BerandaTafsir TematikSidik Jari dalam Alquran

Sidik Jari dalam Alquran

Sidik jari tidak ada yang sama antara satu dengan lainnya, bahkan pada mereka yang kembar identik sekalipun. Ia pun tidak akan berubah seiring waktu berjalan, tidak seperti organ lain yang mengalami perubahan. Itulah mengapa manfaat sidik jari dapat membantu menemukan perilaku kriminal karena keunikannya.

Menurut Ben Adrian dalam buku yang berjudul Amazing Fingerprint, sidik jari adalah guratan-guratan halus yang terbentuk dari lapisan kulit dan membentuk pola tertentu.

Guratan ini nampak jelas dibagian ujung jari tangan dan kaki. Guratan tersebut sebenarnya ada pada seluruh bagian tubuh karena merupakan lapisan kulit, hanya saja yang sangat jelas, tampak pada ujung jari-jemari manusia.

Jauh sebelum penelitian mengenai sidik jari ditemukan, Alquran telah mengisyaratkannya melalui penyebutan lafaz bananahdalam Surah Alqiyamah ayat 3-4 berikut:

اَيَحْسَبُ الْاِنْسَانُ اَلَّنْ نَّجْمَعَ عِظَامَهٗ

بَلٰى قٰدِرِيْنَ عَلٰٓى اَنْ نُّسَوِّيَ بَنَانَهٗ

 “Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya? (Bahkan) Kami mampu menyusun (kembali) jari-jemarinya dengan sempurna.”

Saat ini, para peneliti menemukan fakta bahwa sidik jari tidak akan berubah seumur hidup. Hal ini membuktikan bahwa sidik jari merupakan hal yang sangat penting bagi manusia dan Alquran sudah menyebutkannya (di abad ke-7). Sedangkan penelitian mengenai sidik jari baru ditemukan memasuki abad ke-19.

Dalam sebuah skripsi yang berjudul: “Sidik Jari dalam Alquran Perspektif Tafsir Ilmi Kementrian Agama RI (Telaah Tafsir ‘Ilmi Terhadap Lafaz Bananah dalam Surah Al-Qiyamah Ayat 4),” yang ditulis Humayra’ Nafisah Mar’atul Latif (2021), dijelaskan mengenai sidik jari dalam Alquran. Berikut ini penulis paparkan uraiannya secara ringkas.

Manfaat Sidik Jari

Sidik jari mulai terbentuk pada janin usia 3 bulan 1 minggu (13 minggu) dan terbentuk sempurna 5 bulan sebelum sang janin dilahirkan. Pembentukan ini berhubungan dengan sistem kerja otak dan syaraf tulang belakang janin ketika di dalam kandungan.

Seperti hal kecil, tetapi sidik jari memiliki manfaat yang tidak main-main. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang diciptakan Allah tidak ada yang sia-sia. Apalagi isyarat mengenai jari jemari dalam Alquran seolah kata kunci yang bila diperhatikan ternyata melahirkan temuan yang luar biasa.

Baca juga: Zaghlul al-Najjar, Geolog Asal Mesir Pakar Tafsir Sains Al-Quran

Manusia merasakan banyak manfaat dari sidik jari. Tidak hanya digunakan untuk penyelidikan identitas yang notabene digunakan dalam kasus kriminal, sidik jari ini juga bisa mengungkap potensi seseorang. Sekilas, antara Intelegent Quotient (IQ) dan sidik jari memiliki manfaat yang sama, yaitu mengukur kecerdasan seseorang. Namun sebenarnya, dua hal tersebut berbeda. Perbedaannya adalah IQ mengukur kecerdasan yang sudah dipengaruhi lingkungan seperti motivasi, emosi, cara belajar, cara mengasuh, dan lain sebagainya. Sedangkan sidik jari dapat mengukur kecerdasan secara murni, maksudnya adalah bakat atau kecerdasan tanpa dipengaruhi lingkungan. Dalam beberapa kesempatan, sidik jari dapat mengungkap potensi atau bakat tersembunyi manusia yang tidak bisa diketahui dengan tes IQ. Bakat apakah yang dimaksud?

Baca juga: Terminologi Al-Basyar dalam Al-Qur’an: Manusia Sebagai Makhluk Biologis

Yang dimaksud bakat tersebut ialah yang dibawa seseorang semenjak dia lahir dan yang diturunkan dari orang tua, belum terkontaminasi oleh lingkungan. Hal tersebut dipengaruhi oleh genetik saat pembentukan sidik jari pada usia janin 13 minggu (± 3 bulan), sehingga setiap individu memiliki pola yang unik dan berbeda, bahkan kembar identik sekalipun.

Makna  ‘Bananah’ sebagai Sidik Jari

Dalam tafsir-tafsir terdahulu, bananah hanya ditafsirkan sebagai jari-jemari. Sedangkan, seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, para mufassir kontemporer memahami bahwa yang dimaksud “bananah” adalah sidik jari.

Mufassir yang sepakat dengan penafsiran tersebut diantaranya; M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah, ‘Ali Ash-Shabuni dalam Safwa al-Tafasir, tak terkecuali Thantawi Jauhari dalam Jawahir fi Tafsir Alquran al-Karim.

Quraish Shihab berpendapat bahwa “bananah” adalah tulang-tulang yang berada diujung jari-jari tangan dan kaki, yang membentuk garis garis halus serta mempunyai berbagai manfaat yang sangat banyak.

Asbabun Nuzul Surah Alqiyamah ayat 3 dan 4 menurut Tafsir Ilmi Kementrian Agama adalah ketika orang kafir meragukan kuasa Allah untuk menghidupkan kembali manusia yang sudah meninggal sebelumnya.

Baca juga: Identitas Penduduk Rass dan Kisahnya dalam Alquran

Diriwayatkan bahwa sebab penurunan Surah Alqiyamah ayat 4 karena perilaku orang kafir bernama Adi bin Abi Rabi’ah dan Akhnasy bin Syuraiq. Pada suatu hari mereka menemui Rasulullah dan bertanya, “Hai Muhammad, ceritakan padaku kapan hari kiamat datang dan bagaimana kedaan pada saat itu?”, kemudian Rasulullah menjawab dengan sebenar-benarnya.

Mereka menjawab kembali, “Demi Allah, andai kata aku melihatnya dengan mataku sendiri, aku tidak akan mempercayai perkataanmu dan tidak percaya pada hari kiamat yang kau ceritakan itu.”

Mereka melanjutkan, “Apakah mungkin hai Muhammad, Allah mampu mengembalikan kembali tulang belulang seseorang”. Lalu, turunlah Surah Alqiyamah ayat 3-4.

Dalam Tafsir Ilmi Kementrian Agama RI, juga dijelaskan bahwa ketika yaum al-hisab (hari penghitungan amal), sidik jari (ujung jari) berperan penting untuk mengungkap seluruh perbuatan yang dilakukan seseorang selama hidup di Dunia, kemudian dibuktikan dengan diberikannya catatan-catan amal yang berisi catatan malaikat mengenai seluruh perbuatan manusia.

Kesimpulan

Alquran sejak puluhan abad yang lalu telah mengisyaratkan makna tersembunyi dari lafaz bananah, yang maknai oleh mufasir klasik sebagai jari-jemari . Rupanya, jari-jemari yang dimaksud memiliki manfaat yang sangat banyak, hingga penelitian mengenai sidik jari pun ditemukan. Lalu, para mufassir kontemporer pun menafsirkan bananah dengan sidik jari.

Betapa banyak manfaat dari sidik jari yang selalu diandalkan umat manusia dalam menyelidiki identitas misalnya, sampai kepada manfaat mengungkap bakat. Melalui jari, Allah ciptakan sesuatu yang penuh hikmah.

Maka, jelaslah bahwa tidak ada yang kebetulan dan tidak pernah sia-sia apa yang diciptakanNya. Keunikan sidik jari yang tak akan berubah seumur hidup tidak seperti organ lain, bahkan tidak ada yang sama satu dengan yang lain meski pada yang kembar identik sekalipun.

Demikianlah mukjizat Alquran yang tidak lapuk dimakan masa, dan selalu menyibak tabir pengetahuan yang diakui sains modern.

Wallah a’lam.

Shopiah Syafaatunnisa
Shopiah Syafaatunnisa
Alumni UIN Sunan Gunung Djati Bandung
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU