Penjelasan Aqsam al-Quran dan Beberapa Fakta Menarik di dalamnya

Aqsam al-Quran
Ilustrasi Aqsam al-Quran

Artikel ini akan menjelaskan seputar Aqsam al-Quran yang merupakan satu pembahasan dalam Ulum al-Quran. Kata al-aqsam merupakan bentuk plural dari al-qasm yang memiliki makna al-khalf dan al-Yamin yang dalam bahasa Indonesia berarti sumpah. Sumpah juga dinamai dengan yamin karena dahulu orang Arab pada saat melakukan sumpah, ia menjabat tangan kanan sahabat/orang yang diajaknya bersumpah.

Secara istilah aqsam dijabarkan sebagai ungkapan yang dipakai guna memberikan penegasan atau pengukuhan suatu pesan dengan menggunakan kata-kata qasam. Dalam pemakaiannya

Di dalam kitab Mabahits fi Ulum al-Qur’an, Manna’ al-Qathan menjelaskan bahwa aqsam al-Quran atau qasam secara umum memiliki shigot asli yang terdiri dari fi’il atau kata kerja aqsama atau akhlafa yang dimuta’addikan (ditransitifkan) dengan “ba” untuk sampai kepada muqsam bihi (sesuatu yang digunakan untuk bersumpah), lalu disusul dengan muqsam ‘alaih (sesuatu yang karenanya sumpah diucapkan) yang dinamakan dengan jawab qasam, sebagaimana firman Allah, Q.S. al-Nahl [16]: 38:

وَاَقْسَمُوْا بِاللّٰهِ جَهْدَ اَيْمَانِهِمْۙ لَا يَبْعَثُ اللّٰهُ مَنْ يَّمُوْتُۗ بَلٰى وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا وَّلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَۙ

Dan mereka bersumpah dengan (nama) Allah dengan sumpah yang sungguh-sungguh, “Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati.” Tidak demikian (pasti Allah akan membangkitkannya), sebagai suatu janji yang benar dari-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Dahulu qasam sering digunakan dalam percakapan, maka diringkaslah adat al-qasam dengan menghilangkan fi’il aqsam dan diganti dengan “ba”. Lalu kemudian “ba” pun diganti dengan “wawu” pada isim-isim yang dzahir, contohnya: واليل إذا يغشى. dan kemudian diganti dengan “ta” pada lafadz jalalah, contohnya: و تالله لأكيدن أصنمكم.

Qasam memiliki beberapa unsur yang harus dimiliki untuk mementuk shigot qasam, yakni:

  • Adat al-Qasm

Pada dasarnya yang disebut dengan adat al-qasm adalah fi’il atau kata kerja aqsama atau akhlafa yang di-muta’addi-kan (ditransitifkan) dengan “ba” untuk sampai kepada muqsam bihi. Namun akibat seringnya qasam digunakan dalam percakapan maka diringkaslah adat al-qasm dengan menghilangkan fi’il aqsam dan diganti dengan huruf “ba”, “wawu”, dan “ta”.

  • Muqsam’ Bih

Allah bersumpah dengan Dzat-Nya yang suci atau dengan tanda-tanda kekuasaan-Nya. Allah juga bersumpah dengan sebagian makhluk-Nya sebagai bukti bahwa makhluk itu merupakan salah satu dari tanda kekuasaan-Nya.

Allah telah bersumpah dengan Dzat-Nya dalam al-Qur’an pada tujuh tempat yakni: Q.S. al-Taghabun: 7; Q.S. Saba: 3; Q.S. Yunus: 53; Q.S. Maryam: 68; Q.S. al-Hijr: 92; Q.S. al-Nisa: 65;  dan Q.S. al-Ma’arij: 40.

Selain dari ketujuh ayat di atas, qasam dalam al-Qur’an dijumpai dengan muqsam bih berupa nama makhluk atau ciptaan Allah seperti pada Q.S. al-Syams: 1-2; Q.S. al-Lail: 1-3; Q.S. al-Fajr: 1-4; Q.S. al-Takwir: 15 dan Q.S. al-Tin: 1-2.

Baca Juga: Menilik Keutamaan dan Tujuan Qasam dalam Al-Quran

Allah bisa bersumpah dengan apa saja yang dikehendaki-Nya. Adapun sumpah manusia dengan selain Allah merupakan salah satu bentuk kemusyrikan. Diriwayatkan dari Umar bin al-Khattab bahwa Rasulullah bersabda: “Barang siapa bersumpah dengan selain (nama) Allah, maka ia telah kafir atau telah mempersekutukan (Allah).”

Allah bersumpah dengan makhluk-Nya karena makhluk itu menunjukkan Penciptanya, yaitu Allah, di samping menunjukkan pula akan keutamaan dan kemanfaatan makhluk tersebut, agar dijadikan pelajaran bagi manusia serta agar memperhatikan pengajaran yang ingin Allah berikan melalui perhatian terhadap muqsam bih yang Dia gunakan.

  • Muqsam ‘alaih

Muqsam ‘alaih atau yang dinamai juga dengan jawab al-qasm merupakan sesuatu yang karenanya lafadz qasam harus keluar dari mulut seseorang untuk mengukuhkan pernyataannya dan kebenarannya. Adapun sejatinya tujuan qasam adalah untuk mengukuhkan dan mewujudkan muqsam ‘alaih.

Sebagaimana contohnya dalam Q.S. al-Dhuha [93]: 3-5:

مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلٰىۗ وَلَلْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْاُوْلٰىۗ وَلَسَوْفَ يُعْطِيْكَ رَبُّكَ فَتَرْضٰىۗ

Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu, dan sungguh, yang kemudian itu lebih baik bagimu dari yang permulaan. Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas.

Beberapa Fakta Menarik Seputar Aqsam al-Quran

Aisyah Abdurrahman Bintu Syathi dalam karyanya al-I’jaz al-Bayani lil Qur’an mengemukakan beberapa fakta menarik seputar aqsam al-Quran. Beberapa di antaranya:

  1. Ayat-ayat yang dimulai dengan wau qasam di depannya hanya didapati pada surah-surah Makiyah dan tidak dijumpai pada surah-surah Madaniyah.
  2. Tidak jumpai ayat qasam yang menggunakan lafadz “Allah” sebagai muqsam bih-nya kecuali diucapkan oleh kaum Musyrikin yang bersumpah demi mendurhakai kedatangan hari Kiamat.
  3. Qasam yang menggunakan kata “rabb” sebagai muqsam bih-nya berjumlah empat dalam al-Qur’an dan seluruhnya tidak dimulai dengan adat al-qasm melainkan diiringi dengan fa’ (Q.S. al-Dzariyat: 23; Q.S. Hijr: 92); fala (Q.S. al-Nisa’: 65); dan iy (Q.S. Yunus: 53).

Beberapa poin menarik yang didapatkan penulis dari pemaparan Bintu Syathi saat membahas dan menafsirkan Aqsam Al-Quran, menjadi tambahan informasi dalam keilmuan ini. Meskipun demikian, pembahasan ini akan lebih menarik lagi jika melihat penafsiran para Mufassir mengenai keterkaitan antara muqsam bih dan muqsam alaih.

Baca Juga: Bint As-Syathi: Mufasir Perempuan dari Bumi Kinanah

Sebab bisa saja dijumpai hal-hal menarik dari kreativitas para Mufassir dalam memaknai hakikat dari nama-nama ciptaan yang Allah jadikan muqsam bih untuk menegaskan muqsam alaih-nya. Pembahasan tersebut mungkin akan coba penulis lanjutkan pada edisi tulisan selanjutnya. Wallahu a’lam.