada Nabi Muhammad Saw. supaya tetap terjaga dan kuat menghadapi tantangan dan rintangan yang menimpanya. (Muhammad Muhyiddin, Metode Pendidikan Islam dalam Perspektif Al-Qur’an, 4)
Allah Swt berfirman dalam surah Alma’idah [5]: 67
يٰٓاَيُّهَا الرَّسُوْلُ بَلِّغْ مَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَ ۗوَاِنْ لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسٰلَتَهٗ ۗوَاللّٰهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِيْنَ
Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika engkau tidak melakukan (apa yang diperintahkan itu), berarti engkau tidak menyampaikan risalah-Nya. Allah menjaga engkau dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.
Baca Juga: Tafsir Surat Al Maidah Ayat 67-68
Penafsiran Ayat
Dari surah Alma’idah [5]: 67 jika dipahami secara tekstual sudah terlihat maksud dari diturunkannya ayat ini, yaitu berupa perintah Allah kepada Nabi Muhammad Saw. untuk menyampaikan risalah-Nya dan janji Allah untuk senantiasa menjaga beliau. Sedangkan untuk penafsiran dari beberapa mufasir dijelaskan sebagaimana berikut:
Ath-Thabari
Para ahli takwil berbeda pendapat tentang sebab turunnya ayat tersebut. Sebagian berpendapat sebab turunnya adalah adanya orang Arab yang berniat membunuh Nabi Saw. Sebagian yang lain berpendapat bahwa turunnya ayat ini berkenaan dengan ketakutan Nabi Saw. pada orang-orang Quraisy, kemudian ayat ini diturunkan untuk memberi ketentraman pada hati beliau. Segala hal yang dilakukan oleh mereka (para musuh) berarti mencelakakan dirinya sendiri, selama ia melakukannya tidak atas perintah Allah, dan Allah akan senantiasa melindunginya dari kejahatan manusia. (Ath-Thabari, Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil al-Qur’an, Vol. 4, 616-618).
M. Quraish Shihab
Allah Swt benar-benar memberi perlindungan dan penjagaan terhadap Nabi Saw. Yang membuktikan hal ini adalah meskipun para kaum musyrik di Makkah dan orang-orang Yahudi memiliki banyak cara untuk melakukan pembunuhan terhadap beliau, akan tetapi beliau tetap terjaga karena adanya perlindungan dari Allah Swt. (M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol 3, 153)
Baca Juga: Surah Al-Anbiya Ayat 107: Misi Nabi Muhammad saw Menebar Rahmat
Wahbah al-Zuḥayli
Allah Swt senantiasa menjaga, memelihara dan melindungi serta memberikan jaminan perlindungan kepada Nabi Saw. dari musuh-musuhnya, menggagalkan usaha para musuh untuk membunuhnya. Oleh karena itu, Allah memerintahkan kepadanya supaya tidak perlu memedulikan mereka. Ini merupakan janji dari Allah untuk melindungi, merawat dan menjaga beliau, dan janji Allah pasti terlaksana. (Wahbah al-Zuhayli, Tafsir al-Munir, Vol. 3, 613-615.)
Kesan Kontradiktif dengan Hadis
Dalam Alquran dijelaskan bahwa Allah memerintahkan Nabi Muhammad Saw. untuk menjalankan perintah-Nya, yaitu perintah untuk menyampaikan wahyu kepada umatnya, tanpa menghiraukan besarnya tantangan yang ada, karena Allah akan senantiasa menjaga dan melindunginya dari kejahatan manusia. Hal ini terkesan bertentangan dengan hadis riwayat Bukhari yang menjelaskan bahwa Rasul Saw. pernah terkena sihir.
Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Musa, telah mengabarkan kepada kami Isa bin Yunus dari Hisyam dari ayahnya dari ‘Aisyah radhiallahu’anha dia berkata, “Seorang Yahudi dari Bani Zuraiq yang bernama Labid bin Al A’sham telah menyihir Rasulullah, sehingga Rasulullah pun dibuat seakan-akan telah melakukan sesuatu pekerjaan yang beliau tidak kerjakan. (Shahih al-Bukhari).
Jika dipahami secara tekstual, hadis tersebut tidak membuktikan adanya perlindungan terhadap Nabi Saw. Akan tetapi, terkait hadis ini Ibnu Hajar al-Asqalani memberi penjelasan bahwa, Rasul Saw. ketika terkena sihir dibuat seakan-akan melakukan sesuatu, padahal beliau tidak melakukannya. Ketika itu, beliau dishir hanya terkena zahirnya saja, dan beliau masih bisa membedakan yang baik dan buruk, yang benar dan yang salah.
Sihir yang menimpa Nabi Saw. juga tidak sampai bisa membunuhnya, karena Allah menangkalnya dengan surah mu‘awwidzatain (Alnas dan Alfalaq). (Ibnu Hajar al-Asqalani, Syarh Fath al-Bari, Vol. 12, 418)
Oleh karena itu, seberapa besar usaha seseorang untuk mencelakai orang lain, seperti halnya memanfaatkan sihir untuk mencelakakan orang lain, bahkan Nabi Muhammad Saw sekalipun, tidak akan pernah berhasil kecuali atas izin Allah Swt.
وَمَا هُمْ بِضَاۤرِّيْنَ بِه مِنْ اَحَدٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗ
“Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan (sihir)-nya, kecuali dengan izin Allah”.
Baca Juga: Tantangan Alquran kepada Penentang Risalah Nabi Muhammad
Kesimpulan
Nabi Muhammad Saw. adalah nabi utusan Allah yang ditugaskan oleh Allah untuk mendakwahkan ajaran Islam kepada seluruh umat di dunia. Nabi Muhammad Saw. mendapat jaminan perlindungan dari Allah Swt dari segala tantangan dan kejahatan-kejahatan yang menimpanya. Hal tersebut dijelaskan Allah dalam surah Almaidah [5]: 67.
Semasa hidupnya, Rasul Saw. pernah terkena sihir dari orang Yahudi, akan tetapi bukan berarti Allah Swt tidak memberi perlindungan untuknya. Dari penjelasan ayat dan hadis yang telah dipaparkan sebelumnya bentuk perlindungan Allah terhadap beliau berupa; terlindunginya dari pembunuhan.
Allah senantiasa menghalangi maksud jahat yang hendak ditimpakan kepada Nabi Muhammad Saw. Jadi, segala hal yang dianggap akan mencelakai orang lain tidak akan bisa berhasil jika tidak mendapat izin Allah Swt. Dan, ketika terkena sihir, Allah menangkalnya dengan surah mu‘awwidzatain (Alnas dan Alfalaq), sehingga ketika beliau disihir hanya terkena zahirnya saja dan masih bisa membedakan antar yang baik dan buruk.
Wallahu a’lam.