Salah satu narasumber yang diundang dalam webinar milad tafsiralquran.id pada Kamis (29/02/2021) lalu adalah Prof. Dr. KH. Said Agil Husin Al-Munawar, M.A. Beliau adalah sosok intelektual muslim, pakar fiqih dan ushul, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta Menteri Agama RI periode 2001-2004. Pada kesempatan ini, beliau membawakan tema “Kisah Rasulullah SAW bersama non muslim” (shilah al-rasulillahi bi ghairi muslim).
Dalam paparannya, beliau mengutip penafsiran Syekh Muhammad Ali al-Shabuni dalam Shafwah al-Tafasir Q.S. al-Anbiya [2]: 107,
وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ
Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam. (Q.S. al-Anbiya [21]: 107)
Al-Shabuni menafsirkan ayat di atas sebagai berikut,
قال الصابوني: لم يقل الله تعالى رحمة للمؤمنين وإنما قال رحمة للعالمين، فإنه سبحانه وتعالى رحم الخلق بإرسال سيد المرسلين صلعم لأنه جاءهم بالسعادة الكبرى والنجاة من الشقاوة العظمى ونالوا على يديه الخيرات الكثيرة في الأول والأخرة وعلمهم بعد الجهالة وهداهم بعد الضلالة فكان رحمة للعالمين
“Al-Shabuni berkata, “Allah swt tidak berkata bahwa Dia menurunkan Muhammad sebagai rahmatan lil mu’minin saja, melainkan rahmatan lil ‘alamin (rahmat untuk seluruh alam). Diutusnya Nabi saw sebagai sayyidil mursalin tidak lain membawa misi misi kerahmatan, yaitu membawa berita kebahagiaan besar, menyelamatkan dari kesengsaraan yang berlipat-lipat, menggandeng tangan-tangan mereka agar mendapatkan kebahagiaan yang banyak baik di dunia maupun akhirat, mengajarkan mereka agar keluar dari kebodohan dan menunjukkan jalan yang terang setelah diliputi kesesatan. Itulah rahmatan lil ‘alamin”.
Lima Keutamaan Nabi Muhammad SAW
“Beliau Rasulullah saw diutus untuk rahmatan lil ‘alamin, tidak hanya rahmatan lil mu’minin saja. Tentu ada pesan-pesan di sini. Di dalam Shafwah al-Tafasir, Ali al-Shabuni paling tidak menyebutkan bahwa di situ ada lima sebab keutamaan kelebihan Al-Quran, termasuk baginda Rasul saw,” ujar Guru Besar UIN Jakarta.
Baca Juga: Perintah dan Teladan Kasih Sayang Rasulullah saw Kepada Semua Makhluk
Dalam kesempatan ini Said Agil Husin Al-Munawar hanya memaparkan tiga keutamaan, yaitu ja’al bil huda (pembawa petunjuk), wa ‘allamahum ba’dal jahalah (pencerahan), dan wa hadahum ba’da dhalalah (mengeluarkan dari kegelapan). Agar semakin lengkap, penulis melengkapi dua keutamaan lain agar lebih sempurna.
Rahmat Bagi Seluruh Alam
Muhammad Ali al-Shabuni dalam Shafwah al-Tafasir menuturkan,
ومآ أرسلناك إلا رحمة للعالمين أي وما أرسلناك يا محمد إلا رحمة للخلق أجمعين وفي الحديث «إنما أنا رحمة مهداة» فمن قبل هذه الرحمة وشكر هذه النعمة سعد في الدنيا والآخرة
“Tidakkah Kamu utus engkau (Muhammad) melainkan rahmat seluruh alam. Artinya Baginda Rasul saw diutus membawa misi utama, yaitu rahmat bagi seluruh alam (rahmatun lil khalqi ajma’in), dalam sebuah hadits dinyatakan, “Sesungguhnya Aku (Muhammad) adalah rahmat yang membentangkan”. Siapapun yang menerima rahmat ini dan ia bersyukur atas nikmat ini, niscaya bahagia hidupnya di dunia dan akhirat” (Ali al-Shabuni, Shafwah al-Tafasir, Juz 2, hal. 695)
Nabi itu, kata Prof Said Agil, ja’a bil huda (pembawa petunjuk). “Petunjuk itu adalah pedoman dalam hidup dan kehidupan. Di dalam petunjuk itu terdapat konsep yang membincangkan bagaimana caranya menjaga kehidupan ini supaya imbang dan benar-benar dirasakan.” Ucap mantan menag.
Pembawa Kebahagiaan Besar
Keutamaan Rasul saw kedua ialah ja’ahum bil sa’adah al-kubra (pembawa kebahagiaan besar). Untuk menerjemahkan misi rahmatan lil ‘alamin, maka Rasul saw harus datang dengan membawa kebahagiaan yang besar dan membahagiakan. Itulah esensi rahmat. Siapapun pasti tidak dapat menyangkal sekalipun non muslim, bahwa begitu sabar dan membahagiakannya Rasul saw ketika membangun hubungan dan relasi sosial baik kepada non muslim maupun muslim.
Piagam Madinah (Madinah Charter) menjadi bukti untuk itu. Piagam itu menunjukkan kepiawaian Rasulullah saw dalam mempersaudarakan masyarakat Madinah (Ansar) yang multikultural dan Pendatang (Muhajirin). Sungguh amat bertolak belakang jika ada pendai, pendakwah dan muballigh justru bertindak “memecah-belah, memprovokasi” tatkala menyampaikan ajaran Islam.
Baca Juga: Tafsir Surat Al-Ahzab Ayat 21: Dakwah Rasulullah itu Menyampaikan Kebenaran dengan Cara yang Benar
Penyelamat Kesengsaraan
Tidak cukup hanya membawa berita kebahagiaan, lebih dari itu tugas Rasul saw yang amat berat adalah Ia harus mampu mengeluarkan kesengsaraan penduduk Arab kala itu di segala aspek, baik aspek pendidikan (akhlak dan moralitas), kesehatan, ekonomi, kasta sosial, dan sebagainya.
Tatkala Nabi saw berdakwah, yang pertama kali dilakukan adalah menyempurnakan akhlak (li utammima makarimal akhlaq). Selain itu, Nabi saw juga menghapus sistem kapitalisasi ekonomi di Makkah di mana aset kekayaan berpusat pada segelintir orang. Di era Nabi saw, pemerataan sosial begitu kentara. Itulah yang disebut al-Shabuni bahwa Nabi saw itu adalah al-najah min al-syaqawah al-udzma (sosok penyelamat kesengsaraan yang besar).
Pesan setelahnya akan dibahas pada artikel berikutnya…