BerandaTafsir TematikPerintah Mendo’akan Orang yang Berzakat: Surah At-Taubah Ayat 103

Perintah Mendo’akan Orang yang Berzakat: Surah At-Taubah Ayat 103

Diantara keistimewaan orang yang berzakat (muzakki) adalah mendapatkan rahmat Allah, dihapus dosanya, dilipat gandakan pahalanya, diberkahi hartanya dan sebagainya. Bahkan Allah SWT secara khusus memerintahkan kepada orang yang menerima zakat untuk mendo’akan muzakki. Perintah itu termuat dalam Al-Qur’an Surah At-Taubah ayat 103, Allah SWT berfirman:

خُذۡ مِنۡ أَمۡوَٰلِهِمۡ صَدَقَةٗ تُطَهِّرُهُمۡ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ عَلَيۡهِمۡۖ إِنَّ صَلَوٰتَكَ سَكَنٞ لَّهُمۡۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan do’akanlah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Seringkali mendo’akan muzakki ini terlupakan dan menganggap cukup dengan ucapan terimakasih kepada muzakki, maka tidak heran jika ada perintah tersendiri.

Baca juga: Tafsir Surah Al-A’raf Ayat 199: Tiga Prinsip Utama dalam Bergaul

Pada ayat tersebut ada kata وَصَلِّ عَلَيۡهِمۡ dan do’akanlah untuk mereka” yang berbentuk fi’il amr (kata perintah). Pertanyaannya, apakah wajib hukumnya mendo’akan muzakki atau sebatas sunnah? Bagaimana lafadz atau redaksi do’anya? Tulisan ini akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Mendo’akan Untuk Muzakki, Wajib atau Sunnah?

Dalam hal ini, para ulama berbeda pendapat. Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir Al-Munir (VI/35-36) menyebutkan ada dua pendapat, beliau berkata:

يَجِبُ عَلَى الْإِمَامِ أَوْ نَائِبِهِ إِذَا أَخَذَ الزَّكَاةَ أَنْ يَدْعُوَ لِلْمُتَصَدِّقِ بِالْبَرَكَةِ، وَهَذَا رَأْيُ الظَّاهِرِيَّةِ. وَأَمَّا سَائِرُ الْأَئِمَّةِ فَحَمِلُوْا الْأَمْرَ عَلَى النَّدْبِ وَالْاِسْتِحْبَابِ

Bagi imam atau penggantinya ketika mereka mengambil zakat wajib mendo’akan keberkahan untuk orang yang berzakat. Ini pendapatnya Dhohiriyyah. Adapun imam madzhab yang lain mengarahkan perintah ini ke dalam hukum nadb atau sunnah.

Syekh Wahbah Az-Zuhaili juga menyebutkan alasan dari pendapat kedua ini, yaitu ketika Nabi Muhammad SAW memerintah Mu’adz dalam suatu hadits yang disepakati oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim dari Ibnu Abbas: Beritahukan mereka bahwa mereka wajib mengeluarkan zakat yang diambil dari orang-orang kaya mereka, dan dibagikan kepada orang-orang fakir mereka. Nabi tidak memerintahkan untuk mendo’akan mereka dan ketika orang-orang fakir mengambil haknya mereka tidak diwajibkan mendoa’akan.

Namun, dikalangan ulama syafi’iyah sendiri juga ada yang mewajibkan mendo’akannya. Imam Nawawi Ad-Dimasyqi dalam kitab Al-Adzkar An-Nawawiyah (315) menjelaskan bahwa do’a ini disunahkan bagi penerima zakat, baik penarik zakat atau orang-orang fakir. Menurut yang masyhur dari madzhab kita dan madzhab selain kita, mendo’akan ini tidak wajib. Sebagian ulama kita mengatakan wajib, karena perkataan Imam Syafi’I “Wajib bagi pemimpin (wali) mendo’akannya” dan dalilnya adalah dhohirnya ayat tersebut.

Baca juga: Tafsir Ahkam: Bolehkah Menyerahkan Zakat kepada Keluarga Sendiri?

Doa untuk Orang yang Berzakat Menurut Hadis

Berkaitan dengan redaksi do’a, ada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim dari Abdullah bin Abi Aufaa, dia berkata:

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَتَاهُ قَوْمٌ بِصَدَقَتِهِمْ قَالَ: اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِمْ فَأَتَاهُ أَبُوْ أَوْفَى بِصَدَقَتِهِ، فَقَالَ: اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى آلِ أَبِيْ أَوْفَى

“Bila ada satu kaum yang datang membawakan zakat mereka kepada Rasulullah SAW, beliau selalu membaca, “Ya Allah, berilah shalawat kepada mereka.” Kemudian datanglah Abu Aufaa dengan membawa zakatnya, Rasulullah SAW berdoa, “Ya Allah, berilah shalawat kepada keluarga Abi Aufaa”

Sholawat di sini yang dimaksud adalah rahmat (الرحمة) dan memintakan rahmat (الترحم). Berkaitan dengan ini, Syekh Muhammad Amin Al-Harari dalam Tafsir Hadaiq Ar-Rauh Wa Ar-Raihan (XII/27) menyebutkan, bahwa sholawat dari Allah SWT kepada para hambanya itu merupakan rahmat untuk mereka, sholawat dari malaikat itu memintakan ampun untuk mereka, sholawat dari orang-orang mukmin kepada Nabi SAW itu merupakan do’a untuknya.

Lebih lanjut, para ulama berbeda pendapat dalam kebolehan mendo’akan dengan redaksi sebagaimana hadits tersebut. Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam tafsirnya menjelaskan, para ulama Hanabilah dan Dhohiriyyah berpendapat dalam masalah do’a tidak ada larangan bagi orang yang menerima zakat untuk berdoa, اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى آلِ فُلَانٍ (Ya Allah, berilah shalawat kepada keluarga fulan). Sementara para ulama lainnya berpendapat tidak boleh berdo’a dengan ungkapan seperti itu, karena lafadz shalawat itu dikhususkan untuk para nabi ‘Alaihissalam.

Imam Nawawi Ad-Dimasyqi dalam Al-Adzkar-nya mengutip perkataan ulama, bahwa tidak disunahkan berdo’a: “Ya Allah, berilah shalawat kepada keluarga fulan.” Kemudian beliau juga menjelaskan berkaitan dengan perkataan Nabi Muhammad SAW “Ya Allah, berilah shalawat kepada keluarga Abi Aufaa”, bahwa lafadz sholawat itu dikhususkan untuknya. Maka Nabi SAW boleh mengucapkan dengan lafadz sholawat kepada siapa saja yang beliau kehendaki, berbeda dengan kita.

Baca juga: Pesan Prof Said Agil (2): 3 Keutamaan Rasulullah Sebagai Rahmatan Lil Alamin

Berbeda halnya ketika mengikutkan penyebutan selain para nabi setelah mereka, tentu tidak ada perselisihan diantara para ulama mengenai diperbolehkannya hal tersebut. Imam Nawawi Ad-Dimasyqi dalam Al-Adzkar-nya dan Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir Al-Munirnya juga menjelaskan mengenai permasalahan tersebut.

Selain itu, ada juga sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam An-Nasa’i, mengenai seseorang yang dimintai zakat. Namun, dia malah memberikan zakat berupa unta yang kurus. Rasulullah SAW mendo’akannya supaya dia dan untanya tidak diberkahi. Akhirnya orang itu bertaubat dan menemui Rasulullah SAW dengan membawa zakat berupa unta yang baik. Kemudian beliau mendo’akannya dengan do’a اللَّهُمَّ بَارِكْ فِيْهِ وَفِيْ إِبِلِهِ “Ya Allah, berkahilah dia dan untanya.

Berdasarkan riwayat hadits di atas, maka boleh juga berdo’a dengan redaksi:

اللَّهُمَّ بَارِكْ فِيْهِ وَفِيْ أَمْوَالِهِ

(Ya Allah, berkahilah dia dan harta-hartanya).

Selain itu, Syekh Nawawi Al-Bantani dalam tafsirnya Marah Labid (I/337) juga mengutip do’a pilihan Imam Syafii RA, beliau berkata disunnahkan bagi imam ketika mengambil zakat untuk mendo’akan dengan do’a ini:

آجَرَكَ اللهُ فِيْمَا أَعْطَيْتَ، وَبَارَكَ لَكَ فِيْمَا أَبْقَيْتَ، وَجَعَلَهُ لَكَ طَهُوْرًا

“Semoga Allah membalas apa yang telah kamu berikan, memberkahi untukmu apa yang kamu sisakan, dan menjadikannya sebagai pembersih bagimu”.

Baca juga: Kisah Perhatian Nabi Muhammad Terhadap Anak Yatim Terutama di Hari Raya

Dalam kitab Nihayatuz Zain (177) Syekh Nawawi Al-Bantani juga menyebutkan sebuah do’a yang redaksinya berbeda, yaitu sebagai berikut:

طَهَّرَ اللهُ قَلْبَكَ فِي قُلُوْبِ الأَبْرَارِ وَزَكَّى عَمَلَكَ فِي عَمَلِ الأَخْيَارِ وَصَلَّى عَلَى رُوْحِكَ فِي أَرْوَاحِ الشُّهَدَاءِ

Semoga Allah menyucikan hatimu dalam hatinya para hamba yang baik-baik. Semoga Allah membersihkan amalmu dalam amalnya para hamba pilihan. Semoga Allah bershalawat untuk ruhmu dalam ruh para syuhada.

Silahkan berdo’a dengan beberapa redaksi di atas atau boleh juga selainnya. Kalau pun tidak bisa menggunakan bahasa arab, maka tidak ada salahnya juga menggunakan bahasa yang lain. Mendo’akan mereka dengan do’a yang terbaik itulah salah satu adab yang diajarkan oleh Allah SWT kepada orang yang menerima zakat.

Semoga kita yang saat ini mengeluarkan zakat diterima oleh-Nya. Begitu juga kita yang saat ini berstatus menerima zakat, semoga di tahun mendatang tidak lagi menjadi orang yang berhak menerima zakat (mustahiq zakat), tetapi meningkat menjadi orang yang mengeluarkan zakat (muzakki). Sekian. Wallahu Ta’ala A’lam.

Muhammad Hisyam Wahid
Muhammad Hisyam Wahid
Alumni UIN KH. Abdurrahman Wahid, Pekalongan dan Mutakhorrijin PP. Nurul Huda, peminat kajian Ilmu Al-Quran dan Tafsir
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU