BerandaTafsir TematikPreposisi Ba’ dalam Ayat-Ayat tentang Penghuni Surga

Preposisi Ba’ dalam Ayat-Ayat tentang Penghuni Surga

Salah satu mukjizat Alquran yaitu keindahan bahasa dan sastranya. Selain itu, Alquran, dari segala sisinya sarat dengan kandungan ilmu yang tidak akan habis dibahas. Jangankan surah, ayat, bahkan pada satu huruf saja sering kali bisa melahirkan kajian dan ilmu yang luas dan mendalam.

Dalam ayat-ayat tentang penghuni surga, preposisi ba’ menjadi sorotan dan objek kajian para ulama. Ayat-ayat tersebut antara lain terdapat dalam surah an-Nahl ayat 32:

الَّذِيْنَ تَتَوَفّٰىهُمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ طَيِّبِيْنَ ۙيَقُوْلُوْنَ سَلٰمٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ

“(yaitu) orang yang ketika diwafatkan oleh para malaikat dalam keadaan baik, mereka (para malaikat) mengatakan (kepada mereka), “Salamun ‘alaikum, masuklah ke dalam surga karena apa yang telah kamu kerjakan.”

Juga terdapat dalam surah az-Zukhruf ayat 72:

وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِيْٓ اُوْرِثْتُمُوْهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ

“Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal perbuatan yang telah kamu kerjakan.”

Serta masih banyak ayat-ayat yang setema, yang oleh ditemukan bahwa preposisi ba’ dalam lafaz bima kuntum ta’malun memiliki rahasia dan makna yang mendalam.

Baca Juga: Cara Agar Berkumpul Bersama Keluarga di Surga

Makna Ba’ dalam Ayat

Berdasarkan hasil kajian para ulama, ayat-ayat Alquran yang menunjukkan perkataan Allah kepada penghuni surga dengan penghuni neraka tidak sama. Ini terlihat dari ada dan tidak adanya preposisi ba’ dalam ayat.

Kepada penghuni surga, Allah menggunakan preposisi ba’ dalam ayat-ayat tentang penghuni surga sebagaimana contoh ayat yang telah disebutkan sebelumnya. Di antara ulama yang membahas hal ini adalah Ibnu ‘Asyur. Beliau berkomentar tentang surah ath-Thalaq ayat 16, ayat Alquran tentang perkataan Allah kepada penghuni neraka,

اِصْلَوْهَا فَاصْبِرُوْٓا اَوْ لَا تَصْبِرُوْاۚ سَوَاۤءٌ عَلَيْكُمْۗ اِنَّمَا تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ

“Masuklah ke dalamnya (rasakanlah panas apinya); baik kamu bersabar atau tidak, sama saja bagimu; sesungguhnya kamu hanya diberi balasan atas apa yang telah kamu kerjakan.”

Lafaz ma pada ayat di atas tidak dibarengi dengan preposisi ba’. Hal ini menunjukan bahwa balasan di neraka setimpal dengan perbuatan kejahatan seseorang. Berbeda dengan ayat setelahnya yang terdapat dalam surah ath-Thalaq ayat 19 yang membahas perkataan Allah kepada penghuni surga,

كُلُوْا وَاشْرَبُوْا هَنِيْۤـًٔا ۢبِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَۙ

“(Dikatakan kepada mereka), makan dan minumlah dengan rasa nikmat sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan.”

Bahwa penggunaan huruf ba’ dalam kalimat bima kuntum ta’malun menunjukan bahwa amalan seseorang di dunia tidak akan sebanding dengan balasan surga yang Allah berikan. Oleh karena itulah, menurut Ibnu ‘Asyur, tidak digunakannya preposisi ba’ dalam surah ath-Thalaq ayat 16 menunjukan bahwa balasan di neraka disesuaikan dengan kadar perbuatan zalim seseorang di dunia. Artinya, Allah tidak menambah siksanNya, berbeda dengan balasan Allah kepada penghuni surga.

Inilah di antara bukti bahwa masuk surga itu adalah karunia dan rahmat Allah. Tentang surga yang tidak sebanding dengan amal perbuatan manusia, misalnya terdapat hadis Rasulullah saw berikut, “dua rakaat sebelum subuh lebih baik dari pada dunia dan seisinya.” (HR. Muslim). Pengerjaan salat dua rakaat yang dalam hitungan menit lalu mendapat ganjaran yang lebih baik dari pada dunia dan seisinya. Jelaslah di sini bahwa ganjaran surga tidak ada bandingannya dengan amalan seseorang. Berbeda dengan balasan penghuni neraka yang disesuaikan dengan perbuatannya, tidak ada tambahan.

Baca Juga: Bidadari Surga dan Esensi Ganjaran Ukhrawi

Perbandingan Preposisi Ba’ dalam Ayat dan Hadis tentang Masuk Surga

Tentang masuk surga dengan rahmat dan karunia Allah, terdapat dalam sebuah hadis yang banyak pula dikaji para ulama. Ada banyak redaksi hadis yang menyinggung pembahasan ini. Diantaranya terdapat sebuah hadis dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda:

قَارِبُوا وسَدِّدُوا، واعلَمُوا أَنَّه لَن يَنجُو أَحَد مِنكُم بِعَمَلِهِ» قالوا: ولا أنت يا رسول الله؟ قال: «ولاَ أَنَا إِلاَّ أَن يَتَغَمَدَنِي الله بِرَحمَة مِنْه وَفَضل

“Biasakanlah kalian dalam mendekatkan diri kepada Allah dan berpegang teguhlah kepada keyakinan kalian. Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak seorang pun dari kalian yang selamat karena amalnya.” Mereka bertanya: “Tidak juga engkau, wahai Rasulullah? beliau menjawab: “Tidak juga aku, kecuali bila Rabbmu melimpahkan rahmat dan karunia padaku.” (HR. muslim no. 5041).

Hadis di atas hendaknya tidak dimaknai tekstual, yang seakan-akan amalan tidak memiliki nilai apa-apa. Ibnu Hajar dalam Fathul Bari menyimpulkan tiga penafsiran mengenai hadis di atas: diperolehnya petunjuk untuk melakukan hal yang baik menunjukan bentuk dari rahmat Allah; seseorang yang sudah taat, berhak mendapatkan rahmat Allah; dan sebab masuk surga adalah murni karena rahmat Allah, sedangkan amal perbuatan manusia untuk menentukan kadar tingkatan surga.

Banyak para ulama yang mengkompromikan hadis di atas dengan ayat-ayat masuk surga (khususnya yang terdapat kalimat bima kuntum ta’malun) dengan mengkaji makna huruf ba’. Dalam kalimat bima kuntum ta’malun, ba’ yang digunakan adalah ba’ as-sabab, sedangkan ba’ dalam hadis la yadkhulu al jannata ahadun bi’amalihi, ba’ yang digunakan adalah ba’ al-‘iwadh. (Majmu’ al-Fatawa, 1/217).

Yang dimaksud ba’ as-sabab bermakna sebab, bahwa Allah memasukan seseorang ke dalam surga disebabkan amalnya. Sedangkan yang dimaksud ba’ al-‘iwadh bermakna balasan, bahwa seseorang tidak akan masuk surga dengan amal, maksudnya amal tidak bisa membayar surga. Surga Allah terlalu sempurna, misalnya sepert balasan dua rakaat fajar.

Kesimpulannya, penggunaan preposisi ba’ dalam ayat-ayat masuk surga menunjukan bahwa balasan amal saleh tidaklah cukup sebagai nilai tukar untuk membayar surga. Artinya, surga tidaklah sebanding dengan amalan saking terlalu sempurnanya balasan surga. Berbeda dengan ayat-ayat penghuni neraka yang tidak menggunakan preposisi ba’ dalam ayat yang menunjukan balasannya setimpal, tidak ada tambahan sebagaimana balasan surga, balasan di neraka lebih kepada prinsip adil dan setakar.

Selain itu, preposisi ba’ dalam ayat masuk surga juga dibandingkan dengan preposisi ba’ dalam hadis tentang masuk surga dengan rahmat Allah. Preposisi ba’ dalam ayat-ayat masuk surga menunjukan ba’ as-sabab, sedangkan dalam hadis menunjukan ba’ al-‘iwadh. Keduanya tidak bertentangan dan bisa dikompromikan, bahwa masuk surga adalah disebabkan rahmat Allah, dan sebab paling banyak untuk meraih rahmat Allah adalah amal saleh. Besar kecilnya rahmat Allah tergantung kualitas dan kuantitas amal saleh seseorang.

Wallah a’lam

Shopiah Syafaatunnisa
Shopiah Syafaatunnisa
Alumni UIN Sunan Gunung Djati Bandung
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Cara Mengenalkan Alquran Kepada Non-Muslim Ala Ingrid Mattson

Cara Mengenalkan Alquran Kepada Non-Muslim Ala Ingrid Mattson

0
Ingrid Mattson adalah seorang aktivis, professor dalam kajian Islam dan seorang muallaf. Ia aktif di berbagai kegiatan sosial kegamaan seperti pernah menjadi Presidan Masyrakat...