BerandaTafsir TematikSurah as-Syams: Pesan dan Hikmah yang Dikandungnya

Surah as-Syams: Pesan dan Hikmah yang Dikandungnya

Surah asy-Syams adalah salah satu surah dalam Alquran yang mengandung pesan mendalam dan hikmah melalui sumpah-sumpah dengan makhluk-Nya. Dalam surah ini, Allah bersumpah sebanyak 11 kali, dan ini menjadi jumlah qasam terbanyak dalam satu surah. Hal ini menunjukkan betapa agungnya pesan yang hendak disampaikan, yaitu tentang keberuntungan bagi orang yang menyucikan diri dan orang yang merugi sebab mengotori jiwanya. 

Baca Juga: Unsur Teologis dalam Keindahan Surah Asy-Syams

Sumpah Allah dengan Makhluk dan Femona Alam

Demi matahari dan sinarnya pada pagi hari, demi bulan apabila mengiringinya, demi siang apabila menampakkannya, demi malam apabila menutupinya (gelap gulita). (Q.S. as-Syams: 1-4)

Empat ayat awal ini sesungguhnya berbicara tentang matahari dan waktu dari empat keadaannya yang berbeda-beda. Yang pertama ketika ia naik sepenggalahan, kedua ketika bulan memantulkan cahayanya, yang ketiga ketika sempurna penyebaran cahayanya, yakni di siang hari, dan yang keempat ketika cahayanya tidak tampak lagi, yakni di salah satu bagian bumi. (Tafsir al-Mishbah, 15/296)

Allah bersumpah dengan matahari, dan sinarnya secara khusus di pagi hari (dhuha), serta bulan yang memancar di malam hari menandakan pentingnya cahaya dalam kehidupan. Ini mengajak manusia untuk merenungkan bagaimana cahaya bimbingan Allah dapat mengarahkan hidup mereka. Sebagaimana Ibnu ‘Asyur, matahari sebagai permisalan bagi ajaran Islam yang memancar cahayanya ke seluruh penjuru dunia, Islam juga mengusir kesesatan dan kegelapan hati, diibaratkan dengan bulan yang sinarnya mengusik kegelapan malam.

Baca Juga: Dua Potensi Manusia yang Dijelaskan dalam Al-Quran: Tafsir Surat Asy-Syams Ayat 7 – 10

Sumpah dengan siang dan malam menegaskan pentingnya waktu dalam kehidupan manusia. Siang adalah waktu untuk beraktivitas, sedangkan malam adalah saat untuk istirahat. Ini mengingatkan manusia tentang siklus kehidupan dan pentingnya memanfaatkan waktu dengan bijak.

Demi langit serta pembinaannya (yang menakjubkan), demi bumi serta penghamparannya. (Q.S. asy-Syams: 5-6)

Allah bersumpah dengan langit dan pembangunannya. Seakan-akan langit bagaikan atap kubah yang dihiasi dengan bintang-bintang, banyak rahasia dan hakikat langit yang bahkan belum diungkap oleh ilmu pengetahuan. Allah juga bersumpah dengan bumi yang merupakan planet tempat kehidupan manusia yang dibentangkan dari segala sisi dan dipersiapkan untuk para penghuninya. (Tafsir as-Sya’rawi, 30/315-316)

Sumpah langit dan bumi mencerminkan kebesaran ciptaan Allah. Langit yang tinggi dan kokoh serta bumi yang luas hamparannya menunjukkan kekuasaan dan kasih sayang Allah kepada makhluk-Nya, agar manusia bersyukur atas segala nikmat yang telah dianugerahkan untuknya.

Baca Juga: Tafsir Surah Asy Syams Ayat 1-10

Hakikat Jiwa Manusia

Kemudian, sumpah dengan alam semesta tersebut diakhiri dengan penyebutan jiwa manusia yang merupakan sebab diciptakannya makhluk-makhluk tersebut. Menurut Wahbah al-Zuhaili (15/548) hal itu sebab manusia merupakan alat untuk memanfaatkan alam semesta dan sarananya untuk peningkatan dan kemajuan dalam kehidupan. 

Sementara menurut Mutawalli as-Sya’rawi (30/316), dikaitkannya jiwa dengan alam merupakan kesatuan pesan kepada manusia untuk menggunakan jiwa dan hati sebaik mungkin, sehingga selaras dengan makhluk-makhluk tersebut yang bertasbih kepada Allah. 

Allah berfirman, “Dan demi langit serta pembinaannya, dan bumi serta penghamparannya, dan demi jiwa serta penyempurnaannya lalu Allah mengilhaminya kedurhakaan dan ketakwaannya.” (Q.S. asu-Syam: 7-8)

Pentingnya jiwa yang diungkapkan melalui sumpah ini mengingatkan manusia agar menyadari dirinya dan potensinya. Sayyid Quthb menerangkan bahwa fitrah manusia mampu membedakan mana yang baik dan yang buruk, lalu Allah mengilhaminya yakni memberi potensi dan kemampuan bagi jiwa itu untuk menelusuri jalan kedurhakaan dan ketakwaannya. Terserah yang mana di antara keduanya yang dipilih serta diasah dan diasuhnya. (Tafsir Fi Zhilalil Quran, 12/281)

Setelah bersumpah dengan sekian banyak hal, Allah menjelaskan apa yang hendak ditekankan-Nya dengan sumpah-sumpah di atas, yaitu: Sungguh telah beruntunglah siapa yang menyucikan dengan mengikuti tuntunan Allah dan Rasul serta mengendalikan nafsunya, dan rugi siapa yang mengotori kesucian jiwanya dengan mengikuti rayuan nafsu dan godaan setan, atau menghalangi jiwa itu mencapai kesempurnaan dan kesuciannya dengan melakukan kedurhakaan. (As-Syams: 9-10)

Dengan merenungkan hikmah dan pesan dalam surah asy-Syams ini, umat manusia diharapkan dapat lebih memahami tujuan penciptaan dan pentingnya menjalani hidup dengan kesadaran akan tanggung jawab mereka sebagai hamba Allah. Wallahu a’lam.[]

Rasyida Rifaati Husna
Rasyida Rifaati Husna
Khadimul ilmi di Pondok Pesantren Darul Falah Besongo
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Catatan interpolasi tafsir Jami‘ al-Bayan karya Al-Ijiy pada naskah Jalalain Museum MAJT

Jami’ al-Bayan: Jejak Tafsir Periferal di Indonesia

0
Setelah menelaah hampir seluruh catatan yang diberikan oleh penyurat (istilah yang digunakan Bu Annabel untuk menyebut penyalin dan penulis naskah kuno) dalam naskah Jalalain...