BerandaUlumul QuranPerbedaan I’jaz Alquran dan Ijaz Alquran

Perbedaan I’jaz Alquran dan Ijaz Alquran

Terdapat dua istilah yang sering muncul dalam konteks keagungan dan pewarisan ilmu Alquran, yaitu i’jaz Alquran dan ijaz Alquran. Meskipun sekilas terdengar serupa, kedua istilah tersebut memiliki makna yang sangat berbeda. Secara garis besar, i’jaz Alquran merujuk pada kemukjizatan Alquran yang menjadikannya tidak tertandingi, sedangkan ijaz Alquran berkaitan dengan gaya bahasa.

Baca Juga: Dialek Alquran Kedaerahan dalam Perspektif Linguistik

I’jaz Alquran 

I’jaz adalah menetapkan kelemahan, yang dimaksudkan i’jaz dalam hal ini adalah menunjukkan kebenaran Nabi Muhammad Saw dengan menampakkan ketidakmampuan orang Arab dan generasi sesudahnya hingga saat ini untuk menghadapi mukjizatnya yang abadi, yakni Alquran.(Al-Qaththan, Mabahits Fi Ulum Al-Qur’an, 265)

Adapun perbedaan pendapat mengenai kemukjizatan Alquran, yaitu:

Pertama, an-Nadzam menyatakan bahwa cara menyingkap kemukjizatan Alquran melalui shirfah (pengalihan), yang dimaksudkan adalah Allah Swt mengalihkan bangsa Arab untuk menentang Alquran dan menghilangkan kemampuan akalnya. Pendapat ini ditolak oleh Imam as-Suyuthi, berdasarkan firman Allah Swt dalam surah al-Isra’ ayat 88:

قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَ الْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُوْنَ بِمِثْلِهِ وَ لَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيْرًا

“Katakanlah, ‘sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Alquran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.”

Ayat tersebut menunjukkan bahwa mereka tidak mampu memenuhi tantangan, yaitu membuat yang serupa dengan Alquran padahal kemampuan itu ada dalam diri mereka. Demikian pula pendapat yang menyatakan kemukjizatan Alquran akan hilang dengan berakhirnya masa tantangan, jelas tidak diterima karna bertentangan dengan ijma’ yang menyebutkan bahwa tidak ada mukjizat yang abadi selain Alquran.

Kedua, menurut al-Qadhi Abu Bakar, sisi kemukjizatan Alquran ada pada susunan, urutan dan kesinambungannya.

Ketiga, al-Imam Fakhruddin menyebutkan bahwa sisi kemukjizatan Alquran ada pada nilai kefasihannya, keindahan uslubnya, dan kebebasannya dari semua macam cela.

Keempat, az-Zamlikani berpendapat bahwa kemukjizatan Alquran kembali pada susunan yang menjadi ciri khasnya, bukan kemutlakannya, adanya keseimbangan susunan maupun bentuk kosakata, serta ketinggian maknanya. Pendapat yang sudah disebutkan hanya beberapa dari sekian banyak pendapat lainnya.(Suyuthi, Ulumul Qur’an II, 667–669)

Menurut Manna’ al-Qaththan dalam Mabahits Fi Ulum Al-Qur’an (hlm. 272), kemukjizatan Alquran setidaknya mengacu pada 3 aspek, di antaranya: bahasa, ilmiah dan tasyri’ (penetapan hukum). Dengan memahami hal ini, semakin jelas bahwa kemukjizatan Alquran sangat luar biasa dalam segala dimensinya, serta membuktikan bahwa Alquran tetap berlaku dan menjadi petunjuk abadi sepanjang zaman.

Baca Juga: Empat Rupa I’jaz Al-Quran Menurut Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar

Ijaz Alquran

Ijaz merupakan salah satu kajian dalam ilmu balaghah, secara umum ijaz berarti gaya bahasa yang ringkas namun padat makna. Ayat-ayat Alquran seringkali menggunakan kata yang relatif sedikit tanpa mengurangi kejelasan maknanya. Penetapan konsep ijaz sangat efektif dalam penyampaian sesuatu, keunggulan ini merupakan salah satu bentuk kemukjizatan Alquran dari aspek bahasa.

Dalam Ilmu Balaghah karya Khamim dan Ahmad Subakir (hlm.88), ijaz terbagi menjadi 2, yaitu; Pertama, ijaz qashr merupakan ungkapan lebih ringkas daripada kandungan makna yang panjang tanpa ada yang terbuang, contohnya dalam surah al-Baqarah ayat 179:

وَلَكُمْ فِى ٱلْقِصَاصِ حَيَوٰةٌ يَٰٓأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.”

Ayat di atas menjelaskan bahwa jikalau seseorang telah sadar membunuh maka tentu ia akan dibunuh, ia akan tercegah untuk membunuh. Dari hal tersebut, seseorang akan memelihara hidupnya sendiri maupun hidup orang lain. Sebagian besar orang Arab menganggap bahwa adanya hukuman qishash itu meminimalisir atau bahkan meniadakan pembunuhan.

Kedua, ijaz hadzf merupakan adanya sedikit pembuangan namun tidak merusak makna yang dimaksud, contohnya dalam surah Maryam ayat 20:

قَالَتْ أَنَّىٰ يَكُونُ لِى غُلَٰمٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِى بَشَرٌ وَلَمْ أَكُ بَغِيًّا

“Maryam berkata, ‘bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina’.”

Kata bergaris bawah pada ayat diatas merupakan ijaz hadzf, yang mana terdapat pembuangan pada salah satu hurufnya. Kata “وَ لَمْ أَكُ بَغْيًا” asalnya adalah “وَ لَمْ أَكُنْ بَغْيًا”. Penghapusan huruf “ن” pada kata tersebut bertujuan untuk menciptakan struktur kalimat yang lebih ringkas dan fasih, namun mempertahankan pemahaman makna secara utuh.

Baca Juga: I’Jaz Al-Qur’an Menurut Abdul Qahir Al-Jurjani, Ulama Penggubah Ilmu Balaghah

Penutup

Dengan memahami perbedaan mendasar antara i’jaz Alquran dan ijaz Alquran, dapat meningkatkan rasa kagum terhadap keagungan Alquran. I’jaz Alquran sebagai bukti bahwa tiada satupun yang mampu menandingi keindahan, ketetapan dan kehebatan Alquran. Lebih dari sekadar perbedaan konsep i’jaz Alquran dan ijaz Alquran, perlu dipahami pula bahwa ijaz Alquran merupakan salah satu bentuk dari sekian banyak i’jaz Alquran. Memahami segala sesuatu tentang Alquran bukan hanya menambah wawasan, tetapi juga memperkokoh keyakinan bahwa Alquran adalah wahyu yang sempurna.

- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Sirah Nabawiyah sebagai Pedoman Hidup

Hikmah Sirah Nabawiyah sebagai Pedoman Hidup

0
Manusia dapat mengemban tugas sebagai khalifah di bumi jika dia memahami tuntunan Allah Swt. dengan baik, salah satunya melalui Sirah Nabawiyah. Perjalanan hidup Nabi...