Tafsir Surah Al-Qashash Ayat 77: Berbuat Baiklah Sebagaimana Allah Berbuat Baik Padamu!

tafsir surah Al-Qashash ayat 77
tafsir surah Al-Qashash ayat 77

Salah satu prinsip penting dalam bersosial adalah memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. Prinsip ini sebagaimana yang dijelaskan dalam sabda Nabi. Diriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwa Nabi bersabda, “Tidak sempurna iman seseorang hingga ia mencintai (memperlakukan) saudaranya sebagaimana ia ingin diperlakukan.” (HR. Al-Bukhari)

Aturan ini cukup sederhana, namun banyak yang belum menjadikan etika ini sebagai dasar dalam berelasi dengan orang lain. Padahal ini adalah perlakuan yang adil dan saling menguntungka, karena kita memperlakukan orang lain dengan kehormatan dan pertimbangan yang sama sebagaimana kita ingin diperlakukan.

Selain hadis Nabi, Al-Quran juga menyatakan hal yang sama mengenai cara bersosial. Sebut saja surah Al-Isra ayat 7 dan surah Al-Qashahsh ayat 77. Dua ayat ini memberi pedoman tentang etika hidup bersama dengan orang lain.

Baca Juga: Surah al-Isra’ [17] Ayat 7: Hakikat Perbuatan Baik Bagi Manusia

Segala Perbuatan Akan Kembali Pada Pelakunya

Pertama kita akan merujuk pada hakikat sebuah perbuatan, baik itu perbuatan baik atau buruk. Bahwa selain setiap perbuatan itu ada balasannya, Al-Qur’an menjelaskan bahwa segala perbuatan akan kembali kepada diri sendiri.

Tentu, prinsip ini dapat menjadi pertimbangan kita sebelum melakukan apapun, karena perbuatan itu kembali dan berdampak pada diri kita sendiri. Sebagaimana tertuang dalam surah Al-Isra ayat 7:

إنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا ۚ فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا

Artinya: “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.”

M. Quraish Shihab menerangkan ayat ini, bahwa jika kamu berbuat baik maka manfaatnya akan kembali kepadamu, jika kamu berbuat buruk maka akibat kejahatan itu juga menimpamu. Kemudian ia memberi catatan, bahwa penggunaan kata falahā bukan fa’alaihā menunjukkan bahwa amal seseorang, baik atau buruk, akan tertuju kepadanya secara khusus, dan tidak kepada orang lain. (Tafsir Al-Misbāh, jil. 7, hal. 416)

Sementara itu, pernyataan ini ditegaskan oleh Thabāthabā’i dalam tafsir Al-Mīzānnya dengan mengutip perkataan Sayyidina Ali bin Abi Thalib, “Aku tidak pernah berbuat baik kepada seseoran pun, dan tidak ada seorangpun yang berbuat buruk kepadaku.” (Tafsīr Al-Mīzān, jil. 13, hal. 35) Artinya, segala perbuatan hanya akan kembali kepada pelakunya.

Baca Juga: Balasan Kebaikan Adalah Ridha Allah Swt Bagi Hamba-Nya

Berbuat Baiklah Sebagaimana Allah Berbuat Baik

Setelah melihat hakikat perbuatan, kita akan merujuk kepada ayat yang memerintahkan kita untuk berbuat baik sebagaimana Allah telah berbuat baik, yaitu terdapat dalam surah Al-Qashash ayat 77. Secara jelas, ayat ini mengajak untuk kita meniru kemudian meneladani segala perbuatan baik Allah kepada para hamba-Nya. Berikut redaksi dan terjemahan ayatnya:

وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

Artinya: “… dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

Secara bahasa, perintah ahsin terambil dari kata hasan yang berarti baik dan membutuhkan objek. Namun, di ayat ini tidak disebutkan objeknya. Artinya, ia mencaku segala sesuatu yang dapat disentuh oleh perbuatan baik seperti lingkungan, harta, hewan, orang lain dan diri sendiri.

Quraish Shihab juga menjelaskan, bahwa kata kamā memiliki dua tafsiran. Pertama, sebagaimana; namun banyak ulama menolak, karena manusia tidak akan mampu melakukan kebaikan sebagaimana persis dengan Allah. Kedua, disebabkan karena; artinya karena Allah telah melimpahkan berbagai karunia, selayaknya manusia berbuat kebaikan kepada seluruh makhluk-Nya. (Tafsir Al-Misbāh, jil. 10, hal. 407)

Sementara, Al-Baghawi menjelaskan bahwa ayat ini mengajak kita berbuat baik atas ketaatan kepada Allah dengan segala nikmat dari-Nya atau berbuat baiklah kepada manusia, sebagaimana Allah berbuat baik kepada dirimu sendiri. (Tafsir Al-Baghawī, jil. 6, hal. 394)

Baca Juga: Anjuran Menolak Kejahatan dengan Cara Terbaik dalam Surah Fussilat Ayat 34

Berakhlak Seperti Akhlak Allah

Melalui uraian dari ayat-ayat di atas, dapat kita simpulkan bahwa segala perbuatan kita akan kembali kepada kita. Dengan begitu, perlakukanlah orang lain sebagaiman kita ingin diperlakukan. Kemudian, relasi dengan menggunakan prinsip ini akan membawa pada ketentraman, keteraturan dan kenyamanan sosial.

Namun, di ayat terakhir ada level yang lebih tinggi, yaitu berupaya berakhlak sebagaimana Allah berakhlak. Artinya, bukan sekedar melakukan kebaikan, akan tetapi kita didorong untuk meniru akhlak Allah yang selalu menampilkan kemuliaan. Jika Allah selalu memberikan yang terbaik untuk kita, maka kita sebisa mungkin harus melakukan yang terbaik juga kepada sesama manusia.

Terakhir, mari kita renungkan sudah seberapa besar Allah memberikan kita kenikmatan dan perlindungan. Sudah sehangat apa Allah menjaga iman dan kesehatan kita, sehingga sampai saat kini kita masih bisa bernafas, menikmati hidup dan menjalani kehidupan yang lebih baik.

Setelah itu, mari kita meneladani perbuatan Allah kepada kita, untuk kita juga lakukan kepada orang lain, mulai dari orang terdekat; kepada diri sendiri, orang tua, kerabat, teman bahkan kepada hewan, tumbuhan di sekitar kita dan seluruh makhluk-Nya.

Dengan begitu, kita berharap semoga Allah menambah kasih sayang-Nya kepada kita, karena kita terus mengupayakan kasih dan sayang kepada setiap makhluk-Nya di bumi. Semoga bermanfaat! Wallahu a’lam