BerandaUlumul QuranPerbedaan Makna Kata Birr dan Ihsan

Perbedaan Makna Kata Birr dan Ihsan

Kata Ihsan dan kata Birr memiliki makna yang sangat dekat satu sama lain antara keduanya. Hanya saja kata Ihsan memiliki makna yang lebih sempit daripada makna kata Birr. Dilihat dari penggunaannya di dalam Alquran maupun hadis Rasulullah saw, kata Ihsan mengandung arti kebaikan yang lebih dilakukan oleh seseorang terhadap dirinya, terhadap orang lain, terhadap makhluk Allah atau terhadap Tuhannya pada waktu tertentu, tidak dilakukan secara terus menerus.

Ihsan terhadap dirinya dilakukan oleh seseorang apabila dia memberikan kebaikan yang lebih bagi dirinya dalam segala hal. Seperti dia memberikan hak yang lebih bagi dirinya, dalam makanan, minuman, atau istirahatnya. Ihsan seseorang terhadap orang lain ialah kebaikan yang lebih yang diberikannya kepada orang lain dalam berbagai hal. Misalnya memberikan ongkos/upah yang lebih dari pada ongkos/upah yang seharusnya diberikan kepada orang lain.

Ihsan seseorang kepada makhluk Allah ialah memberikan kebaikan yang lebih kepada makhluk-makhluk Allah yang ada di sekitarnya, seperti memberikan hak hidup yang sesuai dengan kudratnya. Ihsan seseorang terhadap Tuhannya ialah kebaikan yang lebih yang dilakukan oleh seseorang lebih dari hal-hal yang diwajibkan oleh Allah swt kepadanya, seperti berzikir (dzikrullah), bertasbih, dan bertahmid kepada-Nya.

Adapun kata Birr dalam konteks penggunaannya menunjukkan arti “kebaikan yang dilakukan secara terus-menerus tanpa mengenal waktu dan tempat.” Kebaikan dalam bentuk Birr itu dapat dilakukan oleh seseorang kepada sesamanya, dan dapat pula dilakukan oleh Allah terhadap makhluk-makhluk-Nya. Yang menjadi inti dalam kata “birr” itu adalah kebaikan yang secara terus-menerus terjadi atau dilakukan tanpa batas waktu dan tempat.

Birr atau kebaikan yang dilakukan seseorang terhadap kedua orang tuanya adalah kebaikan yang terus-menerus, tanpa batas waktu dan tempat, dilakukan oleh seseorang terhadap kedua orang tuanya. Seorang anak harus melakukan Birr (kebaikan) terhadap kedua orang tuanya, baik pada saat kedua orang tuanya berkemampuan maupun pada saat mereka tidak berkemampuan, baik pada saat mereka masih sehat mapupun pada saat mereka sakit, baik pada saat mereka masih hidup maupun setelah mereka meninggal dunia.

Birr (kebaikan) seorang anak terhadap kedua orang tuanya tidak ada batas waktu dan tempat. Bukanlah sebuah Birr (kebaikan) bagi seorang anak, jika terbatas oleh suatu waktu atau tempat. Kebaikan seorang anak yang terbatas dengan waktu dan tempat disebut Ihsan.

Birr itu juga dilakukan oleh Allah terhadap hamba-hamba-Nya dan semua makhluk-Nya, tanpa kecuali. Di dunia ini Allah memberikan “birr”-Nya kepada semua manusia tanpa membedakan status dan kedudukan mereka. Allah senantiasa memberi “birr”-Nya kepada semua manusia, yang beriman maupun yang kafir, yang taat maupun yang maksiat kepada-Nya, yang dekat kepada-Nya maupun yang jauh daripada-Nya, yang kuat maupun yang lemah.

Allah juga memberikan “birr”-Nya kepada orang yang beriman dan beramal saleh kepada-Nya, baik di dunia maupun di akhirat. Allah memberikan hukuman (azab) kepada orang kafir di akhirat kelak karena manusia tidak membalas kebaikan (“birr”) yang telah diberikan Allah kepada-Nya.

“Birr” (kebaikan) Allah tidak hanya terbatas kepada umat manusia, tetapi juga kebaikan Allah dalam bentuk “birr” itu juga diberikan Allah kepada seluruh makhluk-Nya yang ada di bumi ini, merasa kepada semua makhluk-Nya, baik makhluk-Nya yang ada di darat maupun yang ada di laut, baik yang ada di permukaan bumi maupun yang ada di langit, baik kepada hewan maupun kepadfa tumbuh-tumbuhan.

Semua makhluk Allah, baik manusia maupun manusia, mendapatkan kebaikan (“birr”) dari Allah tanpa batas waktu dan tempat. Oleh sebab itulah, maka Allah disebut al-BarrU (الْبَرُّ), yang berarti “Allah yang Maha Memberi kebaikan yang terbatas kepada semua makhluk-Nya).

Demikian perbedaan makna antara kata Ihsan dan kata Birr. Semoga uraian ini dapat menambah wawasan kita. Aamiin. Wallaahu a’lam bi al-shawaab.

Ahmad Thib Raya
Ahmad Thib Raya
Guru Besar Pendidikan Bahasa Arab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dewan Pakar Pusat Studi Al-Quran (PSQ)
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

tafsir surah al-An'am ayat 116 dan standar kebenaran

Tafsir Surah Al-An’am Ayat 116 dan Standar Kebenaran

0
Mayoritas sering kali dianggap sebagai standar kebenaran dalam banyak aspek kehidupan. Namun, dalam konteks keagamaan, hal ini tidak selalu berlaku. Surah al-An'am ayat 116...