BerandaTafsir TematikTafsir KebangsaanRefleksi Surah Saba Ayat 15: Konsep Tata Negara Ideal

Refleksi Surah Saba Ayat 15: Konsep Tata Negara Ideal

Alquran juga mengandung beberapa kisah, peristiwa, dan pelajaran hidup bagi umat Islam. Tak hanya itu, Alquran pun mengandung pesan tersirat maupun tersurat untuk mengatur segala aspek kehidupan manusia, mulai dari aspek ibadah, tauhid, akidah, muamalah, hingga ketatanegaraan. Dalam Q.S. Saba [34]: 15, disebutkan sejumlah arahan terkait dengan gambaran negara yang ideal. Seperti apa negara ideal itu?

Menurut Alquran, Seperti Apa Negara yang Ideal?

Seringkali kita menerima perspektif yang beragam ketika berbicara mengenai bagaimana negara ideal itu. Namun, kita dapat memahami konsep tersebut secara mendalam dan relevan dengan memahami isyarat atau gambaran negara yang ideal dalam surah Saba [34]: 15. Dalam ayat tersebut negara ideal yang dimaksud, tertulis dengan diksi “baldatun thayyibatun” yang menggambarkan negeri Saba’ pada zamannya sebelum hancur dikarenakan rakyatnya yang ingkar dan kufur nikmat.

لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ عَن يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُواْ مِن رِّزْقِ رَبِّكُمْ وَٱشْكُرُواْ لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ 

“Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda di tempat kediaman mereka, yaitu dua kebun di kanan dan di kiri. Makanlah dari rezeki Tuhan kamu dan bersyukurlah kepada-Nya; negeri yang baik dan Tuhan Yang Maha Pengampun.”

Dalam Tafsir al-Munīr, Wahbah az-Zuhaili menjelaskan yang dimaksud dengan “baldatun thayyibatun” ialah negara yang di dalamnya tersedia rezeki, makmur, sejahtera, aman, dan sentosa. Negeri Saba’ disebut negeri yang baik karena tanahnya tidak ada yang merupakan tanah berlumpur dan asin sehingga tidak bisa ditanami; tidak ada nyamuk, lalat, kutu, kalajengking dan ular karena iklim dan udaranya yang bagus dan bersih.

Baca juga: Tafsir Q.S. Hud Ayat 117: Dosa Sosial, Pemicu Kemunduran Suatu Negara

Hal ini menjelaskan bahwa negara makmur yakni memiliki tanah yang subur, sehingga menumbuhkan banyak pepohonan dan menghasilkan hasil pertanian yang baik dan melimpah, serta udara dan iklimnya yang sedang, bersih, dan sehat. Selain itu, dijelaskan pula bahwa negeri Saba’ ialah negeri yang sejahtera, dikarenakan memiliki infrastruktur yang baik juga akses yang mudah untuk bepergian sehingga memudahkan rakyatnya untuk berniaga. Demikian dijelaskan dalam surah Saba’ [34]: 18.

وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ ٱلْقُرَى ٱلَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا قُرًى ظَاهِرَةً وَقَدَّرْنَا فِيهَا ٱلسَّيْرَ سِيرُواْ فِيهَا لَيَالِيَ وَأَيَّاماً آمِنِينَ 

“Dan Kami telah menjadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya beberapa negeri yang nampak dan Kami tetapkan padanya perjalanan (dekat). Berjalanlah di dalamnya pada malam dan siang hari dengan aman.”

Az-Zuhaili menyatakan bahwa Allah Swt. memberikan sejumlah nikmat yang berhubungan dengan aktivitas perjalanan rakyat Saba’ di penjuru negeri dan aktivitas perniagaan mereka dari negeri Yaman hingga Syam. Di sepanjang jalan, banyak pepohonan, perkebunan, tanah pertanian, dan kota-kota tinggi yang berdekatan serta sambung-menyambung dari satu kota ke kota berikutnya. Karena itu, orang yang melakukan perjalanan tidak perlu membawa perbekalan air dan perbekalan lainnya, karena mereka dapat dengan mudah mendapatkan air dan bahan makanan di mana pun mereka berada.

Terdapat juga terminal yang terdiri dari kota-kota dan distrik-distrik yang terletak di sepanjang jalur menuju ke Syam, yang dapat berfungsi sebagai tempat persinggahan dan peristirahatan musafir baik di siang maupun di malam hari. Diperkirakan jumlahnya mencapai 4700 distrik yang diberkahi dengan kesuburan, pepohonan, hasil pertanian, dan sumber air yang cukup. Perjalanan dari satu distrik ke distrik berikutnya sekitar setengah hari, dan jarak ini berlaku untuk semua distrik (Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munīr, Jilid 11, 490).

Baca juga: Prinsip-Prinsip Bernegara dalam Islam (Bagian 1)

Sedangkan yang dimaksud negara ideal yang aman dan sentosa menurut Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah ialah terjalinnya hubungan harmonis, kesatuan, dan persatuan antarrakyat yang tergambar pada negeri Saba’. Hal ini dibuktikan pada akhir ayat 18 yang berbunyi “Berjalanlah di dalamnya pada malam dan siang hari dengan aman”. Quraish Shihab menafsirkannya aman dari gangguan manusia yang berniat jahat dan binatang serta sengatan panas atau dingin.

Melihat argumen-argumen di atas, dengan penataan negara yang begitu rapi dan memanjakan rakyatnya, tak dipungkiri peran pemimpin di sini sangatlah penting. Pada saat itu negeri Saba’ dipimpin oleh seorang wanita yang bernama Ratu Balqis. Meskipun ia saat itu belum beriman, yang tak lain adalah seorang penyembah matahari, ia memiliki sifat kepemimpinan yang luar biasa.

Ratu Balqis merupakan sosok pemimpin yang demokratis, salah satunya dengan menjadikan musyawarah untuk mencapai suatu kebijakan. Hal ini dapat dilihat pada kisahnya yang tertuang dalam surah An-Naml [27]: 32. Selain itu, ia juga sosok pemimpin yang kuat, cerdas dan bijaksana, hal ini dibuktikan saat ia menghadapi Nabi Sulaiman, yang diceritakan juga dalam surah an-Naml [27]: 33, 34, dan 42.

Baca juga: Strategi Pertahanan Keamanan Negara dalam Alquran

Tak hanya itu ia juga sosok pemimpin yang penuh kasih sayang, adil, dan menempatkan kesejahteraan rakyatnya di atas segalanya. Hal ini dapat dilihat dengan penjelasan ayat Alquran dan argumen-argumen para mufasir di atas. Kebijakan-kebijakan yang ia buat dalam menata negaranya sungguh luar biasa dan ia juga berhasil mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada pada negerinya dengan baik.

Salah satu bukti apiknya kepemimpinan ratu Balqis ialah ia dapat mencapai kemajuan peradaban sehingga mampu memanfaatkan air hujan yang deras dari laut timur dan selatan. Dengan kata lain, mampu mendirikan penampungan air alami yang terdiri dari dua gunung yang berdekatan. Kemudian membuat sebuah dam yang bernama Sadd Ma’rab di tengah lembah di antara dua gunung. Dam ini memiliki saluran air yang dapat dibuka dan ditutup. Dapat juga mengatur aliran dan volume air sesuai dengan kebutuhan, sehingga menghasilkan sumber air yang besar (Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Jilid 9, 314).

Konsep negara ideal yang disebutkan dalam surah Saba’ di atas ialah negara yang mampu mengelola sumber daya alam dengan baik, adanya pembangungan infrastruktur serta penyediaan transportasi, bersatunya rakyat, terciptanya rasa aman serta pemimpin yang bertanggung jawab. Dan yang tak kalah penting adalah rakyat yang mendukung penuh pemimpinnya jika pemimpin tersebut benar. Hal ini dikarenakan ketika Ratu Balqis masuk Islam dengan mengikuti ajaran Nabi Sulaiman, kemudian sang ratu mengajak rakyatnya, tetapi ditolak dan mereka menjadi ingkar dan kufur nikmat. Lalu Allah hancurkan negeri tersebut dengan menurunkan banjir.

- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Catatan interpolasi tafsir Jami‘ al-Bayan karya Al-Ijiy pada naskah Jalalain Museum MAJT

Jami’ al-Bayan: Jejak Tafsir Periferal di Indonesia

0
Setelah menelaah hampir seluruh catatan yang diberikan oleh penyurat (istilah yang digunakan Bu Annabel untuk menyebut penyalin dan penulis naskah kuno) dalam naskah Jalalain...