BerandaTafsir TematikTafsir Kalimat Sawa’: Hidup Damai di Tengah Perbedaan, Kenapa Tidak?

Tafsir Kalimat Sawa’: Hidup Damai di Tengah Perbedaan, Kenapa Tidak?

Ketahuilah, bahwa di setiap perbedaan pasti ada satu titik kesamaan. Bukankah dalam agama dan keyakinan yang berbeda, ada seruan mengesakan Allah dan menyebarkan kebaikan pada sesama? Dalam Al-Quran hal itu disinggung dalam sebuah frasa, kalimat sawa’ yang ada dalam surat Ali Imran ayat 64. Bagaimana tafsir kalimat sawa’ tersebut?

Islam adalah agama yang pada esensinya membawa rahmat untuk seluruh alam, seluruh Manusia. Misi ini diemban Rasulullah sejak awal ia diutus dan dilanjutkan oleh seluruh pengikutnya.

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِين

“Aku tidak mengutus engkau (Muhaamad), selain hanya untuk memberikan kasih sayang kepada seluruh alam” (QS. Al-Anbiya’:7)

Misi ini harus tetap dijaga dan diaplikasikan dalam setiap sendi-sendi kehidupan. Di dalam Al-Quran terdapat ajakan yang santun pada mereka yang berbeda agama untuk menuju pada satu titik temu yang mengantarkan mereka pada stabilitas sosial.

قُلْ يَاأَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُون

Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah (kepada mereka), “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang Muslim.” (QS. Ali Imran: 64)

Pada Ayat ini Al-Quran menegaskan betapa pentingnya persatuan, jika semua sepakat menyembah Allah yang Esa, maka tidak akan ada pengistimewaan antara satu dengan yang lainnya. Jika semua telah mengakui Allah sebagai Tuhannya, apapun bentuk agamanya baik Yahudi maupun Nasrani, maka dengan berpegang pada kalimat sawa’ semuanya bisa berkontribusi bersama.

Hal ini disebabkan pada kesamaan ajaran tauhid (mengesakan Allah) dalam kitab suci mereka, Taurat dan Injil, yang kemudian disambung oleh Al-Quran. Sebagaimana disampaikan dalm tafsir ringkas Kemenag ‘….maka marilah kita menuju kepada satu kalimat, pegangan yang sama yang memberi keputusan secara adil antara kami dan kamu, yaitu kitab Taurat dan kitab-kitab lainnya, termasuk Injil dan Al-Quran, bahwa di dalam kitab-kitab tersebut kita tidak diperbolehkan menyembah selain Allah dan kita tidak diperbolehkan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun….’


Baca Juga: Tafsir Surat Ali Imran Ayat 103: Dalil Sila Ketiga Pancasila, Persatuan Indonesia


Dijelaskan dalam Mu’jam al-Mufahras li Alfadzi Alquran secara etimologi kalimat sawa terdiri dari dua kata yaitu kalimat dan sawa’. Kalimat berarti kata atau ucapan. Sawa’ berarti sesuatu yang semisal. Kata sawa’ juga berarti adil, di bagian pertengahan. Berdasar arti Bahasa ini maka dapat disimpulkan bahwa kalimat sawa’ adalah sesuatu yang sama atau serupa, atau bagian tengah dari suatu benda.

Sementara itu, at-Thabari menafsirkan kalimat sawa’ sebagai kalimat yang adil, yaitu mengesakan Allah dan tidak mempersekutukan Allah dengan selainNya.  Mengutip penafsiran ar-Razi, kalimah sawa’ adalah kalimat adil wal inshaf. Pada esensinya kita diperintahkan untuk menjaga inshaf/an-nushf atau keseimbangan. Keseimbangan ini dapat dijaga hanya jika kita tidak melakukan kedhaliman terhadap diri kita dan orang lain.  Dengan begitu kita akan ikut mendukung lahirnya perdamaian dan ketenangan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Jika stabilitas sosial dan diri kita terjaga maka terciptalah keadilan.

Satu lagi tafsir kalimah sawa’ yang disampaikan oleh M. Quraish Shihab.  Ia berpandangan bahwa kalimat sawa’ sebagai titik temu antar pemeluk agama, karena Al-Quran menganjurkan kita semua untuk saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Untuk mewujudkan interaksi yang sehat dan baik sangat dianjurkan untuk menemukan titik temu. Namun, jika tidak ditemukan titik temu, sebaiknya masing-masing mengakui eksistensi pihak lain sehingga tidak saling menyalahkan.


Baca Juga: Inilah Rambu-Rambu Toleransi Beragama Menurut Al-Quran: Perbedaan Adalah Keniscayaan


Abu Bakar as Sijistani dalam Nuzhatul Qulub juga mengemukakan pandangannya tentag tafsir kalimat sawa’, yaitu jalan tengah, yaitu sebuah upaya untuk mengambil jalan tengah dari dua hal. Jika disimpulkan secara aksiologi maka dapat dipahami bahwa kalimat sawa ini berperan sebagai nilai untuk bersikap moderat dalam berbagai bidang.

Sedangkan Ibnu ‘Asyur mendefinisikan sawa’ dengan mutawasith yang berarti tengah atau moderat. Jadi tafsir kalimat sawa’ berarti sesuatu yang menjadi persamaan di antara manusia. Dan hal ini ditegaskan pada kalimat selanjutnya yaitu tidak menyekutukan Allah dengan selain-Nya, mengakuinya sebagai satu-satunya Tuhan. Kalimat ini menjadi persamaan bahwa semua agama mengakui bahwa seluruh alam raya adalah Ciptaan Tuhan yang Maha Esa.

Dari penafsiran para Mufasir dapat disimpulkan bahwa perbedaan seharusnya tidak menjadi problematika yang berkepanjangan. Jika terdapat perbedaan seharusnya dicarikan titik temu agar terlahir persatuan yang kokoh. Titik temu ini dimaksudkan agar setiap golongan mantap dengan persatuan yang dijalin, dan titik temu terbaik adalah mengakui keesaan Allah.

Selain itu, melalui ayat ini pula kita diberi rambu-rambu atau aturan dalam berinteraksi dengan mereka yang berbeda agama, yaitu agar senantiasa menjaga keseimbangan, dengan tidak berbuat dzalim dan berlaku diskriminatif yang dapat menyakiti mereka. Dengan begitu kalimat sawa’ ini dapat menjadi titik temu bagi kita semua dalam menjalankan kehidupan Bersama di tengah perbedaan yang ada.

Wallahu A’lam

Shofia elmizan
Shofia elmizan
Alumni UIN Sunan Ampel Surabaya, aktif di CRIS (Center for Research and Islamic Studies) Foundation
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

tafsir surah al-An'am ayat 116 dan standar kebenaran

Tafsir Surah Al-An’am Ayat 116 dan Standar Kebenaran

0
Mayoritas sering kali dianggap sebagai standar kebenaran dalam banyak aspek kehidupan. Namun, dalam konteks keagamaan, hal ini tidak selalu berlaku. Surah al-An'am ayat 116...