Quranic Immunity: Kajian Ayat-Ayat Syifa dalam Al-Quran

Ayat-Ayat Syifa
Ayat-Ayat Syifa dalam al-Quran

Quranic Immunity adalah konsep imunitas yang berpijak pada teks Al-Quran. Muchlis Hanafi menyatakan, “selain berfungsi sebagai hidayah, Al-Qur’an memperkenalkan dirinya sebagai kitab petunjuk (hudan) yang akan mengantarkan manusia menuju kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat, Al-Qur’an juga memperkenalkan dirinya sebagai obat yang menyembuhkan berbagai penyakit. Artikel ini akan mengulas ayat-ayat syifa dalam al-Quran dan keutamaannya.

Al-Qur’an menggunakan terminologi syifa’ (obat atau penyembuhan) dengan berbagai derivasinya.” Demikian paparan Muclish M. Hanafi, Quranic Immunity: Al-Quran sebagai Obat Pandemi Covid dalam Webinar bertajuk, “Prospek dan Tantangan Al-Quran sebagai Obat di Masa Pandemi” yang diadakan IAIN Salatiga pada Rabu 10 Juni 2020.

Menurut Hanafi, kata syifa dalam berbagai derivasinya disebut dalam Al-Quran sebanyak 6 kali; 4 kali dalam bentuk kata benda dan 2 kali dalam kata kerja. Berikut kutipan ayat-ayatnya,

قَاتِلُوْهُمْ يُعَذِّبْهُمُ اللّٰهُ بِاَيْدِيْكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنْصُرْكُمْ عَلَيْهِمْ وَيَشْفِ صُدُوْرَ قَوْمٍ مُّؤْمِنِيْنَۙ

Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tanganmu dan Dia akan menghina mereka dan menolongmu (dengan kemenangan) atas mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman, (Q.S. al-Taubah [9]: 14)

وَاِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِيْنِ

Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku, (Q.S. al-Syu’ara [26]: 80)

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاۤءَتْكُمْ مَّوْعِظَةٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَشِفَاۤءٌ لِّمَا فِى الصُّدُوْرِۙ وَهُدًى وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ

Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman. (Q.S. Yunus [10]: 57)

ثُمَّ كُلِيْ مِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِ فَاسْلُكِيْ سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلًاۗ يَخْرُجُ مِنْۢ بُطُوْنِهَا شَرَابٌ مُّخْتَلِفٌ اَلْوَانُه ۖفِيْهِ شِفَاۤءٌ لِّلنَّاسِۗ انَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيَةً لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ

Kemudian makanlah dari segala (macam) buah-buahan lalu tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).” Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir. (Q.S. al-Nahl [16]: 69)

Baca Juga: Kisah Raja Najasyi dan Obat Sakit Kepala dari Terjemah Ayat Al-Quran

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْاٰنِ مَا هُوَ شِفَاۤءٌ وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَۙ وَلَا يَزِيْدُ الظّٰلِمِيْنَ اِلَّا خَسَارًا

Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur’an itu) hanya akan menambah kerugian. (Q.S. al-Isra’ [17]: 82)

قُلْ هُوَ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا هُدًى وَّشِفَاۤءٌ ۗوَالَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ فِيْٓ اٰذَانِهِمْ وَقْرٌ وَّهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًىۗ اُولٰۤىِٕكَ يُنَادَوْنَ مِنْ مَّكَانٍۢ بَعِيْدٍ ࣖ

Katakanlah, “Al-Qur’an adalah petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, dan (Al-Qur’an) itu merupakan kegelapan bagi mereka. Mereka itu (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh.” (Q.S. Fussilat [41]: 44)

Makna Ayat-Ayat Syifa

Dari cara penyebutannya, diperoleh beberapa kesan sebagaimana penuturan Muchlis M. Hanafi di atas, yaitu

Pertama, Yang berbentuk kata benda (masdar), tiga di antaranya menjelaskan fungsi Al-Quran sebagai obat penyembuh (Q.S. Yunus [10]: 57, Q.S. Al-Isra [17]: 82, Q.S. Fusshilat [41]: 44) dan satu lainnya tentang madu sebagai obat (Q.S. al-Nahl [16]: 69). Satu hal yang mengisyaratkan penyembuhan dengan Al-Quran selain madu, tidak bisa diabaikan. Bahkan dengan bermain angka, bila empat kata syifa menggambarkan penyembuhan 100%, maka penyembuhan dengan Al-Quran (3 kali disebut) memiliki porsi 75% dibandung madu yang 25% (sekali disebut).

Kedua, sedangkan 2 ayat yang menyebut kata syifa dalam bentuk kata kerja menjelaskan Allah sebagai yang menyembuhkan manusia di saat sakit. (Q.S. al-Taubah [9]: 14 dan Q.S. al-Syu’ara [26]: 80).

Ketiga, dari 4 ayat yang menyebut kata syifa, dua di antaranya ditujukan kepada manusia secara keseluruhan (al-nas) (Q.S. Yunus [10]: 57 dan Q.S. al-Nahl [16]: 69) dan dua lainnya ditujukan untuk orang yang beriman (Q.S. Al-Isra [17]: 82 dan Q.S. Fusshilat [41]: 44). Ini memberi kesan bahwa konsep kesembuhan yang ditawarkan Al-Quran berlaku untuk semua manusia, mukmin dan yang bukan mukmin.

Keempat, enam ayat tersebut, menggambarkan proses penyembuhan yaitu yang memberi kesembuhan adalah Allah; media penyembuhan yang bersifat psikis atau ruhani adalah Al-Quran; dan media yang bersifat fisik adalah madu.

Lebih jauh, Al-Tabari dalam Jami’ al-Bayan misalnya menafsirkan Q.S. Al-Isra [17]: 82,

وَنُنَزِّلٌ عَلَـيْكَ يَا مُـحَمَّدُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَـاءٌ يَسْتَشْفَـى بِهِ مِنَ الْـجَهْلِ مِنَ الضَّلاَلَةِ، وَيُبْصِرُ بِهِ مِنَ الْعَمَى لِلْـمُؤْمِنِـيْنَ وَرَحْمَةٌ لَهُمْ دُوْنَ الْكَافِرِيْنَ بِهِ، لِأَنَّ الْـُمؤْمِنِـيْنَ يَعْمَلُوْنَ بِـمَا فِـيْهِ مِنْ فَرَائِضِ اللهِ، وَيَحِلُّوْنَ حَلَالَهُ، وَيُحَرِّمُوْنَ حَرَامَهُ فَـيُدْخِـلُهُمْ بِذَلِكَ الْـجَنَّةِ، ويُنَـجِّيْهِمْ مِنَ عَذَابِهِ، فَهُوَ لَهُمْ رَحْمَةٌ وَنِعْمَةٌ مِنَ اللهِ، أَنْعَمَ بِهَا عَلَـيْهِمْ

“Dan Kami turunkan (Al-Quran) kepadamu Wahai Muhammad adalah sebagai obat untuk mereka yang sakit agar sembuh dari kebodohan dan kesesatan, menyembuhkan kebutaan sehingga mereka kaum mukmin mendapatkan rahmat dari-Nya, karena sesungguhnya orang mukmin senantiasa mengerjakan apa yang diperintahkan Allah, mereka menghalalkan apa yang dihalalkan Allah dan mereka mengharaman apa yang diharamkan-Nya, mereka itulah golongan yang dimasukkan ke dalam surga dan dijauhkan dari jilatan adzab-Nya. Mereka dalam naungan rahmat Allah swt.” (Al-Tabari dalam Jami’ al-Bayan)

Keutamaan Ayat-Ayat Syifa

Ibn al-Hajj dalam al-Madkhal menuturkan khasiat ayat syifa sebagai berikut, “Tidak mengapa melakukan pengobatan dengan nasyrah, yaitu melunturkan tulisan ayat-ayat Quran yang dituliskan di atas kertas atau bejana dengan air dan kemudian meminum airnya”. Para ulama berbeda pendapat menyikapi istilah nasyrah. Nasyrah bermakna menjadikan ayat Al-Quran sebagai wirid, ada pula yang menuliskan ayat Al-Quran dan membasahinya, lalu diusapkan pada bagian yang sakit.

Bahkan dalam riwayat Abu Dawud dari hadits Jabir bin Abdullah, berkata, “Rasulullah menjelaskan tentang nasyrah bahwa ia adalah bagian dari amaliyah syaitaan”. Ibn Abd al-Barr menilai qaul ini lemah dan membuka ruang interpretasi yang lain. Nasyrah adalah satu jenis pengobatan dengan menggunakan air bekas basuhan yang bernilai keutamaan di dalamnya seperti air wudhunya Rasulullah saw. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh al-Qurtuby dalam Tafsir al-Qurtuby.

Tidak jauh berbeda, Mahmud Sami’ dalam Mukhtashar fi Ma’ani Asma Allah al-Husna, diterjemahkan oleh Idrus Hasan dengan judul Rahasia 99 Nama Allah Yang Indah, juga menerangkan bahwa Syekh Imam Abi al-Qasim al-Qusyairi pernah menjelakan bahwa suatu waktu anaknya sakit parah sehingga beliau merasa berputus asa. Dalam tidurnya ia bermimpi bertemu baginda Nabi Muhammad saw dan beliau bertanya, “apakah ada obat bagi penyakit yang diderita oleh anaknya?” Rasulullah bersabda, “Apakah engkau tidak mengetahui ayat-ayat syifa (ayat-ayat penyembuh)?”.

Baca Juga: Amaliyah Ayat-Ayat Al-Quran Untuk Mengobati Penyakit Demam

Selain diminum, dijadikan sebagai wirid, ayat-ayat Syifa juga dirapalkan dalam kondisi tertentu dan bilangan tertentu misal 100 kali tiap hari, lalu untuk terapi penyakit baik jasmani maupun ruhani, ruqyah dan sebagainya.

Pada ayat-ayat di atas pula, demikian kata Hanafi, Al-Quran memiliki empat sifat dan ciri, yaitu 1) Al-Quran sebagai nasihat dan pelajaran; 2) penyembuh dari segala penyakit hati atau jiwa; 3) sebagai petunjuk (hudan) dan; 4) sebagai rahmat bagi orang-orang yang beriman. Hal ini semakin menunjukkan kemukjizatan Al-Quran yang tidak hanya sebagai hudan, melainkan juga mengandung aspek syifa (pengobatan) bagi manusia. Wallahu A’lam.