Tafsir Surah Al A’raf ayat 192-195 ini Allah menegaskan bahwa berhala-berhala yang disembah oleh orang musyrikin itu memiliki derajat yang jauh lebih rendah daripada manusia. Namun sayangnya mereka menolak dan tetap mengutamakan berhala-berhala tersebut
Baca Sebelumnya : Tafsir Surah Al A’raf ayat 190
Ayat 192
Ayat ini seperti ayat-ayat yang lalu menggambarkan penyembah-penyembah berhala pada umumnya, termasuk kemusyrikan Arab Mekah. Allah menjelaskan bahwa sembahan-sembahan kaum musyrikin itu tidak punya kesanggupan apa-apa, baik dalam memberi pertolongan terhadap diri mereka sendiri, ketika terjadi serangan dari musuh kepada penyembah-penyembah itu, ataupun mereka ditimpa oleh malapetaka, patung-patung itu tidak dapat memberikan pertolongan. Bahkan bila ada seseorang mengotori patung-patung itu atau mencuri perhiasannya, niscaya patung itu tidak dapat membela dirinya sendiri. Demikianlah patung-patung itu hanya disembah dan dibela, tetapi menyembah itu tak dapat imbalan apa-apa dari patung itu.
Ayat 193
Allah swt menyatakan dalam ayat ini kepada kaum musyrikin bahwa jika mereka memohon kepada berhala-berhala itu agar memberi petunjuk kepada mereka sebagaimana mereka memohon kepada Allah agar memberi kebaikan, tentulah berhala-berhala itu tidak dapat memberi petunjuk ke jalan yang menuju cita-cita mereka atau ke jalan yang menuju keselamatan mereka dari kesulitan dan kesukaran yang menimpa mereka. Berhala-berhala itu tidak dapat mengikuti keinginan mereka, dan tidak pula memperkenankan permohonan mereka. Keadaannya sama saja apakah penyembah-penyembah berhala itu memohon sesuatu kepada berhala itu ataukah mereka tidak minta apa-apa. Berhala itu tidak akan paham permohonan mereka, tidak mendengar dan tidak pula memikirkan apa yang diucapkan kepada mereka.
Patutkah sesuatu yang memiliki sifat-sifat di atas itu disembah. Seharusnya yang disembah itu ialah Allah Yang memberi manfaat kepada yang menyembah-Nya. Yang memberi hukuman kepada yang berbuat maksiat kepada-Nya. Yang menghancurkan musuh-musuh-Nya. Yang memberikan petunjuk kepada yang taat kepada-Nya, dan mendengarkan doa-doa orang-orang yang berdoa kepada-Nya.
Ayat 194
Dalam ayat ini ditandaskan bahwa sesembahan selain Allah yang menjadi tujuan doa kaum musyrikin itu sebenarnya makhluk seperti mereka. Doa adalah pengharapan dan permintaan dari orang yang mengucapkan kepada siapa saja yang dipandangnya mempunyai kekuatan yang lebih besar dari dia untuk memenuhi pengharapan, baik untuk mendapatkan kemanfaatan ataupun untuk menolak kesusahan dan kerugian.
Mengapa mereka memanjatkan doa kepada berhala-berhala yang sebenarnya adalah makhluk Allah seperti mereka, yang tunduk kepada qudrat dan iradat Allah swt. Sangat tidak logis jika mereka memohon kepada berhala-berhala itu sesuatu yang mereka sendiri, dan juga berhala-berhala itu tidak dapat mencapainya. Seharusnya mereka memanjatkan doa kepada Allah Pencipta dan Pengatur segala sebab dan akibat dalam alam ini. Segala benda mati dan benda hidup di dalam alam ini semua tunduk kepada Sunnah-Nya.
Akan tetapi jika kaum musyrik itu meyakini bahwa kepercayaan mereka benar yaitu berhala itu mampu memberi kemanfaatan ataupun menolak kemudaratan yang tidak sanggup dikerjakan oleh manusia, biarlah mereka berdoa kepada berhala itu kalau doa itu memang dapat dikabulkan oleh berhala itu. Sungguh amat sesat pikiran orang-orang yang memandang bahwa benda mati itu punya daya dan kekuatan seperti Tuhan Pencipta-Nya.
Ayat 195
Dalam ayat ini Allah memperingatkan para pemuja benda-benda itu, bahwa berhala-berhala itu bukan saja tidak sederajat dengan mereka bahkan lebih rendah dari mereka. Berhala-berhala itu tidak memiliki kelengkapan tubuh seperti kaki, tangan, mata dan lain-lain sebagainya, yang dapat mengabulkan permohonan dan tuntutan pemujanya. Benda-benda itu tidak seperti penyembahnya yang keadaannya lebih sempurna dan lebih lengkap.
Peringatan Allah ini merupakan ejekan dan penghinaan kepada kaum musyrikin, tetapi kaum musyrikin itu tidak menginsyafi keadaan diri mereka, bahkan mereka merasa sombong dan takabur. Mereka enggan menerima petunjuk dan pelajaran dari Rasul saw dengan alasan bahwa Rasul itu seorang manusia. Mereka berkata sesama mereka tentang kemanusiaan rasul, sebagimana difirmankan Allah:
وَلَىِٕنْ اَطَعْتُمْ بَشَرًا مِّثْلَكُمْ اِنَّكُمْ اِذًا لَّخٰسِرُوْنَ ۙ
Dan sungguh, jika kamu menaati manusia yang seperti kamu, niscaya kamu pasti rugi. (al-Mu’minun/23: 34);
Di sinilah kejanggalan pikiran mereka. Mereka menolak Rasul karena beliau seorang manusia. Padahal Rasul saw, mempunyai kelebihan pengetahuan, kebijaksanaan dan hidayah dari Allah dibanding dengan manusia lainnya. Mereka lebih mengutamakan patung-patung daripada seorang Rasul. Bahkan mengangkat patung-patung dan benda-benda sembahan sampai ke derajat tuhan.
Maka Allah memerintahkan Rasul untuk menantang mereka dengan mengatakan kepada mereka bahwa jika benar berhala-berhalanya punya kekuatan, suruhlah mereka bersatu untuk membinasakan Rasul saw. Tidak perlu mereka memberi kesempatan menunggu Rasul saw membinasakannya lebih dulu. Tantangan yang demikian itu tidak akan terucapkan oleh Nabi saw sekiranya keimanan kepada pertolongan Allah tidak betul-betul diyakininya.
Tantangan demikian harus diucapkan. Sebab dalil-dalil dan alasan ilmiyah tidak bermanfaat lagi untuk menyatakan kebathilan kepercayaan masyarakat musyrikin Arab itu. Nabi Muhammad diperintahkan untuk meminta kepada mereka agar berhala-berhala mereka membinasakan nabi Muhammad. Tantangan yang demikian itu cukup membuat hati penyembah-penyembah berhala itu gentar.
(Tafsir Kemenag)
Baca Setelahnya : Tafsir Surah Al A’raf ayat 186