Di tengah merebaknya wabah Covid-19, manusia membutuhkan nutrisi kesehatan agar imunitas tubuh meningkat dan kondisi badan tetap prima. Salah satu nutrisi kesehatan dan imunitas tubuh itu ialah madu. Madu merupakan cairan kental alamiah yang dihasilkan lebah dari nektar bunga. Lantas, selain menjaga imunitas, apa saja khasiat madu bagi kesehatan manusia?
David W. Ball dalam The Chemical Composition of Honey menyebutkan bahwa madu mengandung asam amino, vitamin B, vitamin B6, vitamin C, asam folat, mineral, zat besi, dan antioksidan. Selain itu, kandungan madu tersebut berfungsi sebagai antiolsida dan aktibakteri sehingga memperkuat imunitas tubuh manusia. Dalam riset serupa, Honey in Traditional and Modern Medicine menjelaskan bahwa madu memiliki mekanisme penyembuhan dan memperbaiki sel yang rusak, serta memperkuat imun bagi kesehatan manusia.
Baca juga: Tafsir Ahkam: Dalil Kehalalan Susu Hewan dalam Al-Quran
Khasiat madu ini sejatinya telah dilukiskan Allah swt dalam firman-Nya di bawah ini,
ثُمَّ كُلِيْ مِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِ فَاسْلُكِيْ سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلًاۗ يَخْرُجُ مِنْۢ بُطُوْنِهَا شَرَابٌ مُّخْتَلِفٌ اَلْوَانُه ۖفِيْهِ شِفَاۤءٌ لِّلنَّاسِۗ انَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيَةً لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ
Kemudian makanlah dari segala (macam) buah-buahan lalu tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).” Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir. (Q.S. al-Nahl [16]: 69)
Tafsir Surat An-Nahl Ayat 69
Ayat di atas menjelaskan khasiat madu sebagai obat kesembuhan. Dalam tafsirnya, al-Tabari menafsirkan bahwa madu mengandung khasiat obat yang luar biasa. Ia menandaskan bahwa kata syifa di atas bermakan dua hal, yakni madu sebagai obat dan Al-Quran adalah obat bagi penyakit yang ada di dalam dada manusia alias penyakit hati.
Ulama ahli takwil berbeda pendapat terkait makna syifa. Ada yang memaknai syifa sebagai pengobatan berbasis Al-Quran (al-‘adat ala al-quran). Sebagian yang lain tidak mengkhususkan makna syifa pada satu ayat melainkan Al-Quran itulah semuanya bersifat syifa, demikian kata Mujahid dari Laits dari al-Muharibi dari Nasr bin Abdurrahman.
Baca juga: Tips Agar Ikhlas dalam Berbuat Baik: Tafsir Surah Al-Qasas Ayat 77
Mengarifi hal itu, ulama mutaakhirin berpendapat syifa (obat) ialah madu. Hal senada juga disampaikan Ibnu Abbas bahwa syifa bermakna madu. Tidak jauh berbeda, Muhammad Ali al-Shabuni dalam Shafwah al-Tafasir, menafsiri bahwa di dalam Al-Quran terdapat obat bagi manusia yang tengah sakit (syifa-un lin nas min al-amradh).
Lebih jauh, al-Razi mengatakan bagaimana cara madu bekerja untuk menyembuhkan manusia? Oleh al-Shabuni dijawab bahwa sesungguhnya madu adalah obat yang menyembuhkan bagi manusia, terkandung khasiat obat di dalamnya dan madu mampu memperbaiki sel-sel manusia yang rusak dengan khasiat syifa yang terkandung di dalamnya.
Sedikit berbeda dari beberapa penafsiran di atas, Al-Zamakhsyari, Al-Samarqandi dan al-Khazin sepakat bahwa madu merupakan salah satu obat dari sekian banyak obat yang disebutkan dalam Al-Quran serta kandungan syifa di dalamnya. Al-Zamaksyari misalnya, dalam Tafsir al-Kasyaf ia menyebutkan,
أنه من جملة الأشفية والأدوية المشهورة النافعة، وقل معجون من المعاجين لم يذكر الأطباء فيه العسل، وليس الغرض أنه شفاء لكل مريض، كما أن كل دواء كذلك. وتنكيره إمّا لتعظيم الشفاء الذي فيه، أو لأن فيه بعض الشفاء، وكلاهما محتمل. وعن عبد الله بن مسعود: العسل شفاء من كل داء، والقرآن شفاء لما في الصدور، فعليكم بالشفاءين القرآن والعسل
“Sesungguhnya madu merupakan salah satu obat kesembuhan yang terkenal di antara sekian banyak obat yang ada. Berkatalah ahli obat bahwa para dokter tidak mengkhususkan madu sebagai satu-satunya obat, melainkan sebagai salah satu obat yang disitir dalam Al-Quran dan al-Hadits yang mengandung beberapa khasiat syifa’. Dari Abdullah bin Mas’ud mengatakan bahwa madu adalah penyembuh dari beberapa obat. Sedangkan Al-Quran sebagai penyembuh bagi mereka yang tengah mengidap penyakit di dadanya. Maka, keduanya (Al-Quran dan madu) berfungsi sebagai obat sesuai konteksnya”.
Qatadah sebagaimana dikutip al-Baidhawi dalam Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil, mengatakan,
حـدثنا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ: حدَّثنا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ: حدَّثنا شُعْبَةُ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَبِي الْمُتَوَكِّلِ: عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صلعم فَقَالَ: إِنَّ أَخِي اسْتَطْلَقَ بَطْنُهُ(1)، فَقَالَ: اّْسْقِهِ عَسَلًا فَسَقَاهُ فَقَالَ: إِنِّي سَقَيْتُهُ فَلَمْ يَزِدْهُ إِلَّا اّْسْتِطْلَاقًا فَقَالَ: صَدَقَ ا للَّهُ وَكَذَبَ بَطْنُ أَخِيكَ
Diceritakan oleh Muhammad bin Basyyar, dari Muhammad bin Ja’far, dari Syu’bah, dari Qatadah, dari Abi al-Mutawakkil dari Abi Sa’id al-Khudri berkata, “telah datang seorang laki-laki menemui Rasul saw, ia mengadu, “saudaraku menderita sakit perut parah”. Lantas Nabi saw bersabda, “berilah ia madu”. Laki-laki itu bergegas pulang dan meminumkan madu kepada saudaranya. Tak lama, ia kembali menemui nabi dan berujar, “sudah saya minumkan madu, tapi tak kunjung mereda, malah penyakitnya semakin menjadi-jadi”. Mengarifi hal itu, Nabi saw, “Maha benar Allah dan dustalah perut saudaramu itu, maka sembuhlah sakit yang diderita saudaranya itu.”
Baca juga: Pembelaan Al-Quran terhadap Dhu’afa dan Mustadh’afin
Demikianlah secercah kisah tentang sabda Rasul saw akan khasiat madu bagi kesehatan. Tentu semua itu tidak lepas dari izin dan ridha Allah swt. Al-Samarqandi dalam Bahr al-Ulum tidak menafikan khasiat madu sebagai obat herbal alamiah. Abu al-Laits menambahkan bahwa sesungguhnya madu itu mengandung syifa’ (obat kesembuhan) bagi manusia yang mengetahuinya.
Tidak puas mengutip satu pendapat, al-Samarqandi berekspansi mengurai kalam al-Saddi, “madu mampu menyembuhkan sakit yang parah sekalipun sebab di dalamnya terkandung syifa’ (zat atau partikel sel yang konstruktif bukan destruktif). Lalu Mujahid juga memberikan pendapatnya bahwa di dalam madu terdapat khasiat syifa bagi manusia.
Demikian pula dalam Lubab al-Ta’wil fi Ma’ani al-Tanzil, al-Khazin menuturkan bahwa madu hanyalah salah satu obat dari sekian obat yang ada. Di dalamnya mengandung syifa yang mampu mengobati manusia yang sakit maupun untuk menjaga kesehatan.
Khasiat Madu bagi Kesehatan Manusia
Ayat di atas memberi satu pemahaman kepada kita bahwa madu dan Al-Quran berperan penting dalam kesehatan manusia. Lebih-lebih madu, penggunaannya telah memiliki rentang sejarah yang sangat panjang. Selama berabad-abad, madu telah digunakan sejak dahulu kala karena mengandung nutrisi, gizi dan obat kesembuhan.
Sultan Ayoub Meo dalam risetnya, Role of Honey in Modern Medicine menyebutkan bahwa madu memiliki potensi klinis dan mekanisme kerja antibakteri dengan kemungkinan penggunaan terapeutik yang diterima secara ilmiah. Kandungan antibakteri di dalamnya disebabkan oleh hidrogen peroksida yang dibentuk oleh oksidase glukosa enzim turunan lebah.
Baca juga: Mengenal Kitab Mukhtasar Tafsir Ibn Katsir Karya Syekh Ali Ash-Shabuni
Di dunia ini, sekurangnya terdapat 320 jenis madu yang berasal dari berbagai bunga. Rasa, warna, dan bau dari jenis madu tertentu bergantung pada berbagai sumber cairan bunga dan tanaman yang dihisap oleh lebah madu. Cara konsumsi madu pun juga beraneka ragam. Ada yang digunakan sebagai obat, vitamin untuk menjaga kesehatan (imunitas) maupun vitalitas manusia, dan lain sebagainya.
Madu berperan penting sebagai antioksidan, anti-inflamasi, antibakteri dan meningkatkan imunitas tubuh, memperbaiki sel tubuh yang rusah dan mempercepat proses penyembuhan luka. Peran madu telah diakui dalam literatur ilmiah oleh ilmuwan kelas dunia. Jauh sebelum adanya riset tentang madu, Al-Quran dan hadits Nabi saw telah berbicara bagaimana madu beserta khasiatnya bermanfaat bagi kesehatan manusia. Wallahu A’lam.