Bulan Rabiul Awwal atau Bulan Maulid adalah waktu ketika seluruh umat Muslim di Dunia memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw. Menurut catatan Ibn Ishaq dalam al-Sirah al-Nabawiyah kelahiran Nabi Muhammad saw ditandai dengan peristiwa penyerangan Kakbah oleh pasukan bergajah sehingga tahun kelahirannya disebut dengan ‘Am al-Fil (Tahun Gajah). Ibn Ishaq tidak menjelaskan secara detail hari dan tanggal kelahiran Nabi saw.
Mengenai hari lahir Nabi saw adalah hari Senin, para ulama sepakat karena ditemukan sebuah riwayat hadis dalam Sahih Muslim. Ketika Nabi saw ditanya mengapa berpuasa di hari Senin, Nabi saw bersabda, “Hari tersebut (Senin) adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkannya wahyu untukku.” (HR. Muslim no. 1162)
Kemudian terkait dengan tanggal kelahiran Nabi saw, para ulama berbeda pendapat. Al-Mas’udi berpendapat bahwa kelahiran Nabi Muhammad saw bertepatan pada tanggal 8 Rabi’ul Awwal, karena menghitung bahwa kelahirannya terjadi lima puluh hari setelah kehadiran pasukan bergajah yang diperkirakan terjadi pada tanggal 13 Muharram. Sedangkan Mahmud al-Falaky menetapkan bahwa Nabi Muhammad saw lahir pada hari ke-55 pasca kekalahan tentara bergajah, sehingga diperkirakan lahir pada tanggal 9 Rabiul Awwal.
Baca Juga: Maulid dan Kelahiran Manusia Baru
Riwayat yang paling populer di kalangan umat Islam terkait kelahiran Nabi saw adalah pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal. Di Indonesia sendiri tanggal 12 Rabiul Awwal dijadikan sebagai Hari Libur Nasional untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw. Pendapat ini disahihkan oleh Izzuddin bin Badruddin al-Kinani melalui kitabnya al-Mukhtashar al-Kabir fi Sirat al-Rasul.
Untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw umat Muslim melakukan berbagai macam agenda dan kegiatan, meskipun ada sebagian yang menganggap bid’ah. Berbagai kegiatan yang sudah menjadi tradisi umat Muslim adalah bagian dari bentuk rasa cinta dan rasa syukur atas kelahiran Nabi saw yang membawa rahmat bagi semesta alam.
Meskipun tidak ada perintah untuk merayakan hari kelahiran Nabi saw, akan tetapi Al-Quran memerintahkan manusia untuk bergembira dengan kehadiran Nabi saw sebagai pembawa risalah Al-Quran dan ajaran Islam. Allah Swt dalam surah Yunus ayat 57-58 berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ (57) قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ (58)
“Wahai seluruh manusia, telah datang kepadamu tuntunan dari Tuhanmu, obat bagi penyakit-penyakit yang terdapat dalam dada, hidayat dan rahmat bagi orang-orang mukmin. Sampaikanlah wahai Nabi Muhammad, bahwa itu adalah anugerah Allah dan rahmat-Nya dan karena itu hendaklah mereka bergembira (menyambutnya), itu lebih baik daripada apa yang mereka senantiasa kumpulkan.”
Menurut Fakhruddin al-Razi dalam Mafatih al-Ghayb, bergembira dan bersyukur atas nikmat adalah sebuah keniscayaan. Akan tetapi rasa syukur itu bukan karena adanya nikmat itu sendiri, melainkan karena bersumber dari Allah Swt. Begitulah sikap seorang mukmin yang sepatutnya dalam pandangan al-Razi.
Baca Juga: Dalil Maulid Nabi dalam Al-Quran (5): Surah Al-Hajj Ayat 77
Masih menurut al-Razi bahwa yang dimaksud dengan anugerah Allah (fadhlullah) dalam ayat di atas adalah Islam, sedangkan rahmat adalah al-Quran. Sedangkan dalam riwayat lain dari Abu Sa’id al-Khudri dikatakan bahwa yang dimaksud dengan fadhlullah adalah al-Quran, kemudian rahmat adalah Islam.
Terkait ayat di atas, Quraish Shihab berpendapat bahwa sudah sewajarnya umat Islam merayakan kelahiran Nabi saw karena Allah Swt dalam banyak ayat al-Quran menceritakan tokoh-tokoh seperti Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Ismail, Nabi Isa, dan tokoh-tokoh lain, untuk diteladani, diingat, dan dijadikan figur. Maka sudah sewajarnya orang-orang berkumpul untuk mengenang dan menguraikan tentang Nabi Muhammad saw, meneladani dan bergembira atas kehadirannya.