Bahasa Arab telah berkembang ratusan tahun sebelum Nabi Muhammad saw. lahir. Meski telah berusia lama, bahasa ini masih digunakan hingga hari ini. Bahasa Arab juga termasuk bahasa dengan jumlah penutur terbanyak di dunia. Mereka tersebar di lebih dari 25 negara di kawasan Timur Tengah dan sebagian Afrika. Bahasa Arab juga menjadi salah satu bahasa resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Keberadaan bahasa Arab bukan hanya pada lisan, tetapi juga pada tulisan. Bahkan, aksara Arab juga digunakan untuk menuliskan bahasa ‘ajam (bukan bahasa Arab). Aksara Jawi, misalnya, merupakan aksara Arab yang digunakan untuk menuliskan bahasa Melayu. Dalam sebuah artikel berjudul “Two Islamic Writing Traditions in Southeast Asia” dan dipublikasikan di Jurnal Al-Jami’ah, Burhanudin (2022) menegaskan bahwa kitab Jawi serta kitab kuning merupakan kitab terkemuka dan masih ada hingga saat ini.
Penggunaan bahasa Arab dalam bentuk lisan dan tulisan menunjukkan bahwa bahasa ini masih lestari. Dalam sebuah artikel berjudul “Acehnese Attitudes Towards Their Heritage Language: A Qualitative, Inter-Generational Study” dan diterbitkan oleh jurnal The Qualitative Report, Aziz dkk. (2021) menegaskan, jika masyarakat masih menggunakan sebuah bahasa, secara tidak sadar mereka akan mempertahankan bahasa tersebut untuk generasi berikutnya.
Peran Alquran
Kelestarian bahasa Arab tidak dapat dipisahkan dari Alquran, yakni kitab suci sekaligus rujukan utama ajaran Islam. Alquran juga terus dipelajari sejak ia diturunkan hingga akhir zaman. Ketika mempelajari Alquran, setiap orang perlu menguasai bahasa Arab, baik yang tersurat maupun yang tersirat. Bahkan, menguasainya merupakan salah satu syarat untuk memahami Alquran.
Abd Rauf Bin Dato’ Hassan Azhari (2004) menulis sebuah artikel berjudul “Sejarah dan Asal-usul Bahasa Arab: Satu Kajian Linguistik Sejarawi”. Dalam artikel yang dipublikasikan di Pertanika Journal of Social Sciences and Humanities itu, Abd Rauf menegaskan bahwa titik tolak kemajuan dan pesatnya perkembangan bahasa Arab dimulai sejak turunnya Alquran dalam bahasa Arab yang merupakan mukjizat terbesar di dunia.
Menurut Abd Rauf, sejak Alquran diturunkan, bahasa Arab telah menjadi bahasa komunikasi seluruh umat Islam di dunia. Seluruh ilmu pengetahuan Islam pada tahap awal ditulis dalam bahasa Arab. Penyebaran dakwah Islam ke seluruh dunia pada tahap awal juga menggunakan bahasa tersebut.
Bermula sejak diturunkan, kajian tentang Alquran terus berkembang dan telah melahirkan berbagai cabang ilmu pengetahuan. Beberapa cabang ilmu tersebut misalnya Qira’ah al–Qur’an, yakni kajian yang membahas tentang cara membaca Alquran. Ada pula Tafhim al–Qur’an, yakni kajian kebahasaan Alquran dalam ranah tafsir yang dikembangkan melalui kajian semantik.
Baca juga: Tafsir Surah Yusuf Ayat 1-2: Alasan Alquran Diturunkan dengan Bahasa Arab
Cabang ilmu Alquran lainnya adalah Ta’rif al–Qur’an, yakni kajian Alquran yang membahas upaya konstruksi keilmuan untuk memperkenalkan perspektif baru dalam mengkaji Alquran. Ada pula Ta’limat al–Qur’an, yaitu kajian Alquran dalam ranah sosial-kemasyarakatan dengan penekanan pada analisis ajaran Alquran.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kajian tentang Alquran terus berkembang seiring kebutuhan manusia terhadap kebenaran dan ilmu pengetahuan. Banyaknya publikasi, disertasi, kolokium, dan proyek studi yang dikhususkan untuk Alquran menggambarkan perkembangan ini.
Hal tersebut misalnya terlihat dari penelitian yang dilakukan oleh Akhmed Khamis Kaleel dkk. (2024). Hasil penelitian mereka tertuang dalam sebuah artikel berjudul “Quranic Studies Evolution: A Bibliometric Analysis from 1880 to 2023” dan dipublikasikan di Mesopotamian Journal of Quran Studies.
Dalam penelitian tersebut, Akhmed Khamis Kaleel dkk. (2024) memeriksa kajian Alquran dalam rentang waktu yang sangat lama, yakni dari tahun 1880 hingga 2023. Mereka memeriksa 2.436 dokumen yang berasal dari 928 jurnal, buku, dan publikasi ilmiah lainnya. Mereka memperoleh data dari Scopus yang dapat diakses melalui file BibTeX di GitHub.
Baca juga: Kompleksitas Bahasa Arab sebagai Bahasa Alquran
Pemeriksaan tersebut mencakup tren penelitian termasuk jumlah kutipan per tahun, penulis, dan afiliasinya, negara penulis, tren produksi di berbagai negara dari waktu ke waktu, serta jaringan yang menggambarkan bagaimana konsep-konsep utama saling berhubungan. Setelah melakukan penelitian, mereka menemukan bahwa penelitian dalam bidang studi Alquran terus berkembang dengan tingkat pertumbuhan sekitar 3,65%. Mereka juga menemukan peningkatan kutipan per tahun yang menunjukkan peningkatan minat kajian ilmiah terhadap Alquran.
Penelitian tersebut juga menemukan adanya kolaborasi penulis dari berbagai disiplin ilmu serta penggunaan kata kunci yang beragam. Ketika memeriksa tren produksi di berbagai negara, terlihat jelas bahwa kontribusi dari Inggris, Amerika Serikat, Malaysia, Iran, dan Indonesia mengalami peningkatan.
Khusus untuk Indonesia, peningkatan kajian tentang Alquran juga terlihat dari penelitian yang dilakukan oleh Nur Rohman dan Hamdi Putra Ahmad (2022). Hasil penelitian tersebut tertuang dalam sebuah artikel berjudul “New Trajectories of Quranic Studies in Indonesia: A Critical Dissertation Review” dan dipublikasikan di Dinika Academic Journal of Islamic Studies.
Dalam penelitian tersebut, mereka memeriksa kajian Alquran di Indonesia dalam kurun waktu 2015 hingga 2021 melalui publikasi disertasi di lima Universitas Islam Negeri (UIN) terkemuka di Indonesia. Mereka memetakan tipologi kajian, isu yang diperbincangkan, dan metodologi yang dikembangkan.
Baca juga: Peran Bahasa Arab dan Cabang Keilmuannya dalam Penafsiran Alquran
Setelah melakukan penelitian, mereka menemukan, sepanjang 2015 hingga 2021, terdapat 78 disertasi dengan tipologi kajian tokoh sebanyak 37 disertasi (47,43%), kajian Alquran tematik sebanyak 23 disertasi (29,48%), kajian ‘ulum Alquran sebanyak 10 disertasi (12,82%) dan kajian Alquran dalam kehidupan sehari-hari sebanyak 8 disertasi (10,26%). Tipologi kajian ini menunjukkan adanya pengembangan metodologi dalam diskursus kajian Alquran, meskipun masih didominasi pada aspek pengembangan pemikiran dan studi Alquran tematik.
Berbagai kajian tentang Alquran tentu terikat dengan bahasa yang digunakan dalam Alquran, yakni bahasa Arab. Kajian tentang Alquran bahkan tidak dapat dilakukan jika penguasaan bahasa Arab tidak memadai. Kondisi ini membuat bahasa tersebut terus dipelajari, terus digunakan, dan akhirnya tetap bertahan dan lestari.
Dalam artikel berjudul “Playing with language: Three language games in the Gulf of Guinea” dan diterbitkan oleh Jurnal Language Documentation and Conservation, Agostinho dan Araujo (2021) menegaskan, perangkat pedagogi yang diselenggarakan oleh masyarakat dapat membantu proses pendokumentasian dan revitalisasi bahasa dengan materi lainnya.
Baca juga: Gus Awis: Tidak Cukup Menafsirkan Alquran Hanya Bermodalkan Bahasa Arab
Pendapat serupa juga disampaikan oleh Bonifacio dkk. (2021). Dalam artikel berjudul “Effects of Indigenous Language Conversation Skills Enhancement Program among Bukidnon and Talaandig Youths in the Philippines” dan diterbitkan oleh Jurnal Ampersand, Bonifacio dkk. (2021) menegaskan, generasi muda akan mampu melestarikan bahasa ibu mereka jika mereka mempelajari bahasa ibu mereka.
Berbagai temuan dan kenyataan ini menunjukkan bahwa Alquran berkontribusi signifikan dalam melestarikan bahasa Arab. Berbagai temuan dan kenyataan ini juga menunjukkan bahwa bahasa spesial ini masih asri, tetap lestari, dan akan terus mengisi permukaan bumi ini sampai nanti. Wallahu a’lam.