Pemberian apresiasi dalam dunia pendidikan Islam adalah hal mutlak yang harus dilakukan. Sekecil apapun apresiasi yang diberikan akan berdampak pada motivasi belajar dan kemajuan perkembangan peserta didik. Tidak jarang kita lihat masih ada fenomena pendidik yang pelit untuk memberikannya. Padahal Allah swt berfirman secara gamblang tidak segan memberikan apresiasi yang begitu besar pada hamba-Nya yang bertakwa. Apresiasi ini Allah swt tuangkan dalam firman-Nya di bawah ini:
اِنَّ الَّذِيْنَ يَغُضُّوْنَ اَصْوَاتَهُمْ عِنْدَ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ امْتَحَنَ اللّٰهُ قُلُوْبَهُمْ لِلتَّقْوٰىۗ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّاَجْرٌ عَظِيْمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah, mereka itulah orang-orang yang telah diuji hatinya oleh Allah untuk bertakwa. Mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar” (Q.S. al-Hujurat [49]: 3)
Tafsir Surah al-Hujurat Ayat 3
Dalam Tafsir Kemenag RI dan Tafsir Ibnu Katsir memaparkan hadis riwayat Mujahid bahwa ia pernah berkirim surat kepada khalifah Umar.
Mujahid bertanya, “Wahai Amirul Mukminin, ada seorang laki-laki yang tidak suka akan kemaksiatan dan tidak mengerjakannya. Sedangkan yang satu lebih cenderung kepada kemaksiatan, akan tetapi ia tidak mengerjakannya. Manakah di antara kedua orang itu yang paling baik?”
Umar meresponnya melalui tulisan pula, “Sesungguhnya orang yang hatinya cenderung kepada kemaksiatan. tetapi ia tidak mengerjakannya, maka mereka itulah orang yang telah diuji hatinya oleh Allah agar bertakwa. Baginya ampunan dan pahala yang besar”
Adapun Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini menganjurkan kepada orang-orang mukmin agar merendahkan suaranya di hadapan Nabi saw. Pada kalimat littaqwa bermakna ketakwaan itu harus diasah sehingga menjadi mumpuni dan benar-benar meresap ke dalam hatinya.
Quraish Shihab menjelaskan dampak positif bagi mereka yang mengindahkan tuntunan ayat ini. Baginya adalah ampunan yang luas atas kesalahannya dan pahala yang besar atas ketaatannya. Allah berfirman sembari mengukuhkan firman-Nya dengan redaksi, “Sesungguhnya”. Bahwa, “Sesungguhnya orang-orang yang senantiasa merendahkan suaranya di sisi Rasulullah saw, didorong oleh motivasi penghormatan dan pengagungan terhadap Beliau saw.
Mereka itulah sungguh tinggi kedudukannya merupakan orang-orang yang telah diuji hati mereka dengan cara dibersihkan dan disucikan. Hal ini agar menjadi wadah tempat bersemayamnya takwa sehingga ia memiliki potensi besar terhindar dari fitnah duniawi.
Dua Bentuk Apresiasi dalam Pendidikan Islam
Dalam dunia pendidikan Islam, apresiasi penting untuk diterapkan demi kemajuan perkembangan kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik. Pada kesempatan ini saya akan mengulasnya lebih dalam kandungan ayat ini yang tersirat dalam dua kalimat, yakni maghfirah (ampunan) dan ajrun (pahala).
Kedua kata tersebut bermakna ampunan Allah atas hamba-Nya yang berbuat salah dan pahala bagi siapa saja atas ketaatannya. Apabila dikaitkan dengan konteks pendidikan Islam, kedua kata ini masuk kategori penguatan atau apresiasi.
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons baik bersifat verbal maupun non verbal. Ia merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku pendidik terhadap tingkah laku peserta didik. Tujuannya adalah untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi si penerima (peserta didik) atas perbuatannya sebagai suatu tindakan pujian atau koreksi.
Dalam proses belajar mengajar terutama pendidikan Islam, pemberian penguatan sangat dianjurkan diberikan kepada peserta didik. Sebab dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. Pemberian pujian baik dalam bentuk verbal misalnya ucapan “kamu excellent, pekerjaanmu bagus”.
Atau bisa juga non verbal “senyuman atas pekerjaannya di papan tulis, memberikan dua jempol terhadap siswa”. Ataupun koreksi misalnya “pekerjaanmu bagus, tapi kurang rapi ataukah kamu sangat pintar, tapi lain kali tetap rendah hati yaa.”
Kedua hal seperti ini mutlak harus dilakukan demi kemajuan perkembangan potensi peserta didik ke depannya.
Fenomena yang terjadi adalah mahalnya pendidik mengeluarkan pujian bagi peserta didik yang berprestasi. Dan sebaliknya, overacting dengan cara menerapkan sistem hukuman atau korektif berlebihan.
Dalam perspektif psikologi pendidikan, pujian kepada peserta didik bisa meningkatkan motivasi belajar. Namun ironisnya, cara tersebut kian jarang dilakukan. Hendaknya para pendidik tidak pelit untuk sekadar memberikan apresiasi sekecil apapun bentuknya. Sebab peserta didik akan selalu mengingat dan meneladani apa yang dilakukan oleh gurunya. Wallahu A’lam.